...༻⌘༺...
Ares melangkah lebih dekat ke hadapan Athena. "Memangnya kenapa kalau darah?" tanyanya, lalu mendekatkan mulut ke telinga gadis itu.
"Apa kau takut?" Ares kini berbisik. Hembusan nafasnya menghantam kulit Athena, hingga membuat gadis tersebut merinding.
Athena mencoba menahan diri. Ia menyembunyikan ketakutan di balik senyumannya yang kini direkahkan. "Tidak. Tapi aku hanya berpikir, itu terlalu repot dilakukan. Kau harus membunuh orang terlebih dahulu untuk mendapatkannya kan?" tanyanya.
"Aku tahu. Tapi apa yang kulakukan itu memberikan kepuasan tersendiri padaku," sahut Ares.
"Sudah kuduga ini masalah nafsu," komentar Athena seraya berbalik badan untuk kembali mengamati karya seni Ares.
"Kau tidak tahu bagaimana sensasinya," ucap Ares. Ia kembali berjalan mengikuti Athena.
Athena menghembuskan nafas dari mulut. Dia sepertinya harus memikirkan strategi matang untuk melakukan terapi pada Ares. Mengobrol biasa seperti sekarang hanya akan membuatnya berakhir tersudut.
Bersamaan dengan itu, ada sebuah karya seni yang sangat menarik perhatian Athena. Yaitu setangkai bunga mawar berwarna putih kemerahan yang diletakkan di sebuah pot. Warna merah di mawar putih itu lebih tampak seperti darah yang menetes.
"Ini! Karya ini sangat menarik perhatianku," ungkap Athena seraya mengambil karya seni yang dimaksudnya.
"Ada cerita di balik karya seni ini," kata Ares.
"Benarkah? Cerita apa?" Athena lantas penasaran.
"Cerita tentang seekor merpati yang jatuh cinta pada bunga mawar putih. Setiap hari, merpati itu selalu menyatakan cintanya tetapi selalu ditolak." Ares menjeda ceritanya sejenak.
"Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" Athena sudah tak sabar.
"Suatu hari, mawar putih yang sudah lelah dengan merpati, memberikan sebuah syarat. Jika merpati bisa menyanggupi syarat itu, maka mawar putih akan menerima cintanya," lanjut Ares panjang lebar.
"Apa syaratnya?" tanya Athena.
"Mawar putih ingin merpati merubahkan dirinya menjadi mawar merah," jawab Ares.
"Lalu apa yang dilakukan merpati selanjutnya?" Athena semakin penasaran.
"Dia menyanggupi syarat mawar putih. Suatu hari dia mendatangi mawar putih dan mampu merubah mawar itu menjadi merah. Merpati membawa sebilah pisau dan melukai dirinya sendiri. Darah yang keluar dari tubuhnya seketika merubah mawar putih menjadi merah." Ares selesai bercerita. Ia menatap Athena yang tampak memperhatikan bunga mawar lebih seksama.
"Itu cerita yang tragis," komentar Athena.
"Ya. Dari cerita itu aku belajar kalau kita harus egois kalau ingin menang," ucap Ares.
"Bagaimana kau bisa menyimpulkan ceritanya begitu? Aku yakin pasti ada bagian penting yang tak kau ceritakan padaku. Mawar putih itu menangis dan menyesal kan?" selidik Athena yang tak mau langsung percaya. "Jika begitu, maka berarti cerita ini tentang pengorbanan," sambungnya.
Ares terdiam. Dia seolah merenungkan apa yang dikatakan Athena.
Athena menatap Ares dengan serius. Melihat bagaimana reaksinya, sepertinya lelaki tersebut memiliki masa lalu yang kelam. Selain itu, sepertinya memang benar ada bagian cerita yang sengaja tidak diceritakan Ares pada Athena.
'Nampaknya ucapanku tadi membuatnya mengingat sesuatu. Apa aku sudah berhasil satu langkah?' batin Athena.
"Yang aku tahu semua manusia di dunia ini munafik..." lirih Ares. "Itulah alasan aku selalu sendiri dan memilih tak mempercayai siapapun," lanjutnya.
"Lalu bagaimana denganku? Apa kau mempercayaiku?" tanya Athena.
"Tidak," jawab Ares.
"Lalu kenapa kau membiarkanku tetap hidup? Apa aku boleh tahu alasannya?" selidik Athena.
"Aku hanya senang dengan cara kau menghargai karya seniku," ungkap Ares.
"Kalau begitu aku akan berusaha menghargai lebih keras lagi, agar kau bisa memberi kepercayaan padaku lebih dari seratus persen," kata Athena penuh tekad.
Ares tersenyum miring. "Sekarang biarkan aku bertanya, kenapa kau menginginkan kepercayaan dariku dari pada keluar dari tempat ini?" tukasnya.
"Mungkin aku awalnya merasa ketakutan saat kau memawaku ke sini. Tapi sebenarnya jika aku kembali ke kehidupanku, aku akan menderita. Kedua orang tuaku pergi meninggalkanku, ditambah aku juga tidak punya teman. Makanya aku sangat senang saat mengetahui kita memiliki banyak kesamaan," jelas Athena sembari menunjukkan mimik wajah suram. Semua yang dikatakannya itu hanyalah kebohongan untuk menarik perhatian Ares lebih banyak.
Ares mendekati Athena. Jarak wajah di antara keduanya kini hanya beberapa senti dan dihelat oleh topeng Ares. Lelaki itu memegangi wajah Athena.
"Sekarang kita memiliki kesamaan lagi. Aku juga tak punya satu pun teman di hidupku," ujar Ares.
"Kalau begitu, percayalah padaku mulai sekarang. Dan ayo kita bersenang-senang," usul Athena.
"Bersenang-senang?" Ares merasa tertarik.
"Banyak hal yang bisa membuat kita senang. Salah satunya musik. Ayo tunjukkan padaku dimana alat pemutar musikmu. Aku akan pilihkan lagu untuk kita dengarkan bersama," ajak Athena. Dia memberanikan diri menarik tangan Ares dan membawanya keluar dari ruangan.
Saat itulah Ares mengambil alih. Kini dia yang menarik tangan Athena menuju alat pemutar musik.
"Ini dia. Kau bisa pilih lagunya." Ares mempersilahkan Athena memilih lagu. Gadis itu pun segera mencari lagu untuk diputar.
Akan tetapi Athena kesulitan mencari lagu yang bagus. Terutama lagu romantis atau ceria, itu karena lagu-lagu yang dimiliki Ares horor dan bernada intens semua.
'Semua lagunya tidak ada yang benar,' batin Athena yang belum berhenti mencari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Faizah Indah lestari
lanjut, keren..
2024-05-31
1
RJ 💜🐑
ceritanya sangat bagus, aku suka 🤗🤗❤❤😍👍🏻
2024-05-31
1