"Tapi Annanya sudah ke masjid," ucap Sarah sambil mengintip kresek di tangannya. Dia melihat sedikit kekecewaan di wajah Azzam. "Nanti, umi kasihkan ke Anna ya waktu di masjid."
Azzam mengangguk.Dia ingin apa yang dibelinya bisa untuk langsung berbuka puasa. Akan tetapi ya sudah lah, dia sedikit jadi bersemangat setelah mendengar perkataan umi.
"Jangan terlalu berharap," ucap Damar saat berjalan beriringan dengan Damar. "Nanti jatuhnya sakit."
Azzam mengukir senyum tulus. "Aku yakin kepada Allah, sangat yakin."
Damar melepas sepatunya satu persatu. Percaya diri sekali?
...----------------...
Anna selesai berdzikir dan terlonjak merasakan sesuatu dingin yang menyengat di pangkuannya Dia menoleh dengan terkejut. "Ini! Umi?"
"Es duren dari Nak Azzam," bisik Sarah langsung berdiri untuk menunaikan sholat sunnah qobliyah.
"Hei," Panggil seseorang dari belakang Anna disertai colekan.
"Wind, duduk depan sini dong!" bisik Anna sambil menaruh es itu di samping.
"Nanti saja. Ngomong-ngomong kamu habis dilamar ya?" Winda tertawa tertahan saat melihat mata sahabatnya lalu bersinar malu-malu.
"Aish! keren deh! Kamu terima kan?"
Sementara itu Azzam matanya masih melebar setelah baru salam sholat sunnah. Dia mendengar suara di sebelah. Pertanyaan tadi dia dengar pas salam, tetapi jawabannya justru tak kedengaran.
Azzam berdiri dan berpindah ke sudut paling kiri bukan paling kanan. Dia takut kalau ibadahnya jadi tidak khusyuk padahal sarat terkabulnya salah satunya adalah khusyuk dan sungguh-sungguh dalam berdoa.
Ikhtiar dirasa sudah Azzam lakukan, kini dia menyerahkan semuanya kepada Allah.
*
Seusai sholat magrib demi bisa mendengar suara Anna, Azzam kembali ke shaf paling kanan, kepalanya agak condong ke sekat kayu, dia menguping.
"Nak, kenapa es durennya nggak langsung dimakan?" Tanya Umi.
Anna menoleh kanan, tinggal dia dan umi yang belum pulang. "Ehm, itu Anna kasihan sama Abi, habisnya tabungan milik Abi hilang. Umi jangan marah ke Abi ya?"
Uang abi .... hilang? Siapa yang tega mencuri? (Azzam)
Azzam melihat jam setengah tujuh malam. Dia pun melirik ke depan di sudut kiri. Pak Hamdan sedang berdzikir, entah apa abi sadar bila dia masih di sini.
Hamdan benar-benar tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tadi saat kehilangan uang, putrinya memintanya langsung mandi dan mengumandangkan adzan karena sudah waktu Magrib. Sekarang dia tak memiliki kekuatan untuk beranjak. Dalam sosoknya yang tampil kuat tegar di luar, di dalamnya ia rapuh.
Buntu, Ya Rabb. Harus bagaimana lagi agar hamba memiliki tempat yang aman untuk berlindung anak-istriku. Tidak kuat rasanya hamba menanggung beban ini. Hamba miskin dan Engkaulah Maha Kaya. Hamba mohon limpahkanlah nikmat dan rahmat dariMu, Ya Allah. Hanya pertolonganMu yang hamba harapkan. Berilah tanda Ya Allah'.
"Umi serius! Uang milik Abi .... beneran?" suara Anna dari balik sekat sangat keras sampai Hamdan menoleh. Dia terkejut karena ada Azzam.
Hamdan keluar dari ruangan karena penasaran dengan teriakan Anna. Azzam pun mengikuti pria paruh baya itu.
Mereka melangkah cepat ke arah tempat ibadah khusus perempuan dan berhenti di depan pintu, lalu Hamdan meminta istrinya keluar.
"Abi, uang milik Abi ada di umi!"
"Wah!" Jantung Hamdan berdetak sangat cepat, telinganya mendadak tuli.
"Abi!" Anna langsung berlari.
Azzam terkesiap dengan pemandangan itu, dia tak berkedip sampai Anna memeluk abi. Sungguh keluarga ini benar-benar membuatnya ingin masuk ke dalamnya.
"Apa maksudnya, Sarah?" Tanya Hamdan. Anna heran sampai abinya memanggil dengan nama. Ini pertamakali di dengarnya.
"Ma'af Bi, tadi aku sudah pulang, tetapi kalian belum pulang. Ituloh kontrakan Bu Haji baru kosong."
Hamdan lebih waspada, apa doanya tengah dikabulkan? Tapi uangnya hilang.
"Bu Haji Rosida langsung bilang, kalau kita mau menempati, dia kasih harga miring asal depenya malam ini."
"Uangnya kan hilang," batin Hamdan lesu.
"Jadi tanpa bilang-bilang, Umi ambil uang milik Abi. Soalnya, uangnya mau dipake buat anaknya bu haji yang mau pulang kampung. Nih, malam ini kita bisa langsung tidur sana."
"Hah, jadi uangnya sudah ditanganmu?"Hamdan baru bisa mencerna.
"Iya!"
" Umi! Umi! Bikin jantung Abi copot!" Hamdan langsung memeluk istrinya.
"Jangan copot! Maafin Umi Abi, tadi kalian nggak ada sih, niatnya mau kasih tahu sekarang," kata Sarah sambil mengelus dada suaminya. "Maafin Umi."
Azzam melirik pelukan kuat Anna dan lelehan air mata Abi. Tiga orang itu duduk dan menangis bahagia.
Langsung Azzam ikut terduduk lemas. Bimbang sendiri dengan lamarannya yang belum juga dijawab.
"Nak Azzam, Bismillahirrahmanirrahim. Abi terima lamaran Nak Azzam, sekarang tinggal semua Abi serahin ke Anna Arista-putri Abi."
Senyum perlahan merekah. Dada Azam terguncang karena ledakan energi dari dalam mendengar suara abi yang mantap. "Anna, bagaimana ? Apa kamu berkenan untuk menjadikan Abang menjadi imam mu? Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu, Anna!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments