Bab Empat Belas

Sampai di rumah hari sudah menjelang magrib. Saat Gafi memasuki ruang keluarga, dia melihat sang mama sedang duduk santai. Wanita itu tersenyum melihat putranya.

"Alana-nya mana?" tanya Mama Dewi.

Mendengar pertanyaan Mama Dewi membuat Gafi terkejut. Berarti istrinya belum pulang. Dalam hati pria itu bertanya, kemana perginya wanita itu. Apa dia kabur?

Gafi menggaruk rambutnya yang tak gatal. Dia tak tahu harus menjawab apa pertanyaan mamanya.

"Di mana Alana? Kalian berdua ke rumah sakit'kan?" Kembali mama Dewi mengajukan pertanyaan.

"Aku pikir Alana sudah pulang. Tadi aku bertemu teman, sehingga meminta Alana menunggu di apotek. Saat aku mencarinya ke sana lagi, dia sudah tak ada. Aku pikir sudah pulang," jawab Gafi dengan gugup.

Gafi sebenarnya juga kuatir. Karena dia melihat dompet Alana tertinggal di mobil. Itu berarti dia tak bawa apa-apa. Apa lagi saat ini malam sudah mulai menjelang.

Mendengar penjelasan dari putranya, mama Dewi langsung berdiri. Menatap wajah sang anak tanpa kedip. Tatapannya sangat tajam, sangat mengintimidasi.

"Teman atau teman yang kamu temui di rumah sakit? Kenapa bisa lupa istri? Alana itu sedang hamil, pasti perasaannya sangat peka. Kamu sudah hubungi ponselnya?" tanya Mama Dewi dengan sedikit kesal.

"Ponsel dan dompet Alana tertinggal di mobil, Ma," jawab Gafi pelan.

"Astaga, Gafi. Cepat cari Alana sampai bertemu! Jangan pulang jika tak bersama Alana!" ucap Mama Dewi dengan sedikit ketus.

"Baik, Ma."

Gafi langsung berbalik dan kembali ke mobil. Dia bingung harus mencari Alana kemana. Akhirnya pria itu memutuskan untuk kembali ke rumah sakit. Berharap dia masih ada di sana.

Dengan pelan Gafi menjalankan mobil sambil melihat kiri kanan jalan berharap Alana ada di antara orang-orang yang mulai ramai di jalanan.

Kembali ke rumah sakit, dia mencari di apotik, tapi tetap Alana tak dia temui. Gafi lalu kembali masuk mobil. Saat akan meninggalkan parkiran rumah sakit matanya melihat seseorang yang sedang bermain dengan anak kucing. Gafi menarik napas lega.

"Alana ...!" seru Gafi.

Gafi mendekati wanita itu. Memeluknya dari belakang. Hatinya lega karena bisa bertemu. Jika tidak, mamanya bisa murka.

Alana terkejut karena di peluk seseorang dari belakang. Dia tersenyum saat melihat siapa yang memeluknya.

"Sejak kapan kamu di sini?" tanya Gafi. Dia mengajak Alana duduk di taman.

"Sejak tadi ...," jawab Alana dengan santainya. Tidak tampak kemarahan atau kekesalan pada wajahnya. Hal ini membuat Gafi jadi heran.

"Aku sudah mencari'mu. Bahkan pulang, karena kupikir kamu pulang dengan taksi," balas Gafi. Dia tak ingin Alana salah sangka, berpikir meninggalkannya sendirian.

"Maaf, aku menunggu karena Mas yang minta. Jika aku tau Mas ingin aku pulang dengan taksi, pasti akan aku lakukan!" jawab Alana dengan suara tegas.

"Jangan meminta maaf. Kamu tak salah. Aku yang seharusnya minta maaf. Sekarang kita ke restoran aja dulu, baru pulang. Kamu pasti lapar?" tanya Gafi.

Alana mengangguk setuju. Dia bukan saja lapar, tapi yang paling dia rasakan adalah haus. Mau beli minuman tak ada uang yang di pegang.

Selama perjalanan keduanya masih saling diam. Kembali Gafi meliriknya. Wanita itu tampak tenang tanpa ada sedikitpun wajah kesal. Padahal Gafi meninggalkannya hampir dua jam.

Sampai di Restoran, Gafi langsung memesan makanan. Alana segera minum air mineral yang tersedia di meja. Dia langsung menghabiskan satu botol. Gafi menatapnya dengan rasa bersalah.

"Pasti dia kehausan menungguku," gumam Gafi dalam hatinya.

"Kamu kemana saja. Aku mencari'mu di apotik tapi tak ada, makanya aku pulang. Aku pikir kamu langsung pulang dengan taksi," ucap Gafi.

"Maaf aku jadi merepotkan kamu. Aku mau pulang, takut kamu kehilangan. Aku lupa jika aku tak penting, sehingga mana mungkin kamu mencari ku. Kamu pasti langsung pulang saja!"

"Alana, kamu dengar tidak penjelasanku. Jika aku mencari'mu di apotik. Aku pulang setelah tak melihat lagi kamu di rumah sakit."

