Bab Delapan

Tak terasa sudah dua bulan lamanya Alana dan Gafi telah menikah. Kandungannya saat ini telah mulai kuat. Dia ingin bekerja kembali agar tak bergantung dengan pria itu terus. Bukankah setelah melahirkan nanti dia akan berpisah dengan Gafi.

Saat makan malam, Alana mengutarakan niatnya itu. Apa guna ijazah yang dia dapat jika tidak digunakan.

"Ma, Mas, aku ingin bicara," ucap Alana dengan suara masih ragu.

Gafi mengangkat wajahnya memandangi Alana. Tidak biasanya wanita itu seserius saat ini.

"Ada apa, Lan? katakan saja," balas Mama Dewi.

Alana menarik napas. Dia lalu tersenyum sebelum memulai berbicara.

"Ma, Mas, saat ini kandunganku telah memasuki usia tiga bulan. Aku rasa sudah cukup kuat. Jadi aku ingin kembali bekerja," ucap Alana dengan suara sedikit gugup.

Alana merasa lega karena telah mengutarakan apa keinginannya. Tinggal menunggu reaksi dari Gafi dan Mama Dewi.

"Kenapa harus bekerja? Apa Gafi tak memberi kamu uang yang cukup?" tanya Mama Dewi.

"Bukan begitu, Ma. Aku kadang bosan juga di rumah terus," jawab Aluna beralasan. Padahal semua dia lakukan sebagai persiapan nanti saat dia dan Gafi telah berpisah.

"Kalau begitu, kamu bisa main ke butik mama. Bantu-bantu mama saja. Jangan kerja yang berat. Nanti kamu capek," ucap Mama Dewi.

"Tapi, Ma ...."

"Nggak ada tapi-tapian. Jika kamu juga bosan di butik, bisa main sesekali ke kantor Gafi. Pasti Gafi akan senang ditemani sang istri," balas Mama Dewi.

Gafi hanya diam, tidak melarang dan juga tidak membenarkan ucapan mamanya. Alana terpaksa setuju. Namun, dalam hati wanita itu dia tetap melamar kerja. Kemarin dia sempat melihat lowongan pekerjaan, ada satu perusahaan yang membutuhkan tenaga keuangan tambahan, dan bisa bekerja dari rumah. Sebagai sarjana ekonomi dia mau mencoba melamar.

Setelah selesai sarapan jika biasanya Gafi pergi ke kantor hanya berpamitan dengan mamanya. Namun, sekarang dia sudah mulai terbiasa pergi ke kantor bersalaman dengan Alana juga.

***

Siang harinya, saat Alana sedang asyik duduk di taman belakang sambil mengirimkan lamaran pekerjaan, dia dikejutkan dengan kedatangan seseorang. Di rumah saat ini hanya ada dirinya dan dua pembantu rumah tangga.

"Enak ya sekarang, tinggal makan. Tak perlu bekerja dan tak perlu bereskan rumah. Ternyata ini tujuan kamu mendekati aku dulu, agar bisa hidup dengan enak dan nyaman tanpa perlu bekerja," ucap Daffa.

Kehadiran Daffa membuat Alana terkejut. Apa lagi saat ini tak ada mama Dewi dan Gafi. Dia takut lelaki itu melakukan sesuatu yang buruk.

Alana lalu berdiri dan berjalan hendak meninggalkan Daffa. Namun, tangannya di tarik pria itu sehingga langkahnya tertahan.

"Apa kau merasa puas dan hebat karena telah membuat aku dimusuhi keluarga sendiri. Dasar wanita jalang, aku tak pernah menduga ternyata kau licik juga. Sengaja mendekati keluargaku agar bisa hidup enak. Aku kira cupu ternyata suhu!" ucap Daffa dengan penuh penekanan.

Daffa masih belum bisa menerima semua ini. Dua bulan dia harus berhemat karena Gafi dan Mama Dewi tak mau mengirimkan uang untuk kebutuhannya. Mama Dewi bahkan mengancam akan menarik semua fasilitas yang dia gunakan jika sikapnya masih sama dan tak berubah.

"Aku tak pernah mendekati keluargamu. Semua terjadi hanya karena kebetulan. Mungkin sudah takdir Tuhan aku bertemu dengan abang dan mama kamu," ucap Alana mencoba membela diri.

