Bab Sepuluh

Gafi terbangun dan merasakan pelukan hangat di tubuhnya. Dia melihat kepala Alana yang tenggelam di dadanya. Dia teringat, tadi pulang cepat dari kantor karena merasa badannya yang kurang enak. Dia yang awalnya memeluk istrinya, tapi sekarang sang istri yang mendekapnya erat.

Gafi kembali memejamkan matanya. Tubuhnya terasa lebih nyaman. Tadi selain di kompres, Alana juga memberikan obat penurun panas.

Hingga matahari bersinar dengan teriknya, Alana terbangun. Dia langsung melepaskan pelukannya.

"Untung Mas Gafi belum bangun. Bisa-bisanya aku memeluk tubuhnya," ucap Alana bermonolog.

Alana bangun dan segera mandi. Setelah itu dia turun ke lantai satu. Alana melihat mama Dewi sedang menonton.

"Ma, sudah pulang?" tanya Alana sedikit heran.

Biasanya mama Dewi pulang jam lima sore. Sedangkan ini baru jam satu siang. Alana kuatir ada sesuatu yang terjadi.

"Mama mendengar dari bibi kalau Gafi pulang karena kurang enak badan," jawab Mama Dewi.

"Iya, Ma. Tapi tadi udah aku beri obat penurun panas. Semoga cocok," balas Alana.

"Apa betul tadi Daffa datang dan bertengkar dengan Gafi?" tanya Mama lagi.

"Benar, Ma," jawab Alana.

Alana tak akan menutupi kedatangan Daffa. Biar semua keluarganya tahu bagaimana pecundangnya pria itu.

"Apa yang Daffa lakukan di sini?" Lagi-lagi mama Dewi bertanya.

"Tentu saja ingin menemui aku, Ma. Dia meminta aku pergi dari rumah ini, karena tak sudi melihatku lagi," jawab Alana.

"Kamu jangan mau pergi. Kamu itu telah menjadi istri sah Gafi dan berhak tinggal di sini. Jika Daffa tak bisa terima, biar dia saja yang pergi!" balas Mama Dewi.

"Ma, aku jadi tak enak. Karena aku Mama dan Daffa jadi bertengkar dan selisih paham," jawab Alana.

"Seorang Ibu tetaplah ibu walau anaknya bersalah. Tak ada Ibu yang membenci putranya, cuma kadang kecewa dengan sikap anak saja. Mama berharap dia belajar dari pengalaman. Mama rasa Gafi juga mengawasinya dalam diam. Daffa itu badannya aja gede. Pemikiran masih sukanya senang-senang doang."

"Aku juga berharap Daffa bisa bersikap lebih dewasa. Maaf Ma, aku tak bisa temani. Aku mau buatkan bubur dulu untuk Mas Gafi. Sudah jam makan siang. Semoga ada selera makannya," pamit Alana.

"Silakan, Nak. Terima kasih," ucap Mama dengan mata berkaca.

"Ma, jangan ucapkan terima kasih. Ini kewajiban aku sebagai seorang istri," balas Alana.

"Tetap harus berterima kasih. Sejak kehadiran kamu, tugas mama jadi berkurang. Kamu mengambil alih semua yang seharusnya mama kerjakan. Sekali lagi terima kasih karena mau mengurus anak mama," ucap Mama Dewi dengan suara serak.

Sejak suaminya berpaling pada wanita lain, Mama Dewi harus berjuang seorang diri membesarkan kedua anaknya. Mungkin untuk materi dia tak kekurangan karena dari kecil sudah berlimpah harta. Semua hartanya kini juga dari orang tuanya. Cuma dia harus berperan ganda, jadi ayah dan sekaligus ibu buat kedua putranya.

Kenapa Mama Dewi tak menikah lagi? Sudah cukup memiliki dua suami. Satu ayah Gafi dan satu ayah Daffa. Kedua suaminya memiliki sifat berbeda, sama seperti kedua putranya.

"Ma, aku seneng melakukannya. Mama dan Mas Gafi jauh lebih baik. Aku pamit." Kembali Alana pamit.

Di dapur bibi telah menawarkan diri untuk membantu membuatkan bubur, tapi Alana menolak. Dia ingin memasak untuk suaminya dari tangan sendiri.

Setelah matang, Alana langsung membawanya ke lantai atas, tepatnya ke kamar mereka. Mama melihat sambil tersenyum. Air matanya tak terasa menetes. Air mata bahagia.

"Dari awal bertemu mama yakin kamu anak baik, cuma salah bergaul saja. Semoga kamu dan Gafi bersama hingga tua. Mama yakin suatu hari Daffa akan menyesal karena melepaskan kamu," gumam mama dalam hatinya.

Alana membangunkan Gafi dengan mengguncang tubuhnya secara perlahan. Dia tak mau suaminya nanti jadi sakit perut karena makan siang terlambat.

"Mas, bangunlah. Sudah jam dua. Makan siangnya sudah sangat telat ini," ucap Alana sambil membangunkan sang suami.

Beberapa melakukannya, barulah Gafi membuka mata. Dia tersenyum melihat Alana, membuat istrinya itu jadi salah tingkah. Tak pernah pria itu tersenyum manis begini.

"Mas, aku udah buatkan bubur. Kamu makan dulu. Nanti bisa lanjut tidurnya," ucap Lana.

Alana mengambil bubur dan menyuapi Gafi. Pria itu merasakan perbedaan dengan rasa buburnya.

"Ini kamu yang masak sendiri, bukan bibi?" tanya Gafi.

"Iya, Mas. Kurang enak ya?" tanya Lana. Dia kuatir rasanya tak enak.

"Enak, beda dari masakan bibi," jawab Gafi.

Alana tersenyum bahagia karena Gafi menyukai masakannya. Setelah makan dia memberikan obat penurun panas sekali lagi. Merasa suhu tubuh sang suami sudah jauh berkurang panasnya.

Gafi lalu meminta Alana menemaninya tidur. Sepertinya pengaruh obat yang membuat matanya jadi mengantuk terus.

***

Pagi harinya, Alana kembali memasak bubur untuk sarapan Gafi. Mama yang sudah bangun melihat menantunya memasak jadi tersenyum. Dia tak melarang lagi karena terakhir kontrol kehamilan, dokter mengatakan kandungan Alana sehat.

"Kamu masak apa, Nak?" tanya Mama Dewi.

"Bubur, Ma. Untuk sarapannya Mas Gafi," jawab Alana.

Mama Dewi hanya mengangguk sebagai reaksi. Dia duduk di kursi sambil melihat menantunya memasak. Setelah selesai, Alana pamit ke kamar.

Saat masuk kamar, Alana melihat suaminya baru selesai mandi.

"Mas, apa mau ke kantor juga?" tanya Alana.

"Aku ada rapat," jawab Gafi singkat.

"Apa Mas sudah merasa enakan badannya?" Kembali Alana bertanya.

"Sudah. Terima kasih ya," ucap Gafi. Alana menjawab dengan menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Mas, aku pilihkan baju dulu."

Alana lalu memilihkan baju untuk suaminya. Setelah itu menyuapi Gafi bubur yang tadi dia masak. Dengan lahapnya pria itu menghabiskannya.

"Aku pamit," ucap Gafi setelah sarapan.

"Hati-hati, Mas. Kalau terasa pusing lagi, sebaiknya Mas pulang.Jangan dipaksakan bekerja," balas Alana.

"Ya ...," jawab Gafi dengan singkat. Gafi lalu pamit. Alana mencium tangan suaminya. Kali ini Gafi membalas dengan mengecup pucuk kepala Alana.

***

Jam sepuluh Alana mulai memasak buat makan siang suaminya. Tadi Mama Dewi berpesan agar dia memasak makanan buat makan siang sang suami dan mengantarnya ke kantor. Supir nanti yang akan mengantar Alana.

Alana memasak sup ayam kampung, perkedel dan ditambah kerupuk. Dia juga membuat balado teri dan kacang. Setelah semua matang, Alana lalu mandi dan bersiap ke kantor.

Alana memasukan semuanya ke rantang. Setelah semua siap, dia meminta supir mengantarkan ke kantor. Resepsionis yang telah mengenal supir mempersilakan Alana masuk.

Sampai di depan ruang kerja Gafi, Alana minta izin masuk. Awalnya sekertaris melarang, setelah Alana mengatakan siapa dirinya barulah diizinkan masuk.

Alana membuka pintu ruang kerja dengan perlahan. Saat pintu terbuka, dia terkejut melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Hampir saja rantang di tangannya terjatuh.

Alana melihat seorang wanita duduk dipangkuan Gafi. Dia sedang mengecup bibir sang suami.

"Siapa kamu? Kenapa masuk tanpa izin dan tak mengetuk pintu dulu?" tanya wanita itu dengan suara ketus.

Terpopuler

Comments

𝓙𝓾𝓶𝓲 🤳

𝓙𝓾𝓶𝓲 🤳

klo aku jadi alana aku lempar lah tuh rantang ke mereka berdua biar heboh skalian kapok kena tuh muka mak lampir 🤭😂🤣

2024-06-12

37

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

astaga Gafi, ternyata berciuman dengan kekasih nya.... sabar Alana..

2025-03-27

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

semoga timbul benih cinta di antara Gafi dan Alana....

2025-03-27

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!