Bab 13

"Abi," ucap Azzam, pikirannya sudah tidak ke Anna lagi. Dia menunduk. "Kenapa makanan itu dimakan saat ada makanan yang lebih layak di sebelahnya?"

"Aoa kaku pernah mendengar, menjelang datangnya kiamat orang-orang bisa saling membunuh demi sepotong roti saking tidak makanan."

"Ya, Azzam pernah mendengarkannnya."

"Bukankah Allah sangat tidak suka dengan segala sesuatu yang mubazir ... Membuang makanan. Ini adalah rezeki dari Allah. Syaitan selalu punya celah Nak, untuk menggoda manusia agar membuang makanan, walau sedikit padahal yang sedikit itu bisa jadi mengandung berkah."

Bahu Azam langsung loyo. "Apa Azzam boleh bermalam di sini dengan Abi? Azzam ingin tahu seperti apa tinggal di sini. Nanti, biar Azzam menyewa hotel untuk tinggal Umi Sarah dan Anna malam ini. Maaf tanpa bermaksud menyinggung Abi dan Umi."

...****************...

Malamnya, Azzam berbaring di sebelah kanan Pak Hamdan. Dia menggaruk pipi yang gatal. Lalu mengibas disekitar telinga, menyingkirkan suara dengungan nyamuk yang membuatnya kesal. Digaruk kain kokonya yang panjang dan sarung model celana. Menyebalkan, walaupun punggung kakinya tertutup kaos kaki yang tebal tetapi dengan ajaib nyamuknya itu mampu menembus, apalagi bajunya yang agak tipis.

Satu yang bikin Azzam tidak enak, setiap dia bergerak suara kardus dibawah kian bergemerisik. Yang lebih mengerikan tadi habis isya, ia melihat beberapa hewan pengerat! Dia kira kucing, tetapi ekornya kecil ternyata tikus! Bagaimana kalau itu masuk tenda! Tunggu, bagaimana kalau ada ular dari sungai naik ke sini, ikut bermalam dan melingkar melewati kakinya. Lalu tumpukan aqua gelas bekas tadi ada kecoa!

Azam hampir ingin menyerah. Bau busuknya sungai itu ya ampun, dia sesak kalau harus menutupi hidungnya teru.

Hamdan menyunggingkan senyum. Dia miring kiri. Tangannya melewati tumpukan baju, melewati tabir dan menggenggam tangan kasar istrinya.

Sementara itu Anna miring kiri, tempatnya sempit kalau tiduran dengan umi. Dengan miring begini dia bisa sedikit bernapas.

Jadi Siapa yang Engkau kirimkan untuk hamba, apakah Azzam atau Damar Ya Allah?

*

Ustadz Malik menatap putranya yang duduk dengan tegang di jam 10 malam.

"Damar mohon, Ayah!" Damar dengan tatapan meyakinkan. "Aku ingin menjadikan Anna sebagai calon istri karena Damar yakin kalau Azzam akan ditolak."

Ustad Malik kepikiran ucapan Pak Hamdan yang lebih menyukai Damar. Kenapa Pak Hamdan justru menginginkan Damar?

"Kita tunggu jawaban Pak Hamdan dan Anna. Baru setelah itu Ayah akan melamarkan Anna untukmu." Malik tersenyum pada wajah putranya yang langsung berubah-ubah. Istrinya ikut senyum malu-malu seolah puas dengan keputusannya.

"Tapi ... " Damar langsung lemas. "Kalau Pak Hamdan menerima Azzam?"

"Artinya Anna bukanlah jodohmu," jawab Ustad Malik. "Allah menyiapkan jodoh lain yang terbaik untukmu. Allah lebih tahu dan kita tidak."

Damar mengangguk. Dia beranjak untuk mengambil air wudhu. Dihamparkan sajadah di kamar, Ia sholat hajat sebelum tidur.

Berbaring ke tempat tidur, Damar memeluk guling. Matanya tak berkedip, dia ingat pada setiap fitur wajah putih bersinar saat tanpa cadar, tatapan meneduhkan dan wajah itu tampak keibuan, jadi cocok untuk calon anaknya.

Damar ingin memperistri Anna. Bahkan dalam doanya dia memohon agar dibukakan jalan sehingga Anna menjadi istrinya. Dia berharap jodoh Azzam, orang lain saja!

*

Paginya Azzam sudah pergi ke hotel. Dia berendam air hangat dengan aroma terapi karena stress dengan tempat tidak layak semalam.

Baginya tempat tidur adalah hal utama minimal bersih untuk beristirahat. Bahkan dia ingat semalam begitu sumuk lembab, tetapi dini hari menjadi begitu dingin! Sekarang kulit-kulitnya bentol merah-merah bekas gigitan nyamuk.

Menghempaskan diri ke kasur kamar paling mewah di hotel paling elit, Azzam langsung terlelap. Dia memimpikan setiap langkah ceria perempuan dengan sandal jepit merah muda, tetapi setiap dia memandangi wanita itu, maka wanita itu membelakanginya.

...----------------...

Sementara itu di dalam masjid Al A'la ibu-ibu riuh. Mereka memang tak langsung melihat ke arah mimbar tetapi di depan mereka ada proyektor yang menampilkan wajah Ustad Damar. Ini pertama kali Ustad Damar mengisi pengajian di masjid ini.

"Ya ampun aku pengen dihalalin Damar deh!" rengek Winda kepada Anna sambil mencengkram bahu Anna.

"Astagfirullah, sakit Wind!" Anna mengelus bahu yang terasa panas dan perih.

"Sorry! Sorry! ya ampun. Jangankan jadi istri pertama, dimadu pun tak apa, asal bisa jadi istri Damar!"

Anna menggosok bahu. "Ya janganlah! Masa dimau."

Kira-kira Abi akan menerima Azzam? Kalau, abi nolak lalu aku menyendiri lagi dan terus kepikiran Mas Rustam dong.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!