Bagian 9

Raymon sudah menunggu di depan toko sejak sore, dia ingin menuntaskan semua kesalahpahaman di antara mereka. Dia sangat yakin bahwa Nadine tidak mungkin memiliki laki-laki lain di belakangnya. Pasti ada alasan mengapa Nadine sampai bertemu dengan laki-laki itu bahkan sampai mengaku pacaran dengan pacarnya.

Ana sudah keluar, gadis itu sudah melajukan motornya meninggalkan area toko. Berarti hanya ada Nadine di dalam sana. Raymon keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam toko.

“Aku udah nunggu seharian, Nad. Sekarang jelasin ke aku siapa laki-laki itu?” Nadine sudah tahu Raymon akan masuk saat melihat Ana pergi, dia sudah melihat mobil Raymon sejak tadi berada di sekitar toko.

“Memangnya apa yang mau kamu dengar?” ucap Nadine setengah bergumam.

“Laki-laki itu, apa hubungan kamu dengan dia?” tanya Raymon dengan tidak sabaran.

“Kamu nggak dengar kemarin dia bilang apa, dia bilang aku pacarnya kan,” Raymon menggeleng tidak percaya.

“Kamu bohong, kamu nggak mungkin selingkuhin aku,”

“Kenapa nggak mungkin, kamu aja bisa masak aku nggak bisa,”

“Nad...” suara Raymon terdengar melemah.

“Yang minta penjelasan itu seharusnya aku, bukan kamu,”

Raymon terdengar mendesah, “Aku sama Reni di jodohin sama papa,” Nadine terdiam, tangannya yang memegang gunting menggantung di udara. Dia tidak bisa melanjutkan apa yang sedang dia lakukan. Raymon berjalan mendekati Nadine, mengambil gunting yang di pegang gadis itu lalu menggunting daun layu yang tadi akan Nadine gunting.

“Aku nggak bisa nolak Nad, karena dia anak atasan papa. Awalnya aku memang nolak tapi papa bilang dia bisa kehilangan jabatannya di perusahaan itu kalau aku nggak mau. Aku tahu papa sudah berjuang dari bawah untuk sampai ke jabatannya yang sekarang dan aku nggak mungkin biarin perjuangan papa jadi sia-sia. Satu sisi aku nggak mau papa kecewa tapi di sisi lain aku juga nggak mau nyakitin kamu,” Nadine masih diam, mendengar dengan baik dan jelas apa yang di ucapkan Raymon walaupun saat ini tatapannya tidak tertuju pada laki-laki itu.

“Sejak kapan kamu sama dia?” Nadine berbalik, sekarang matanya tertuju pada kedua bola mata Raymon.

“Jawab,” seru Nadine saat Raymon tak kunjung membuka suara. Laki-laki itu hanya menunduk dengan gelisah.

“Sejak enam bulan lalu,” jawabnya setengah bergumam tapi Nadine mendengarnya dengan jelas.

“Brengsek kamu, selama itu kamu mainin perasaan aku,” Nadine menarik kerah baju Raymon, dia kesal setengah mati mengetahui bahwa Raymon sudah lama menduakannya.

“Lalu kamu dengan laki-laki itu,” sekarang berganti Raymon yang berusaha memojokkan Nadine.

“Itu bukan urusan kamu, aku nggak pernah main-main sama perasaan orang lain, Ray. Buat apa selama ini kamu baik sama aku dan bikin aku nyaman kalau ternyata kamu sudah punya perempuan lain. Kamu nggak mikir perasaan aku gimana,”

“Aku nggak berniat mainin perasaan kamu, Nad. Aku bingung, aku nggak mau kehilangan kamu tapi aku juga nggak bisa lepasin dia,”

“Kamu egois.”Ingin rasanya Nadine mengeluarkan kata-kata kasar. Bagaimana dia bisa tidak menyadari kalau pacarnya ternyata punya perempuan lain selain dirinya selama ini. Atau memang Raymon yang bermain cantik.

“Aku harap setelah ini kamu nggak akan ganggu aku lagi. Aku nggak mau liat kamu lagi. Sekarang tolong kamu keluar,” Nadine mengusir Raymon seraya menunjuk pintu.

Tanpa di usir dua kali, Raymon melangkah pergi meninggalkan Nadine. Saat Raymon sudah menghilang di balik pintu, Nadine membuang nafas kasar. Dia kembali terduduk dengan memeluk kedua lututnya. Dan mantra yang di ucapkan ibu tirinya kembali berteriak di telinganya membuat Nadine menutup telinga dengan tangannya.

