Luckas tengah menikmati secangkir kopi di meja makannya yang berada didapur. Apartemen Luckas yang luas termasuk juga bagian dapurnya. Dibandingkan dengan apartemen Lidya yang hanya seperempat dari apartemen milik Luckas.
Lidya berjalan keluar hanya memakai kemeja longgar yang sama, pakaian dalamnya yang berwarna merah terlihat jelas karena tipisnya kemeja putih yang membalut tubuhnya. Luckas tertegun melihat Lidya yang sangat menggoda 'ya Tuhan!!! godaan apa lagi ini' . Lidya merasa canggung dengan pakaiannya, dan tatapan mata Luckas yang seakan menerawangnya dari ujung rambut hingga ujung kaki "a..aku.. bajuku ternyata belum kering,jadi..aku terpaksa memakai ini kembali" jelas Lidya perlahan, dia sungguh malu harus berpakaian seperti ini dihadapan Luckas.
Luckas mengalihkan pandangannya "dan..seperti biasa,Lidya..aku sangat tidak keberatan.. mataku sungguh berterima kasih padaku karena dapat menyaksikan pemandangan yang begitu indah"Luckas terkekeh, dia menarik sebuah kursi makan didekatnya "duduklah..aku yakin kamu sudah lapar..dan bagaimana dengan kepalamu? masih sakit?"
Perlahan Lidya duduk dikursi yang di tarik Luckas tadi, Luckas menyodorkan piring yang berisi toast dan juga secangkir kopi "masih..tapi aku bisa menahannya" sahut Lidya sambil mengisi perutnya dengan toast yang terlihat menggiurkan.
Luckas tersenyum melihat Lidya yang begitu lahap.
"Lidya"
Lidya menoleh kearah Luckas sambil mengunyah toast yang masih dimulutnya.
"Siapa Rico?"
Lidya hampir tersedak mendengar pertanyaan Rico, buru-buru meneguk kopi yang berada di depannya "Bagaimana kamu tahu nama itu?"
"semalaman kamu menyebut nama itu terus menerus"
Lidya meletakan kopinya,wajahnya kembali terlihat muram. Hanya mendengar nama itu saja,kepalanya kembali berdenyut kencang "dia..mantan kekasihku"
"yang mengkhianatimu?"
Lidya mengangguk "Kami berpacaran sudah tujuh tahun,Luckas. Sejak kuliah,perlahan kami mulai jarang berkomunikasi.. tapi,mungkin aku yang terlalu polos menganggap perubahan dirinya merupakan hal wajar karena kesibukannya sekarang. Sampai aku melihat sendiri dia berselingkuh dengan perempuan lain di depan mataku. A..aku begitu bodoh,Luckas..bahkan aku tidak tahu sudah berapa lama dia mengkhianatiku" sahut Lidya sambil meneteskan air mata "Lihatlah..bodohnya aku masih menangisi pria ******** itu" Lidya tersenyum getir sambil mengusap air mata yang mengalir dipipinya.
Luckas bangkit berdiri dan menggeser kursi Lidya hingga Lidya menghadapnya, Luckas memeluknya "biarkan air matamu mengalir, Lidya..biarkan ini menjadi air mata terakhir untuk ******** yang menyakitimu"
Air mata Lidya semakin deras mendengar ucapan lembut Luckas yang mengena hatinya, dia membutuhkan sandaran dan kasih sayang seperti ini. Lidya membalas pelukan Luckas dan menangis melepaskan semuanya dalam pelukan Luckas.
"Terima kasih,Luckas. Aku telah berjanji akan melupakannya"
Luckas menatap lekat kedua mata Lidya yang memerah "Lidya..kumohon..terimalah diriku.."
"Luckas.."
"Belum pernah ada wanita yang begitu aku inginkan seperti dirimu,Lidya..dan aku bisa gila jika kamu masih belum mau menerimaku!!"
"Luckas.." Lidya menundukkan kepalanya,dia tidak berani menatap Luckas "aku hanya wanita biasa..kamu sungguh mau menerimaku?"
"aku tidak perlu menerimamu,cukup hanya kamu yang menerimaku..karena kamu telah berada dihatiku sebelum aku menerimamu,Lidya.. hanya kamu satu-satunya" sahut Luckas sambil mengecup kening Lidya "aku mencintaimu.."
Hati Lidya berdebar kencang..Luckas sungguh mencurahkan kasih padanya, tanpa dia sadari Lidya telah membukakan hati untuk Luckas.
---------
Seminggu setelahnya di Hotel Ryans,
Sudah seminggu ini Luckas berada di New York untuk mengurus hotel Ryans yang ada di New York. Lidya juga semakin disibukan dengan pekerjaannya. Luckas dan Lidya tetap saling berkomunikasi walau jarak memisahkan mereka. Pintu hati Lidya perlahan mulai terbuka tanpa dia sadari. Tiap malam,Lidya selalu menunggu telepon ataupun pesan dari Luckas. Bahkan terkadang mereka berdua melakukan Video Call untuk melepas rindu mereka. Sejak itu,Lidya menyadari dirinya telah jatuh cinta pada Luckas,dan dia ragu apakah tepat mencintai seorang Luckas Ryans. Walau begitu, Lidya ingin mencoba menata hubungan dengannya. Lidya memutuskan untuk memberikan jawaban pada Luckas saat dia kembali ke Washington.
------
New York,
Luckas mengurus semua permasalahan dengan secepat mungkin, sampai membuat asistennya,Edward sedikit kewalahan. Dia tahu Luckas adalah workholic tapi baru kali ini dia melihat Luckas yang sangat berapi-api ingin menyelesaikan semuanya secepat kilat. Rasa rindu yang menyelimuti dirinya cukup membuat Luckas putus asa. Video Call tidak cukup mengobati rasa rindunya pada perempuan berambut coklat itu.
Luckas menyelesaikan pekerjaannya yang seharusnya memakan waktu dua minggu menjadi satu minggu. Dia ingin segera kembali ke Washington. "Edward,aku akan kembali ke Washington pagi ini.. Perihal yang penting sudah aku urus semuanya, dan aku harap kamu bisa mengurus sisanya,bukan?"
Edward mengangguk "tentu saja,sir. Anda dapat percaya pada saya"
Luckas tersenyum, dia sudah mengenal Edward luar dan dalam. Luckas sangat sulit mempercayai seseorang, tapi kesetiaan Edward dan ketangkasannya membuat Luckas semakin menyukai asistennya itu. Walau Edward lebih tua tiga tahun dari Luckas,tapi dia sangat menghormati dan mengagumi tuannya itu.
-------
di Bandar Udara Internasional John F.Kennedy,
Luckas melangkah masuk kedalam pesawat kelas bisnisnya. Hatinya sangat gembira mengingat dia akan segera bertemu dengan pujaan hatinya.
'aku akan memberinya kejutan dengan kepulanganku yang tiba-tiba ini'
Luckas tersenyum sendiri membayangkan wajah Lidya saat melihat dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Inda W S
ceritanya bagus,semakin suka,
2022-04-04
1
Tinaagustina
novel kamu mmang beda Thor...biasanya CEO tdk mudah lngsng fall in love hrs ad konflik dulu baru bucin ...yg ini mah beda saya suka saya suka
2021-07-11
2
💞🎗Yannie🎗💞
rindu itu berat ya lucas....
2020-11-29
3