Seminggu setelah pertemuan Lidya dengan Luckas,dan sekarang Lidya dikejutkan oleh panggilan dirinya untuk menemui pimpinan mereka.
"anda yakin saya yang dipanggil,Miss Rainy?" tanya Lidya pada atasannya saat diberitahu. Miss Rainy menggeser kacamatanya sambil menatap Lidya dengan wajah yang garang. Rainy memang terkenal tegas dan galak,apalagi jika menyangkut urusan pekerjaan,dan itu juga membuatnya sukses memimpin anggota-anggotanya di bagian Guest Service ini.
"apakah anda berpikir saya sedang bercanda,Miss Lidya??"
Dengan gugup,Lidya menggeleng "tidak..maafkan saya"
Rainy menaruh kedua tangannya diatas meja sambil melipatnya "dan...aku tidak tahu apa yang membuatmu dipanggil dan bahkan harus menemui pimpinan kita..tapi,satu hal Miss Lidya..Jika memang anda berbuat salah,maka saya harap anda dengan segera meminta maaf.." Rainy melepaskan tangannya dan bersandar dikursinya kembali "begitu lama saya bekerja disini,tidak pernah sekalipun ada anggota saya yang dipanggil oleh pimpinan,begitu juga saya! Jadi..saya mohon anda menjaga sikap anda,Miss Lidya!!"
Lidya mengangguk dan permisi untuk keluar, Lidya ingin segera keluar dari ruangan yang rasanya bisa membuatnya sesak dan pingsan jika terlalu lama.
Dengan langkah berat,Lidya naik lift menuju lantai 20 tempat dimana kantor para atasan tinggi berada dan tentunya pimpinan juga. Jantung Lidya mulai berdetak kencang,semakin dekat dengan kantor pimpinannya semakin tidak karuan pula perasaannya.
--------
di dalam kantor, Luckas tengah melihat lembaran data diri Lidya yang ada ditangannya. Sejak Edward memberikan data diri Lidya padanya. Luckas semakin tertarik pada Lidya. Luckas tahu Lidya berasal dari keluarga biasa saja tapi Luckas juga heran mengapa dia begitu tertarik pada gadis yang hanya biasa saja. Padahal begitu banyak gadis dari kalangan atas yang selalu mencoba mendekatinya.
Luckas pernah mencoba pergi ke alamat yang tertera di data diri Lidya karena ingin mengenal sosok Lidya, tapi Luckas melihat jarak tempat tinggal Lidya ke hotel Ryans sangatlah jauh,saat Luckas bertanya pada pemilik kost..darinya Luckas tahu jika Lidya telah pindah dari kost tersebut. Dan Luckas juga tahu jika nomor telepon yang tertera di biodata Lidya sudah tidan aktif.
'tok..tok' terdengar suara ketukan pintu kantornya.
"masuk" sahut Luckas dari dalam kantornya.
Lidya menarik nafas dan mencoba tersenyum sebelum masuk kedalam kantor Luckas.
"Selamat sore,pak..saya mendapat pesan jika bapak ingin menemui saya?" tanya Lidya sambil mencoba menahan nafas karena menatap Luckas yang begitu mempesona. Luckas memakai kemeja hitam,bagian lengan dilipat Luckas supaya tidak mengganggunya bekerja..balutan celana jeans menambah kesan casual pada diri Luckas. Lidya merasakan panas yang mulai menjalar di pipinya,dengan cepat dia memegang pipinya seakan ingin meredakan pipinya yang mungkin mulai memerah.
"benar,silakan duduk" sahut Luckas,matanya menatap Lidya dengan terpesona. Balutan blouse coklat muda dan rok span coklat tua membuat Lidya begitu cantik. Luckas tersenyum kecil menatap gadis manis di depannya. Rambut Lidya terlihat sedikit berantakan karena Lidya terburu-buru untuk segera ke kantor Luckas,ditambah hati yang tidak karuan membuat dia lupa untuk memeriksa dirinya sebelumnya.
Luckas dan Lidya duduk di kursi yang diperuntukan untuk tamu di kantor Luckas. Begitu duduk di kursi tersebut, Lidya langsung memulai pembicaraan "maaf pak..ada perihal apa,pak?? apakah saya melakukan kesalahan?"