Setelah suara-suara itu tidak lagi terdengar, Nadine berdiri. Dia keluar dari toko dan mendapati langit sudah gelap. Dia mendorong motornya masuk ke dalam toko, Nadine akan pulang naik taksi saja.

Nadine merebahkan tubuh lelahnya, mengistirahatkan pikiran dan juga hatinya. Dia jatuh tertidur tanpa makan malam tanpa membersihkan dirinya lebih dulu.

Beberapa hari sejak pertemuan terakhirnya dengan Raymon, Nadine tidak pernah lagi melihat atau mendengar tentang laki-laki itu. Dia memblokir nomornya dan juga semua sosial media yang dia ikuti. Nadine ingin benar-benar melupakan Raymon, menganggap laki-laki itu sebagai salah satu rentetan kejadian buruk yang pernah terjadi di hidupnya.

“Mbak, handpone Mbak Nad bunyi terus,” Ana menyerahkan benda pipih itu pada Nadine, dia sedang berada di halaman belakang menanam beberapa bibit yang baru dia beli dari petani.

Nadine memutar bola matanya lalu menjawab panggilan dari Jonathan.

“Saya ada di depan toko kamu,” bola mata Nadine membulat, dia berlalri keluar tanpa melepaskan sarung tangannya. Dia melihat mobil Jonathan terpakir tepat di depan pintu masuk tokonya dan menghalangi orang-orang yang lewat melihat semua tanaman hiasnya.

“Kenapa Pak Jonathan datang ke toko saya,”

“Saya akan ajak kamu seuatu tempat. Buruan, saya nggak bisa lama-lama,” Nadine memaki dalam hati. Dia membersihkan tangannya lalu mengganti sendal jepitnya dengan flat shoes, tidak lupa tas dan ponselnya.

“An, Mbak tinggal bentar ya,” katanya berpamitan pada Ana.

“Mbak Nad mau kemana? Mbak punya pacar baru?” Ana bertanya karena penasaran, akhir-akhir ini Nadine sering sekali meninggalkan toko. Nadine tidak menjawab malah melambaikan tangannya pada Ana sebelum masuk ke dalam mobil Jonathan.

Ana masih berdiri di depan pintu melihat mobil yang membawa Nadine pergi. Dia pasti sangat penasaran dengan pacar baru Nadine. Pasalnya Mobil yang baru saja menghilang dari pandangannya itu terkesan mewah, beda jauh dengan mobil Raymon.

“Mbak Nad beruntung banget sih, baru aja putus dari Mas Raymon sudah dapat pacar baru lagi. Mana lebih tajir lagi dari Mas Raymon,” Ana masuk kembali ke dalam toko, melanjutkan apa yang Nadine kerjakan tadi.

Di perjalanan yang entah kemana tujuannya, baik Nadine ataupun Jonathan tidak ada yang membuka suara. Nadine tidak terlalu perduli kemana Jonathan akan membawanya karena satu hal yang dia lihat dari Jonathan dari pertemuan mereka beberapa kali, Jonathan bukan laki-laki hidung belang yang suka main perempuan. Bahkan Jonathan terkesan menjaga jarak dengannya jadi tidak mungkin Jonathan akan membawanya ke tempat sepi dan melakukan hal buruk padanya.

Mobil Jonathan memasuki halaman sebuah ruko yang di dalamnya berjejer butik-butik ternama.

“Kita mau apa ke sini?” tanyanya dengan alis yang bertautan.

“Nggak usah banyak tanya. Ayo turun. Kamu nggak tunggu saya bukain pintu kan.” Jonathan ini memang agak sedikit menjengkelkan. Mungkin itu sebabnya tidak ada perempuan yang mau mendekatinya hingga dia harus meminta Nadine menjadi pacarnya. Tentu saja setelah berhasil mebodohi gadis itu tentang ganti rugi yang tidak masuk akal.

Nadine keluar dan membanting pintu mobil cukup keras, Jonathan yang sudah jalan lebih dulu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap kesal ke arah Nadine.

“Kamu mau saya suruh ganti rugi kalau-kalau pintu mobil saya juga rusak karena kamu banting,” omel Jonathan dengan kesal.

“Nggak, Pak.” Nadine lalu berjalan mendahului Jonathan yang masih diam di tempatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!