Setelah capek berjalan, Alana memilih duduk di sofa. Gafi juga ikutan duduk disamping istrinya itu. Dia memegang pinggangnya sambil meringis. Suaminya itu lalu mengusap pinggang istrinya untuk membuat Alana sedikit santai.
"Apa terasa sakit banget, ya? Jika sakitnya dapat dipindahkan, aku rela menanggungnya," lirih Gafi.
Alana memandangi Gafi mendengar ucapan pria itu. Dalam hatinya berkata, jika saja semua perhatianmu itu karena cinta, pasti aku akan sangat bahagia. Tapi, semua itu hanya karena kamu peduli dengan bayiku, ponakan kamu.
"Apa sebaiknya kamu operasi saja?" tanya Gafi.
"Aku akan mencoba normal dulu, Mas. Dari. yang aku baca lebih sedikit resiko melahirkan normal," jawab Alana.
"Bagi wanita yang melahirkan secara normal, maka akan pulih lebih cepat dan hanya sedikit mengalami rasa sakit setelah melahirkan daripada mereka yang melahirkan melalui operasi sesar. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa ibu melahirkan normal lebih cepat diizinkan pulang dari rumah sakit. Itu yang dokter katakan," ucap Alana selanjutnya.
"Caesar hanya dilakukan jika pasien mengalami satu kondisi yang membuat dokter memutuskan untuk melakukan persalinan dengan cara operasi. Di mana takut akan membahayakan bagi ibu dan janin jika dipaksakan melahirkan normal," ucap Mama Dewi menambahkan. Kedua putranya dilahirkan secara normal.
Gafi akhirnya mengangguk setuju, dia meminta Alana duduk di dekatnya dan diusapnya punggung hingga pinggul istrinya itu. Alana tampak makin meringis.
"Tidurlah sini. Biar aku usap," ucap Gafi. Dia tak pernah membayangkan jika sakit saat akan melahirkan itu lama. Dalam pikirannya jika sakit dan langsung lahiran.
"Nggak bisa, Mas. Sakit banget ...," jawab Alana.
Melihat Alana yang meringis dan sedikit merintih menahan sakit, membuat Gafi menjadi iba. Rasanya ingin sekali memindahkan semua rasa sakit itu ke tubuhnya.
Pagi sudah menjelang. Mama Dewi pamit pulang. Dia ingin membuatkan sarapan untuk anak menantunya. Sekarang hanya tinggal Alana dan Gafi di ruangan itu.
Alana terbangun, dia lalu berdiri dan membungkuk dan memegang tepi tempat tidur. Dia meletakkan kepalanya di tepi ranjang. Gafi mendekati dan mengusap kembali pinggang istrinya itu.
"Sebaiknya kamu mandi dulu, biar lebih segar," ucap Gafi.
Alana mengangguk setuju, dia masuk ke kamar mandi dan membasuh tubuhnya. Dia juga membasahi rambut agar tubuhnya terasa lebih segar.
Dokter masuk sekitar pukul tujuh pagi. Di bantu bidan, dokter memeriksa Alana. Dokter mengatakan pembukaan jalan rahim istrinya saat ini telah bukaan empat. Tunggu hingga bukaan delapan baru masuk ruang bersalin.
"Sakitnya makin terasa, Dok. Apa masih lama lagi?" tanya Alana, dia sudah tak tahan dengan nyeri yang dirasakan.
"Semakin besar bukaan, kontraksi akan terjadi semakin cepat dengan durasi yang lebih lama. Ketika pembukaan lahiran mencapai 3-4 cm, maka ibu mulai memasuki fase aktif. Fase aktif dimulai ketika serviks sudah membuka sekitar 3-4 cm dan jangka waktu kontraksi semakin tetap. Fase aktif atau dimulainya pembukaan dari 3–10 cm, normalnya berlangsung 1 jam/pertambahan pembukaan. Ibu Alana akan merasakan sakit yang lebih terasa menjelang masuk bukaan sepuluh," ucap Dokter.
"Apa yang harus dilakukan agar mengurangi rasa sakit yang dirasakan istri saya, Dok?" tanya Gafi.
"Coba berjalan aktif di dalam kamar, agar pembukaan cepat. Posisi jongkok bisa juga meredakan sedikit rasa nyeri."
"Apakah tidak ada obat untuk menghilangkan rasa nyeri itu, Dok?" Kembali Gafi bertanya.
"Jika Ibu memilih persalinan normal memang akan mengalami fase ini. Atau Ibu Alana dapat mengurangi rasa nyeri dengan duduk diatas gym ball. Selama proses pembukaan berlangsung, Ibu akan merasakan ada sesuatu yang mendorong hingga terasa nyeri ke bagian inti tubuh. Untuk meredakan rasa nyeri duduklah di atas gym ball. Ikuti gerakan natural pinggang dan pinggul Ibu. Ke depan, ke samping, atau ke belakang secara perlahan."
"Baiklah, Dok. Apakah ada jual gym ball di rumah sakit ini, Dok?"
"Ada disediakan. Bapak tak perlu membelinya. Nanti saya minta perawat mengantarnya."
"Baiklah, Dok. Terima kasih."
"Sama-sama. Ibu Alana, sebaiknya di bawa santai saja. Jangan banyak pikiran. Jika nyeri bertambah ibu bisa menarik napas panjang, atau jongkok."
"Baik, Dok," balas Alana pelan sambil menahan rasa sakit.
Dokter meninggalkan ruang perawatan Alana. Dokter mengatakan akan kembali dua jam lagi untuk melihat perkembangannya
***
Sekitar jam sembilan, Mama Dewi datang kembali. Dia membawa rantang berisi makanan yang Alana pesan. Sebelum pulang dia sempat menanyakan keinginan menantunya itu.Dia meminta mama Dewi masak dendeng balado dan bening bayam serta bakwan jagung.
"Udah, Ma. Aku kenyang," ucap Alana. Saat ini mama Dewi sedang menyuapi menantunya itu.
"Baru beberapa suapan, Nak. Tambah lagi ya. Kamu perlu banyak tenaga buat melahirkan nanti," ucap Mama Dewi.
"Tapi aku nggak ada selera, Ma. Pinggulku makin terasa sakit," ujar Alana.
"Alana, sakitnya hanya saat akan melahirkan saja. Ketika kamu mendengar suara tangisan bayimu, rasa sakit yang kamu rasakan akan hilang seketika," ucap Mama Dewi. Alana hanya mengangguk sebagai jawaban.
Tiba-tiba Alana meringis, membuat Gafi jadi terkejut dan ketakutan. Dia mendekati istrinya dan berlutut dihadapan istrinya.
"Lana, bagian mana yang sakit? Apa yang bisa aku lakukan untuk mengurangi sakit itu?" tanya Gafi.
"Semuanya, Mas. Seluruh tubuhku terasa sakit dan remuk."
"Gafi, bawa Alana berbaring saja. Kalau bisa berbaring miring," ucap mama Dewi.
Gafi lalu berdiri dan membantu Alana berdiri dan mengajaknya berbanding. Dia kembali mengusap pinggang sang istri, menuruti perintah sang mama. Hal itu dapat mengurangi sakit yang dirasakan, kata mama Dewi.
Tidak berapa lama, Dokter dan bidan masuk. Bidan menutup tempat tidur dengan gorden sebelum Dokter melakukan pemeriksaan.
"Bagaimana Bu Alana, apa yang Ibu rasakan?" tanya Dokter.
"Sakit dan nyerinya hilang timbul. Namun setengah jam ini sakitnya makin terasa dan lebih sering dirasakan."
"Jika sakitnya makin sering dirasakan, itu tandanya bukaan jalan lahir udah makin besar dan persalinan udah dekat. Saya periksa dulu ibunya ya, Pak!" ucap Dokter meminta izin Gafi.
"Silakan, Dok."
Dokter dibantu bidan melakukan pemeriksaan pada jalan lahir Alana. Gafi menunggu dengan gelisah dan gugup. Rasanya lebih gugup dari menunggu keputusan menang atau kalah tender.
