"Amin. Aunty yakin Marsha akan secepatnya menggapai cita-cita Marsha asalkan Marsha rajin belajar," sahut Yura yang memberikan semangat.
"Makasih Aunty," sahut Marsya dengan tersenyum.
"Oh iya Aunty? Aunty pulang ke Jakarta kapan?" tanya Marsha penasaran.
"Paling dua hari lagi Aunty berada di sini," jawab Yura.
"Jadi kamu tetap akan kembali ke Jakarta!" tiba-tiba Zahra menyahut dan langsung duduk di dekat Marsha.
"Iya kak Zahra, Yura sudah mengambil cuti tiga hari dan akan kembali bekerja," jawab Yura.
"Yura kamu itu anak perempuan. Kamu sudah mendapatkan kesempatan kuliah di Luar Negri, baik Negri yang mayoritas muslim dan bahkan di Luar Negeri yang penuh dengan budaya barat. Ketika lulus kamu kembali bekerja di kota Jakarta yang sangat penuh dengan kebebasan. Kamu bekerja pun di salah satu Perusahaan yang juga setiap hari jam menit, detik, kamu selalu berpapasan dengan para lelaki yang bukan muhrim kamu. Apa kamu tidak mau untuk menghindari semua itu," ucap Zahra dengan memberikan nasihat kepada sang adik ipar.
"Apa maksud kakak. Apa salah dengan Yura yang bekerja di Perusahaan lain?" Tanya Yura dengan menegakkan tubuhnya dengan menurunkan kakinya yang sudah menginjak lantai menghadap Zahra dengan tanggapan Yura yang tampak serius.
"Keluarga ini mempunyai pabrik. Kamu bisa bekerja di pabrik. Di tempat kamu bekerja banyak laki-laki dan wanita dan kita tidak akan tahu bagaimana nanti kamu di sana yang pasti bersentuhan dengan tidak sengaja akan terjadi. Jadi lebih baik untuk menghindar hal itu dan bekerjalah di pabrik yang semua khusus wanita dan tidak akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan," ucap Zahra yang memberikan adiknya pencerahan.
"Kak Zahra kalau pertemuan dengan laki-laki dan perempuan, itu mana mungkin bisa di hindari. Karena kita di ciptakan dengan 2 jenis kelamin. Bagaimana dengan Siti Khodijah yang berdagang Bukankah beliau juga berinteraksi dengan lawan jenis!" Yura membantah pendapat Zahra yang terlalu agamis, namun menurut Yura alasan itu sangat tidak logis.
Dia wanita yang mengerti agama, tetapi jika hal yang tidak masuk akal juga tidak akan bisa diterima Yura dan akan disangkanya dengan alasan yang logis.
"Jadi menurut Yura pendapat dari kak Zahra itu sangat salah. Allah itu selalu memudahkan segala sesuatu kepada umatnya. Jika wanita dan pria saja tidak bisa berinteraksi. Bagaimana di pasar yang melakukan perdagangan setiap hari. Apa pasar itu khusus wanita saja dan apa khusus pria saja," sahut Yura.
"Mungkin mereka tidak tahu tentang nilai agama yang sesungguhnya," jawab Zahra.
"Apa maksud kak Zahra. Apa Kakak menilai semua orang di dunia ini sangat tidak paham agama hanya karena mereka bekerja di salah satu Perusahaan yang bergabungnya wanita dan pria dan apa karena mereka bekerja di pasar melakukan perdagangan yang memang wanita dan pria harus bertemu. Apa menurut Kakak orang-orang yang mencari nafkah itu orang yang tidak mengerti agama dan tidak paham dengan hukum agama!" jelas Yura yang memang sangat tidak sependapat dengan apa yang dikatakan Zahra.
"Jadi menurut Yura pandangan kak Zahra itu salah," ucap Yura berdiri dari tempat duduknya dan langsung pergi.
Yura memang dari keluarga yang sangat taat Agama. Tetapi pemikiran Yura sangat modern dan selalu menjaga syariat yang diajarkan pada dia dan selagi itu masuk akal dan benar.
Jika umi dan kakak ipar Yura keluar rumah menggunakan cadar agar tidak menjadi fitnah untuk pandangan laki-laki. Maka tidak dengan Yura. Hanya menutup aurat saja dengan menggunakan jilbab. Karena bagi Yura wajah itu bukan aurat.
