...༻⌘༺...
Ares menyambut tangan Cody. Dia langsung menyebutkan namanya saat itu juga.
"Bolehkah kita bicara di tempat lain?" usul Cody.
"Tentu saja. Kebetulan ada cafe di dekat sini. Ayo kita bicara di sana," tanggap Ares. Dia dan Cody segera menuju cafe yang dimaksud.
Kini Ares dan Cody sudah berada di cafe. Keduanya duduk saling berhadapan.
"Sekarang aku sedang menyelidiki kasus orang hilang. Dan kebetulan saat aku memeriksa CCTV, aku melihat mobilmu lewat di lokasi kejadian. Jadi bolehkah aku meminta izin untuk memeriksa kamera dasbor mobilmu?" ujar Cody panjang lebar.
"Mobilku? Yang mana? Kebetulan aku punya dua mobil pribadi," sahut Ares tenang. Keberadaan seorang detektif di hadapannya, sama sekali bukan ancaman baginya.
"Mobil yang hitam. Merek X dengan model terbaru," ujar Cody.
"Astaga... Sayang sekali. Harusnya kau datang lebih awal," imbuh Ares dengan raut wajah kecewanya.
"Memangnya kenapa?" Cody sontak penasaran.
"Kemarin aku baru saja menjual mobil itu," ungkap Ares.
"Benarkah? Itu sangat disayangkan sekali. Apa aku boleh tahu dimana kau menjualnya?" tanya Cody.
Area tersenyum tipis. Padahal di hatinya dia kesal karena Cody menanyakan hal tersebut. Meskipun begitu, Ares tetap memberitahu Cody dimana dirinya menjual mobil.
"Ngomong-ngomong, bolehkah aku tahu siapa orang yang kau cari?" cetus Ares, setelah menyesap kopinya.
"Ah, dia seorang perempuan. Namanya adalah Athena Mayers. Dia sudah menghilang seminggu lebih. Orang tuanya sangat mencemaskannya. Jadi aku berusaha keras untuk menemukannya," ungkap Cody. Tanpa menaruh kecurigaan sedikit pun pada Ares.
"Benarkah? Kasihan sekali. Aku harap kau segera menemukannya," ucap Ares. Walau terkesan peduli, namun semburat wajahnya tak menunjukkan itu sama sekali. Ekspresi Ares tampak datar saja.
"Aku harap begitu. Terima kasih atas kerjasamanya, Tuan Beneditch. Aku sangat menghargainya," ungkap Cody.
"Senang bisa membantu," tanggap Ares. Dia lantas mempersilahkan Cody beranjak pergi.
Ares mengepalkan tinju di satu tangannya. Dari pernyataan Cody tadi, dia mencurigai adanya kebohongan tentang Athena.
"Dia bilang orang tuanya tidak peduli padanya," gumam Ares seraya tersenyum miring.
...***...
Athena baru selesai membersihkan diri. Dia juga mengenakan dress pemberian Ares. Tanpa pikir panjang, Athena keluar kamar dan melihat-lihat keadaan rumah Ares.
"Ayo kita mulai dari belakang," gumam Athena seraya berjalan menuju bagian belakang rumah Ares.
Atensi Athena tertuju ke arah dapur. Dia pergi ke tempat itu terlebih dahulu karena merasa lapar.
Athena menghampiri kulkas. Sebelum membukanya, dia menutup mata dan berharap dalam hati. "Semoga saja tidak ada kepala manusia di dalam sini..."
Perlahan pintu kulkas dibuka oleh Athena. Lalu barulah dia membuka mata. Pupil matanya seketika membesar. Karena ada banyak sekali makanan enak di dalam kulkas. Di sana bahkan tak ada sama sekali hal mencurigakan.
"Syukurlah gangguan psikopat dia tidak sampai ke ranah yang kupikirkan." Athena merasa lega. Dia mengambil jus jeruk, kemudian segera meminumnya.
"Ya ampun... Segarnya..." Athena keenakan. Setelah itu, dia mengambil sebuah apel untuk dimakan.
"Bukan saatnya untuk bersantai, Athena. Sebaiknya kita cari tempat untuk jalan keluar dari sini." Athena bermonolog pada dirinya sendiri. Sekarang dia mengedarkan pandangan ke segala arah. Hingga perhatiannya tertuju pada sebuah ruangan misterius. Ruangan itu tampak mencurigakan karena bentuk pintunya yang tak lazim. Pintu ruangan tersebut tampak terbuat dari besi.
Athena mencoba membuka pintu ruangan yang menarik perhatiannya. Dia kaget karena ruangan itu tak dikunci. Masuklah Athena ke dalam ruangan tersebut.
Ruangan yang Athena masuki berisi dua buah kulkas yang berjejer. Di sana juga terdapat bahan makanan dan peralatan lainnya.
"Sepertinya dia suka menyimpan banyak makanan di rumah," ucap Athena sambil membuka salah satu kulkas. Dia juga tak lupa menggigit apel yang dibawanya.
"Aaaarkhh!!!" Athena langsung berteriak saat melihat hal mengerikan di dalam kulkas. Bagaimana tidak? Dia melihat beberapa potong anggota tubuh manusia dengan dibalut plastik. Athena pun buru-buru tutup lagi kulkas tersebut.
Apel yang Athena makan langsung dimuntahkan begitu saja karena rasa jijik.
"Sial! Gila! Gila!" Athena segera keluar dari ruangan mengerikan itu. "Dia membungkusnya seperti merek daging di pasaran," tambahnya yang merasa bergidik ngeri.
Athena membekap mulutnya sendiri sembari melangkah mundur. Tanpa diduga, ada sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya. Tak lama, telinga Athena merasakan hawa panas yang mulai mendekat.
"Baru saja menemukan sesuatu yang menarik?..." bisik Ares.
"Ares!" Athena kaget bukan kepalang. Dia reflek menjauh dari Ares. "Aku hanya melihat-lihat keadaan rumahmu. Dan tanpa sengaja aku..."
"Aku tidak peduli kau melihat apa. Karena aku pastikan kau tidak akan pernah bisa keluar dari sini," kata Ares serius.
"Jika begitu, setidaknya kau biarkan cahaya matahari masuk ke sini," tanggap Athena.
"Sebelum itu, aku ingin memastikan. Apa benar kau ditinggalkan oleh orang tuamu? Mereka tak peduli padamu?" selidik Ares. Dia mengambil sebilah pisau dari meja dapur. Lalu Ares mainkan pisau tersebut dengan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments