Lidya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Luckas, dia tertawa lepas begitu saja walau Luckas sedang dekat dengan wajahnya "anda...ternyata anda sungguh humoris,Luckas" sahut Lidya sambil tetap melanjutkan tawanya, baginya Luckas hanya sekedar menggodanya. Bagaimana mungkin seorang pewaris tunggal Hotel Ryans yang terhormat bisa menyukainya yang bukan apa-apa, sungguh bagaikan langit dan bumi.
Luckas tidak bergeming sedikitpun malah menatap Lidya dengan wajah yang sangat serius, Lidya menatap Luckas yang begitu serius perlahan tawanya mulai menghilang..dia tau Luckas tidak sedang bercanda "ka..kamu serius??" tanya Lidya gugup.
Luckas mengangguk dengan yakin.
"ta..tapi...ak..aku..bukan wanita yang pantas untukmu. Aku tidak kaya, tidak cantik, bukan dari keluarga terpandang,a..aku..." ucapan Lidya terhenti oleh serangan ciuman dari Luckas.
Ciuman yang begitu dalam, samar-samar Lidya dapat merasakan aroma wine dari ciuman mereka. Lidya mencoba menolak ciuman Luckas, tapi malah membuatnya terjatuh berbaring dilantai. Luckas semakin leluasa ******* bibir wanita tersebut. Perlahan Lidya akhirnya menerima ciuman yang begitu intens itu. Dia mulai membalas permainan lidah Luckas, membalas ciuman Luckas dengan penuh gelora. Luckas menghentikan serangannya, dia takut jika dia melanjutkan maka akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Walau Luckas tentu ingin melanjutkan semuanya tapi dia mencoba menahan lonjakan gairah yang mulai terbakar dalam tubuhnya. Nafas keduanya memburu, Luckas menatap Lidya dengan lembut "wanita seperti apa yang pantas untuku,Lidya? Aku tidak membutuhkan wanita yang penuh dengan kecantikan palsu yang selalu memakai topeng! Aku juga tidak membutuhkan wanita kaya,Lidya" sahut Luckas sambil membelai rambut Lidya yang sedang terbaring dibawahnya "aku hanya membutuhkanmu di sisiku dan kamu sudah sangat sempurna dimataku".
Lidya memalingkan wajahnya ke kanan,dia ingin menghindari tatapan mata Luckas yang membuatnya seakan meleleh "ini terlalu tiba-tiba,Luckas"
"aku tahu ini gila,Lidya. Tapi aku tidak bisa menahan diriku terlalu lama..hanya kamu satu-satunya wanita yang sukses membuatku tidak sanggup fokus dengan pekerjaanku. Kamu selalu membayangi pikiranku. Dan aku yakin dengan instingku jika kamulah satu-satunya wanitaku... Harus!"
"tapi..." Luckas kembali sukses menghentikan ucapan Lidya dengan ciumannya, dia tidak tahu mengapa dia begitu menginginkan wanita ini. Ciuman Luckas pelan namun begitu mesra, semua sudut bibir Lidya dilumat Luckas tak bersisa. Lidya merasakan dirinya yang mulai meleleh perlahan dihujani ciuman yang begitu intens, belum pernah dia merasakan ciuman yang sanggup membuat kedua kakinya lemas bahkan dengan Rico sekalipun. Lidya tidak pernah merasakan getaran saat berciuman dengan Rico dulu. Di tengah ciuman yang begitu intens, Lidya mencoba memanggil Luckas. Luckas menghentikan ciumannya, nafas keduanya seakan berlomba-lomba.
"maafkan aku,Lidya jika membuatmu terkejut. Tapi inilah aku,aku terbiasa untuk cepat menggapai keputusan apapun, dan apapun yang aku inginkan. Karena kebiasaanku sebagai businessman yang takut kehilangan kesempatan jika aku terlalu lama mengambil keputusan. Aku harap tidak membuatmu terkejut"
Lidya membisu "bo.. boleh aku duduk?" sahut Lidya sambil menatap diri Luckas yang masih diatasnya.
"ah..maafkan aku" sahut Luckas sambil bangkit untuk duduk kembali, disusul oleh Lidya juga duduk. Mereka berdua duduk bersama-sama berdampingan. Lidya mencoba menahan suara detak jantungnya yang begitu kencang,dia takut Luckas bisa mendengarnya "jadi..apakah kamu menerimaku,Lidya?"
"a..aku.." Lidya menghela nafas "Aku butuh waktu,Luckas. Aku baru saja ingin menata perasaanku dengan fokus dengan pekerjaan baruku,tapi kamu tiba-tiba..." Lidya terdiam, dia teringat kenangan pahit akan pengkhianatan Rico.
"menata?" sahut Luckas heran "apa yang terjadi dulu,Lidya?"
Lidya menghela nafas panjang "dua minggu lalu,aku baru tahu tentang pengkhianatan dari kekasihku. Karena itu,aku mencoba menata perasaanku kembali dan aku mungkin belum siap dengan hubungan yang baru"
Luckas terdiam "baiklah..aku tidak akan memaksamu lagi. Dan aku akan menunggumu..hingga kamu siap dan bisa menerimaku" sahut Luckas sambil tersenyum lembut, dengan jarak yang begitu dekat..Lidya baru menyadari jika Luckas memiliki lesung pipi yang samar "tapi Lidya..aku tidak sanggup menunggu terlalu lama.. dan yakinlah..aku akan menghujanimu dengan perasaanku hingga kamu yakin untuk menerimaku"
Lidya tertawa mendengar perkataan Luckas.
"baiklah..mungkin sudah saatnya aku pergi,Lidya. Atau jika kamu ingin aku lebih lama disini,maka aku akan dengan senang hati menyetujuinya" sahut Luckas sambil bercanda.
Lidya kembali tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
Luckas bersiap untuk pulang tapi sebelum dia pergi dari hadapan Lidya, tidak lupa Luckas memberikan kecupan di keningnya "istirahatlah,sayang.. good night"
Lidya menatap Luckas yang perlahan menghilang dari pandangannya, dia menutup pintu dan menyubiti pipinya "aduh!!" pekik Lidya yang kesakitan.
'so..ini bukan mimpi??? Ya ampun Tuhan..apa yang baru saja terjadi?? seorang Luckas Ryans menyatakan cintanya padaku???'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Dessy Tan
hidup di Washington hrs ada semi nya donk, aku SK part ini.. cemangaaadd thor
2020-12-29
2
aynie aynie
meleleh atu yor😍
2020-12-14
4
Lailatul Hawa
mulutnya luckas kayak bebek...monyong aja jadi nyosor terus wakakak
2020-12-04
2