Alana tak menjawab lagi ucapan Gafi. Sebenarnya dia kesal karena menunggu hampir dua jam tapi dia tak mau marah. Bukankah dia telah bertekad tidak akan main hati lagi. Dia berpikir jika ini memang konsekuensi karena menumpang. Harus sabar.

Tadi Alana melihat semuanya. Dia melihat saat Gafi menggenggam tangan Naura. Tampak sekali perhatikan pria itu pada kekasihnya.

Alana juga sebenarnya melihat saat Gafi pergi meninggalkan halaman rumah sakit. Dia ada di taman, tapi pria itu tak melihatnya. Alana tak memanggil Gafi karena bermaksud menghabiskan waktu dulu di taman. Rencananya akan pulang menggunakan taksi setelah jam sembilan malam.

Gafi menatap Alana yang menyantap makanan dengan lahap. Tanpa suara keduanya makan hidangan yang telah di pesan.

"Habis ini kamu mau kemana, biar aku temani," ucap Gafi.

Gafi merasa bersalah karena meninggalkan istrinya. Sehingga dia ingin menebus dengan mengantar kemanapun Alana ingin pergi.

"Aku ingin ke bukit di pinggir kota itu," ucap Alana.

Gafi memandangi Alana dengan tatapan heran. Kenapa istrinya meminta ke sana? Tapi memang pemandangan dari atas bukit sangat indah. Tampak pusat kota di bawahnya dengan lampu yang kelap-kelip.

Tanpa bertanya lagi, sehabis makan Gafi membawa Alana menuju ke bukit. Keluar dari mobil, dia langsung berjalan menuju tepi bukit. Gafi menjadi takut, berpikir dia akan bunuh diri lagi.

"Kamu mau apa? Jangan ke tepi banget, nanti jatuh," ucap Gafi kuatir.

Alana hanya tersenyum menanggapi ucapan Gafi. Dia lalu berdiri tegak memandangi langit malam yang bertabur bintang dan tanpa di duga wanita itu berteriak. Memang tidak kencang, karena takut mempengaruhi kehamilan.

Alana ingin meluapkan semua emosinya. Hanya sekali dia berteriak, dan itu juga tidak kencang. Tapi mampu membuatnya lega. Setelah itu dia minta pulang. Gafi memandangi istrinya dengan wajah keheranan. Hanya ingin berteriak sajakah wanita itu mengajaknya kesini, pikir Gafi dalam hati.

"Mulai detik ini, aku harus sadar diri jika aku bukan siapa-siapa dalam keluarga ini, walau di dalam tubuh anakku mengalir darah mereka. Aku akan mulai menata hati dan perasaan, hingga waktunya tiba aku akan pergi tanpa ada rasa yang tertinggal. Aku bisa saja pergi saat ini, tapi aku tak tega melakukan ini. Biarlah mama Dewi melihat wajah cucunya sebentar sebelum aku memutuskan menghilang dari mereka," gumam Alana dalam hatinya.

"Dalam perjalanan hidup ini, timbul pertanyaan di dalam hati. Tuhan, apakah semua ini ujian ataukah ini suatu hukuman. Jika ini merupakan suatu ujian, kuatkan hati ini menghadapi apa pun yang terjadi. Namun, jika ini hukuman, ampunilah diri ini Tuhan. Izinkanlah semua kecemasan ini sirna. Karuniai lah diri ini kesabaran yang luas, agar semakin pandai menguasai hati. Menerima tentang semua mimpi yang belum terwujud itu. Sekarang dan seterusnya, aku akan mencintai kehidupanku. Aku ridho dengan takdirku. Aku menerima ketetapan Tuhan," gumam Alana dalam hatinya.

***

Di salah satu apartemen, tampak Naura sedang berjalan berpelukan dengan seorang pria. Ternyata tadi kekasih Gafi itu ke rumah sakit bersama dengan teman prianya.

"Untung kamu bersembunyi, kalau tak, mati aku. Gafi bisa marah besar dan langsung memutuskan hubungan kami," ucap Naura.

"Apa kamu tak takut jika Gafi tau semua ini? Mungkin saja dia meminta seseorang menyelidiki kamu," ucap pria itu.

"Dia pernah meminta seseorang menyelidiki aku, dan aku bisa menipu orang itu. Beruntung aku mengetahui niatnya. Selama seminggu aku hanya di apartemen dan keluar hanya jika aku butuh sesuatu. Akhirnya dia percaya dan tak pernah meminta orang mengawasiku lagi. Gafi itu terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga lupa dengan hal-hal kecil seperti itu."

"Sebenarnya kamu cinta Gafi apa aku, sih?" tanya pria itu.

"Aku menginginkanmu dan juga Gafi."

"Maruk ...," jawab pria itu sambil tersenyum. Keduanya masuk ke apartemen dengan tertawa. Tampak sangat intim dan mesra.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

lebih dahsyat Naura dibandingkan dengan Alana

2025-03-27

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sabar dan kuat Alana dalam menghadapi ujian ini...

2025-03-27

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sedih nya 😭 sungguh kasian sekali kau Alana...

2025-03-27

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!