Luckas hanya membisu dan menatapnya, Lidya merasa sedikit risih dengan tatapan Luckas yang begitu mendominasi dirinya "apakah karena kejadian di l...." kalimat Lidya terpotong karena Luckas tiba-tiba melepaskan ikatan rambut Lidya, tentu hal itu membuat rambut Lidya terurai begitu saja. Luckas terdiam menatap Lidya dengan rambut terurainya 'cantik sekali wanita ini' seru Luckas dalam hati. Banyak wanita cantik yang bisa Luckas temui sehari-hari,tapi tidak ada satupun yang mampu membuatnya terpana 'sihir apa yang dipakai wanita ini'.
Dengan gugup,Lidya segera merapikan rambut panjangnya 'a..apa yang dilakukan pria ini' .
Luckas akhirnya sadar dengan kelakuannya dengan cepat dia meminta maaf "ah..maafkan aku, Miss Lidya..rambut anda terlihat sedikit berantakan sehingga aku tidak sadar melepaskan ikatan rambut anda" sahut Luckas beralasan.
"maafkan saya,pak..tadi saya sedikit terburu-buru sehing...."
"tidak..anda tidak perlu meminta maaf.. itu bukan kesalahan" balas Luckas memotong kalimat Lidya.
Lidya kembali terdiam,dalam hati mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak kencang.. "ja.. jadi..ada perihal apa pak?"
Luckas menatap Lidya hingga membuat Lidya menunduk seakan ingin melepaskan diri dari tatapan Luckas "kamu..sekarang tinggal dimana?"
Lidya terkejut dengan pertanyaan Luckas "sa..saya tinggal dekat dengan hotel ini,pak..ada apartemen kecil yang dekat dengan hotel ini"
"jadi..alamat yang ada di biodatamu bukanlah alamat yang asli?"
Lidya menggeleng "sebelum bekerja disini,saya memang tinggal di alamat tersebut,pak..tapi sejak bekerja disini saya memutuskan untuk pindah dekat dengan hotel ini supaya memudahkan saya untuk bekerja tiap harinya"
Luckas kembali terdiam..
"apa...apa saya harus melaporkan alamat terbaru saya,pak?" tanya Lidya kembali.
Sekilas Luckas tersenyum "tentu saja!!! hal ini wajib anda laporkan,Miss Lidya.."
Lidya tercengang "maafkan saya,pak..saya akan segera membuat laporan alamat terbaru saya pada bagian personalia"
Dengan cepat Luckas menggeleng... "tentu tidak perlu..anda dapat menulisnya sekarang disini..dan tidak perlu mengurus pada personalia dan juga jangan lupa sertai nomor handphone anda yang sekarang karena bagian personalia memberitahu nomor anda telah tidak aktif" sahut Luckas sambil menyodorkan pena dan kertas.
Walau sedikit bingung,tapi Lidya tetap mengikuti perintah Luckas dengan menuliskan alamatnya yang baru dan juga nomor teleponnya.
"apakah anda sudah memiliki kekasih??" pertanyaan yang sontak membuat Lidya terkejut.
"ma..maaf??"
"anda mendengar pertanyaanku,Miss.."
'kekasih??' kata yang sukses membuat Lidya teringat pada mantannya,Rico..Lidya tersenyum kecut dan wajahnya seketika berubah menjadi sedikit muram, Lidya menggeleng "tidak!"
Mengetahui raut wajah Lidya yang berubah,Luckas tidak melanjutkan pertanyaannya lagi. "Baiklah..terima kasih,Miss..anda sudah boleh pergi"
Lidya mengangguk dan keluar dari ruangan Luckas.
Dia berjalan menuju toilet untuk melepaskan tangisannya karena mengingat tentang Rico.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
lina k
seruuuu nicchhh cerita y
2021-08-06
1
☃️Dewi Prastya 🦩🎎
visual mana visual
2021-02-02
3
💞🎗Yannie🎗💞
lucas gercep nih 🙂🙂🙂🙂
2020-11-29
4