Bab Tujuh

Gafi menyimpan surat perjanjian yang telah Alana tanda tangani. Setelah itu dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Alana ingin berbaring, tapi takut jika tak diizinkan sekamar, sehingga dia menunggu Gafi hingga selesai mandi. Setengah jam kemudian barulah dia keluar.

Dengan rambut basah dan hanya memakai celana pendek dan baju kaos, ketampanan Gafi makin bertambah. Terlihat mudanya. Dia menatap Alana tanpa kedip.

"Kamu belum tidur?" tanya Gafi dengan wajah sedikit keheranan.

"Aku tak tau harus tidur di mana, Mas," jawab Alana apa adanya.

"Tidur itu ya di ranjang!" balas Gafi.

Alana tahu jika tidur itu di ranjang. Dia hanya takut jika pria itu tak mau berbagi tempat tidur dengan dirinya. Sehingga dia menunggu keputusan dari Gafi terlebih dahulu.

"Aku tau tidur itu di ranjang, Mas. Tapi kalau aku tidur di ranjang, Mas nanti tidur di mana?" tanya Alana.

"Ya di ranjang juga! Kamu takut?" Gafi balik bertanya.

"Bukan, aku tak takut. Cuma aku ...."

Alana tak melanjutkan ucapannya. Dia takut menyinggung perasaan Gafi jika bertanya apakah pria itu tak keberatan seranjang dengannya.

Alana lalu membaringkan tubuhnya. Gafi mendekati ranjang. Naik ke atas kasur dan ikut berbaring. Dapat dia cium bau wangi tubuh pria itu. Rasanya ingin memeluknya.

"Jangan ngawur Alana. Kamu bisa di bunuh jika berani memeluknya," gumam Alana dalam hati. Dia menggelengkan kepala untuk mengusir pikirannya yang ngelantur.

Gafi yang kebetulan melihat itu menjadi heran. Lalu dia bertanya, "Apa ada yang salah sehingga kamu menggelengkan kepala?"

"Tidak ada yang salah, Mas" jawab Alana gugup. Dia lalu memunggungi Gafi dan mencoba menutup mata.

***

Pagi harinya, Alana yang terbiasa bangun pagi, langsung mandi dan menuju dapur. Dia membantu bibi menyiapkan sarapan. Walau bibi telah melarang, tapi dia tetap bersikeras.

Mama Dewi yang baru bangun, melihat Alana di dapur langsung menghampiri. Dia takut sekali jika Alana kecapean dan mempengaruhi kesehatan bayinya.

"Alana, kenapa kamu memasak, Nak. Dokter melarang kamu bekerja. Biar bibi saja yang mengerjakan," ucap Mama Dewi.

"Bibi sudah melarang, Bu. Tapi Non Alana tetap mau menolong," ucap Bibi. Wanita paruh baya itu takut disalahkan dan takut dipecat.

"Ma, memang aku yang mau. Membantu bibi menyiapkan sarapan tak akan membuat aku capek, Ma. Jangan kuatir, dokter melarang itu kalau bekerja keras," jawab Alana.

"Kamu kembali saja ke kamar. Tolong siapkan baju kerja Gafi. Biasanya mama yang siapkan semua. Mulai hari ini mama mau itu semua kamu yang lakukan. Dasi ada di lemari kecil samping meja rias," ucap Mama Dewi.

"Aku siapkan pakaian Mas Gafi?" tanya Alana meyakinkan.

"Iya, Sayang. Bukankah kamu sudah menjadi istrinya. Jadi tugas mama berpindah padamu. Sekalian kamu bawa sarapan buat Gafi. Dia selalu telat bangun. Jadi sarapan selalu saja di kamar. Terkadang harus disuapin baru mau sarapan. Kebiasaan dari kecil yang malas sarapan," jawab Mama Dewi.

"Kalau begitu aku ke atas dulu. Aku pamit, Ma," ucap Alana.

Alana sekalian membawa baki yang berisi teh hangat dan sepiring nasi goreng yang tadi disiapkan bibi. Tadi bibi mencoba menawarkan diri untuk membawakan makanan itu, tapi Alana menolak. Masa hanya membawa baki berisi sepiring nasi dia harus meminta tolong. Dia telah terbiasa hidup keras. Jika hanya segitu, masih sangat gampang baginya.

Alana membuka pintu kamar. Dia tak melihat Gafi di ranjang. Mungkin dia sedang mandi, pikir wanita muda itu.

Setelah meletakkan baki berisi makanan ke atas meja, Alana berjalan ke lemari. Dia mengambil celana, kemeja dan jas dengan warna yang pas untuk Gafi, yang telah sah menjadi suaminya.

Saat pintu terbuka, lagi-lagi Alana harus menyaksikan pemandangan yang menakjubkan. Gafi keluar dengan rambut basah dan hanya memakai handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Pria itu sepertinya juga terkejut melihat kehadiran Alana, tapi dia berusaha bersikap wajar.

"Mas, mama minta aku menyiapkan baju untuk kamu. Jika kamu merasa pilihanku kurang tepat, katakan saja. Biar aku cari yang lain," ucap Lana dengan suara lembutnya.

Tanpa menjawab ucapan Alana, pria itu berjalan menuju tempat tidur. Dia lalu melihat dengan seksama pakaian yang wanita itu pilihkan. Tanpa pikir panjang lagi dia mengenakan.

Alana mendekati Gafi. Dia mengambil dasi dan memasangkan pada pria itu. Ternyata dia tak menolaknya. Tinggi Alana yang hanya sedada sang suami membuat dia sedikit berjinjit. Pucuk kepalanya mengenai bibirnya Gafi. Namun, pria itu seperti tak terpengaruh padahal detak jantung Alana telah berpacu lebih cepat.

"Terima kasih," ucap Gafi setelah Alana memasang dasi dengan rapi.

"Sama-sama, Mas. Sarapan Mas sudah aku bawa sekalian," balas Alana.

"Aku sarapan di kantor saja," jawab Gafi.

"Tapi aku sudah siapkan sarapan untuk Mas. Atau mau aku suapin?" tanya Alana. Dia teringat ucapan mama Dewi tadi, jika Gafi sangat malas sarapan.

Gafi tidak menjawab, hanya diam membisu. Alana menganggap itu sebagai jawaban. Dia mengambil nasi goreng. Lalu mendekati Gafi yang duduk di tepi ranjang sambil memainkan Laptop, sepertinya menyelesaikan pekerjaan.

Alana lalu menyuapi suaminya itu. Lagi-lagi tidak ada penolakan. Dia bersyukur karena Gafi tidak seseram yang dibayangkan.

"Aku sudah kenyang!" ucap Gafi masih dengan suara datar. Tanpa intonasi.

Gafi lalu mengambil dompetnya. Dia lalu memberikan satu kartu debit dan satu kartu kredit pada Alana.

"Untuk apa ini, Mas?" tanya Alana dengan heran.

"Untukmu. Kau bisa gunakan untuk membeli semua kebutuhanmu. Nanti aku kirim nomor pin ke ponselmu," ucap Gafi.

Setelah memberikan dua kartu itu, Gafi meraih tas kerjanya. Dia lalu berjalan menuju pintu. Alana lalu mengikutinya.

"Mas ...." Panggilan Alana membuat Gafi berhenti berjalan.

Alana lalu meraih tangan Gafi, dan menciumnya. "Hati-hati, Mas," ucap Alana.

Gafi terdiam melihat dan mendengar apa yang Alana ucapkan. Baru kali ini dia diperlakukan begitu hormatnya oleh seorang wanita. Naura kekasihnya, jangankan mencium tangannya, bersalaman saja dia tak pernah.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

seperti bocah kecil yang mau di suapi 🤦‍♀️

2025-03-27

0

Khairul Azam

Khairul Azam

mss mes mas mes, satu kata mas

2024-11-30

0

Khanza Safira

Khanza Safira

gavi termasuk suami idaman gak sih, beruntung banget di cintai laki laki seperti dia /Rose/

2024-10-19

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!