Daffa tampak tersenyum miris mendengar ucapan Alana. Tentu saja dia tak percaya karena tak mendengar cerita kenapa mama dan abangnya bisa bertemu wanita itu.

"Kau pikir aku percaya? Aku saja tak percaya jika anak yang mau kandung itu adalah darah dagingku. Kau sengaja menjebakku, dan berpura-pura pasrah menyerahkan kesucianmu agar bisa hidup layak. Dasar matre!"

"Aku tak pernah mengincar hartamu. Apa kau lupa, jika aku tak pernah meminta apa pun darimu. Jikapun ada barang yang kau beli untukku, semua atas keinginanmu. Apa kau lupa itu? Jika aku memang matre, kau pasti sudah aku peras. Bahkan untuk pergi makan pun terkadang aku yang bayar!" ucap Alana tak mau kalah.

Dia memang tak tahu jika Daffa berasal dari keluarga mampu. Alana suka dengan pria itu murni karena cinta. Awal mereka berkenalan di kafe, lelaki itu sangat perhatian. Dia yang tak memiliki keluarga tentu saja langsung jatuh cinta.

"Perempuan busuk! Apa kau pikir setelah menikah dengan abangku bisa menguasai hartanya?" tanya Daffa dengan tersenyum mengejek.

Alana hanya diam, dia malas berdebat. Semakin banyak bicara, Daffa akan semakin berkata kasar yang akan menyakiti hatinya.

Alana kembali berjalan menuju ruang keluarga. Dia kembali menarik napas dalam. Sebenarnya emosinya sudah sampai ke ubun-ubun tapi masih mencoba meredanya. Takut pria itu melakukan sesuatu hal yang kasar pada dirinya.

"Aku mau kau pergi dari rumahku sekarang juga. Jangan merasa bangga karena telah dinikahi abangku. Dia tak mencintaimu. Kekasihnya saja sangat cantik, seksi dan menarik. Jauh jika dibandingkan denganmu. Dia menikahi kamu hanya karena terpaksa. Jadi jangan pernah berharap dia akan mencintai kamu, apa lagi kau hanya wanita murahan bekas teman tidurku!" ucap Daffa semakin tak terkendali.

Ucapannya selalu menusuk ke relung hati. Baru Alana sadari jika pria yang dia cintai selama ini hanyalah pecundang.

"Aku tak akan pergi dari sini. Aku akan pergi jika abangmu atau Mama yang mengusir, karena yang membawaku masuk ke rumah ini mereka bukan kamu!" ucap Alana dengan penuh penekanan.

Dia bukanlah wanita lemah yang mau saja menerima apa pun perintah dari pria itu. Cukup sekali dia dibodohi Daffa. Jika pun dia harus pergi, pasti setelah bayi dalam kandungannya lahir. Sementara itu, Alana harus bisa mengumpulkan uang sebagai bekal dia hidup dengan anaknya kelak.

"Aku katakan pergi! Jangan sampai aku melakukan kekerasan padamu. Aku tak sudi melihat wanita jalang sepertimu ada di rumahku!" usir Daffa.

"Apa kau tak mendengar ucapanku? Aku hanya akan pergi dari rumah ini jika Mas Gafi atau mama Dewi mengusirku. Jika kau tak sudi melihatku ada di sini, kau saja yang pergi!" balas Alana dengan intonasi tinggi. Sepertinya sudah mulai terbawa emosi.

Mendengar ucapan Alana yang mengusir dirinya di rumah sendiri membuat Daffa emosi. Dia mendekati Alana dan menarik tangannya hingga ke pintu keluar.

"Pergi kau dari rumahku! Jangan pernah kau kembali lagi. Ini rumahku, kenapa aku yang harus pergi?"

Daffa mendorong tubuh Alana sekuat tenaganya hingga wanita itu terhuyung dan hampir jatuh. Beruntung seseorang dengan cepat menangkap dan memeluknya.

Terpopuler

Comments

antha mom

antha mom

kau tu ya dafa beraninya cuma sama perempuan,, dasar Cemen👎👎

2025-02-16

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

jangan sampai menyesal dengan kata² mu yang kasar 😡

2025-03-27

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

nasib ada yang menolong Alana...

2025-03-27

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!