"Bu Alana, saat ini jalan rahim Ibu udah bukaan delapan. Sebaiknya Ibu masuk ke ruang bersalin aja," ujar Dokter.
"Apa itu artinya Alana akan segera melahirkan, Dok?" tanya Gafi saat mendengar ucapan dokter.
"Betul, Pak Gafi."
Dokter dan bidan meninggalkan ruang rawat inap itu setelah meminta Gafi untuk membawa Alana ke ruang persalinan. Dia lalu mengambil kursi roda dan menggendong wanita dari tempat tidur, dan mendudukkan istrinya di kursi roda itu.
Sebelum masuk ke ruang bersalin, Alana meraih tangan Mama Dewi.
"Ma, maafkan aku. Doakan persalinanku lancar. Mas Gafi, aku juga minta maaf jika ada sikapku yang tak kamu senangi," ucap Alana.
Mama Dewi dan Gafi hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Mereka tak tahu harus bicara apa karena gugup.
Mama Dewi memutuskan menemani Alana di dalam ruang persalinan sedangkan Gafi hanya menunggu di luar. Setengah jam kemudian terdengar suara bayi. Pria itu langsung berdiri dan tampak tersenyum.
Tidak begitu lama, seorang bidan keluar dengan menggendong bayi. Gafi mendekatinya. Dia melihat wajah bayi Alana.
"Wajahnya sangat mirip Daffa. Apakah Daffa tidak tersentuh melihat bayi mungil ini. Dia sangat lucu," gumam Gafi dalam hatinya.
***
Setelah Alana dipindahkan ke ruang inap, mama Dewi pamit dengan Alana dan Gafi. Dia ingin pergi ke apartemen putranya Daffa. Tadi anaknya mengabari jika dirinya sedang sakit. Sebagai seorang ibu, dia tak akan tega, walau sang putra banyak melakukan kesalahan.
Mama Dewi pergi dengan memakai taksi. Namun, dia berniat tak akan mengatakan tentang kelahiran anaknya. Ini semua atas permintaan Gafi, anak sulungnya itu pernah melarang sang mama mengabari apa pun tentang bayi Alana, bukankah Daffa memang tak pernah menginginkan kehadiran sang baby, sehingga mama Dewi terpaksa mengikuti kemauan putra pertamanya itu.
***
Alana memandangi wajah putrinya yang begitu mirip dengan Daffa. Dia lalu menatap ke arah Gafi yang tampak berbahagia atas kelahiran anak itu.
Alana menarik napas, dalam hatinya berkata, saat perpisahan dengan Gafi akan semakin dekat. Apa pun yang akan terjadi nanti, tekadnya sudah bulat untuk berpisah. Dia ingin buktikan pada dunia jika bisa hidupi buah hatinya tanpa belas kasihan siapa pun.
Sebenarnya keputusan berpisah Alana ambil juga untuk menjaga sang putri, dia takut jika tiba-tiba Daffa ingin merebut buah hatinya itu.
***
Selamat Pagi semuanya. Menjelang bab 20 mama harap tetap baca tiap update ya. Besok karena lebaran Idul Adha, mama update satu bab atau dua bab? Takutnya kalau dua bab tak ada yang baca karena sibuk, dan itu akan mempengaruhi retensi.
Bab-bab berikutnya menjelang perpisahan Gafi dan Alana ya. Jangan lupa tetap membacanya. Terima kasih. Lope-lope sekebon jeruk 🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
tahniah buat kelahiran baby girl Alana
2025-03-28
0
Hafifah Hafifah
si daffa sakit karna ngalamin kontraksi atau sakit yg lain
2024-07-25
2
Ketawang
sakit yg di rsakan Alana menjelang prsalinan sprti nyata bukan karya halu pda umumnya,sakit bentar lgsung oek" bayinya kluar...
aq sampai ikut mrsakan sakitnya,jd keingat prjuangan mlhirkan normal 6th lalu😢
2024-07-25
1