Keluarga Yura memang memiliki pabrik yang besar. Pabrik itu dibagi atas menjadi dua, yaitu khusus wanita dan khusus pria. Tetapi, Yura setelah selesai lulus kuliah memilih untuk bekerja di Jakarta dan tidak di pabrik keluarga mereka.
*********
Yura dan keluarganya yang sedang makan malam bersama seperti biasa.
"Yura kamu lusa jadi kembali ke Jakarta?" tanya Umi.
"Iya Umi," jawab Yura.
"Kalau begitu baik-baik di sana dan semua pesan Umi dan Abi harus kamu dengarkan!" tegas Umi.
"Iya Umi," sahut Yura.
"Oh iya Abi. Yura ingin bertanya sesuatu pada Abi," ucap Yura dengan tiba-tiba.
"Bertanya apa?" tanya Abi.
"Abi apa salah jika kita bekerja dengan lingkungan pekerjaan yang di dalamnya ada wanita dan juga pria. Bukankah hal itu tidak mungkin bisa di hindari?" tanya Yura tiba-tiba.
Zahra yang tadi ingin mengambil lauk langsung berhenti seketika mendengar perkataan Yura. Karena sebelumnya mereka sudah membahas permasalahan itu.
"Tidak ada yang salah Yura. Jika Abi membuat pabrik dengan 2 versi wanita dan pria dipisahkan. Bukan berarti orang-orang di luar sana yang menciptakan lapangan pekerjaan dengan menyatukan wanita dan pria adalah salah. Itu semua tergantung cara pemikiran masing-masing dan orang-orang yang bekerja di dalamnya," jawab Abi.
"Dan kita sebagai seorang wanita muslimah harus menutup aurat kita untuk menghindari hal-hal tersebut. Walau berada di dalam lingkungan bekerja bersama dengan lawan jenis, tetapi harus tahu batasan," sahut Umi menambah sedikit.
"Alangkah baiknya jika kamu Yura memakai cadar saat di lingkungan kerja kamu. Agar tidak terjadi sesuatu. Atau lebih baik jangan melanjutkan pekerjaan itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," sahut Izzat.
"Kak Izzat apaan sih. Kenapa mala menyuruh Yura untuk berhenti bekerja. Selama ini Yura bekerja dengan baik dan juga tidak aneh-aneh dan Yura juga tidak perlu harus memakai cadar," sahut Yura.
"Sudah-sudah jangan didebatkan tentang masalah itu. Izzat, Abi mengijinkan Yura untuk bekerja di luar. Itu karena Perusahaan itu milik teman Abi dan dia juga bisa menjaga Yura dengan baik di sana. Dia juga yang meminta Yura untuk bekerja di sana dengan jaminan semua akan baik-baik saja dan Yura juga bisa memberikan kepercayaan pada Abi," sahut Abi dengan bijak yang membuat Yura tersenyum.
"Aunty Yura benar-benar anak anak bungsu yang paling di sayang," ledek Marsha.
"Apa yang kamu bicarakan. Apa kamu pikiran Ayah tidak sayang kamu," sahut Adam.
"Sayang dong. Tapi nanti Marsha mau seperti Tante Yura. Jika apapun keputusan Tante Yura akan selalu di turuti," ucap Marsha.
"Marsha keinginan Tante Yura itu akan dituruti dan didukung jika itu masuk akal dan tidak melenceng dari agama. Jadi kita sebaliknya maka tidak akan di perbolehkan," sahut Abi Ahmed.
"Iya kakek, Marsha tahu kok," sahut Marsya dengan tersenyum.
"Tapi aku merasa Abi sama Umi terlalu memanjakan Yura," batin Zahra yang terlihat datar dengan situasi makan malam itu.
*********
Beberapa Minggu.
Perusahaan Texas.
Seperti biasa pada umumnya pada Perusahaan yang mana banyak karyawan bekerja dengan giat. Sama dengan Yura fokus bekerja di depan komputer. Sehari-hari Yura bekerja memang memakai jilbab pasmina yang menutup dada dengan pakaian yang sopan dan sangat manis dan anggun.
Bukan hanya Yura yang menggunakan hijab. Bahkan ada beberapa karyawan wanita yang lain juga. Memang tidak ada larangan sama sekali di Perusahaan itu dan lagi pula memang belum ada Perusahaan yang memberikan larangan untuk wanita berhijab bekerja.
"Yura!" fokus Yura tiba-tiba beralih dari.komputer dan melihat kearah yang memanggil dia.
"Pak!" Yura langsung berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri pria berdasi tersebut.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments