Bagian 18

Sudah beberapa hari ini Nadine tidak mendapat kabar apapun dari Jonathan, meski begitu Nadine tetap merasa tidak tenang. Pasalnya terakhir kali Jonathan datang menemuinya, laki-laki itu malah memintanya menemani dirinya ke sebuah pesta. Nadine yakin, Jo akan datang hanya saat membutuhkan bantuannya saja.

“Dasar laki-laki kurang ajar, seenaknya aja manfaatin aku.” Ocehnya pada bunga-bunga yang tidak bersalah di depannya.

“Memangnya bunga itu apain kamu sampai kamu marahin dia kayak gitu,” Nadine menoleh dengan cepat, lalu tersenyum secerah mentari saat melihat Arya sedang berdiri di depan pintu.

Gadis itu melangkah cepat dan merangkul lengan Arya dengan manjanya. Arya yang gemas dengan tingkahnya mencubit hidungnya membuat senyum Nadine lebih cerah dari matahari.

“Aku mau ajakin kamu ketemu seseorang,” Nadine menaikkan kedua alisnya, “siapa?” tanyanya.

“Udah, ikut aja.” Dengan cepat Nadine berganti pakaian dengan yang lebih pantas. Nadine memang menyimpan beberapa pasang baju di toko untuk hal-hal seperti ini. Dia selalu mementingkan penampilannya bila itu di depan kakak tirinya. Tentu berbeda bila dia berada di depan Jonathan, Nadine tidak pernah perduli seperti apa laki-laki itu memandangnya.

“An, aku pinjam Mbak Nad ya. Mungkin nggak akan aku pulangin sampe sore, jadi kamu aja yang tutup toko,” kata Arya pada Ana. Gadis itu memasang wajah cemberutnya di depan Arya.

“Kok Ana nggak di ajak sih, Kak,” katanya sedikit manja. Arya tertawa kecil, “Urusan orang dewasa, anak kecil di larang ikut campur.” katanya lalu kembali tertawa melihat Ana memanyunkan bibirnya

Gadis itu juga mendapat kasih sayang dari Arya, dia menganggap Ana seperti adik karena gadis itu tidak punya siapa-siapa lagi. Walaupun kadang segan, tapi Ana tahu kapan Arya bisa di ajak bercanda dan kapan laki-laki itu sama sekali tidak bisa di sentuh bahkan oleh sapaan halus sekalipun.

 “Ayo, Kak,” Nadine sudah terlihat rapi. Arya tersenyum melihatnya. Mereka lalu meninggalkan Ana sendiri di toko itu.

“Harusnya Mbak Nad nggak perlu jagain toko kecil kayak gini, Mbak Nad punya papa yang kaya dan juga punya kakak yang sayang sama dia. Harusnya Mba Nad jalanin hidupnya dengan nyaman seperti anak orang kaya lainnya, nggak perlu kerja kayak gini.”

Ana menatap lirih mobil yang membwa Nadine pergi. Hanya pada Ana Nadine menceritakan kisah hidupnya yang sedih sehingga Ana bisa tahu semua tentang masa lalu Nadine. Begitupun sebaliknya, Ana tidak menyembunyikan apapun pada Nadine. Dia menceritakan semua perjalanan sedih dan pilunya sebelum Nadine menemukannya dan menjadi rumah ternyaman untuk Ana.

Nadine banyak bercerita pada Arya sepanjang perjalanan, sedangkan Arya mendengarkan dengan reaksi kecil, seperti tersenyum atau menimpali apa yang Nadine ceritakan. Nadine selalu suka seperti ini, situasi seperti ini membuatnya merasa nyaman. Saat Arya mendengar ceritanya dan ikut tertawa bersamanya.

“Kak Arya mau beli sesuatu?” tanya Nadine saat mobil Arya memasuki area parkir sebuah mall.

“Kan udah aku bilang, aku mau kamu ketemu seseorang,”

“Papa...” tebak Nadine dengan binar bahagia di wajahnya. Tapi wajah itu kembali mengerutkan keningnya saat Arya menggeleng.

“Kak Arya bikin penasaran banget,” Arya tersenyum.

“Ketemu Safira,” Nadine masih mencoba menebak. Tapi lagi-lagi dia harus kecewa saat Arya kembali menggeleng.

“Safira bisa langsung datang ke toko bunga kalau mau ketemu sama kamu,” kata Arya.

Mereka keluar dari mobil dan memasuki lift menuju lantai yang akan membawa mereka bertemu dengan seseorang yang Arya ingin pertemukan dengannya.

“Nadine...” Nadine terkejut bukan main ketika mendapati Raymon berada di dalam lift.  Dia membuang muka seolah tidak mengenalinya dan hal itu sangat melukai harga diri Raymon.

“Pacar baru kamu lagi,” kata Raymon seolah memandang jijik pada Nadine. “Memangnya yang kemarin kurang bisa puasin kamu? Kurang kaya.” Lanjut Raymon lagi sengaja karena Nadine sudah membuang muka dan pura-pura tidak mengenalinya.

Plak, satu tamparan mendarat tepat di pipi Raymon. Tidak terlalu keras, tapi tangan Nadine cukup nyeri di buatnya.

“Kamu berani nampar aku,” teriak Raymon. Laki-laki itu hendak menarik Nadine tapi Arya sudah berdiri lebih dulu di depan adiknya.

“Kamu mau belain dia, kamu nggak tahu kalau dia hanya perempuan murahan yang....”

“Plaak”, satu tamparan kembali mendarat di pipi yang sama. Sepertinya kali ini cukup keras sampai bibir Raymon mengeluarkan darah.

“Jaga bicara kamu,” Arya memberi tatapan yang sangat tajam pada Raymon membuat Raymon yang awalnya hanya bermaksud bercanda dan mengerjai Nadine sedikit ketakutan. “Sekali lagi kamu bilang adik saya perempuan murahan, saya robek mulut kamu”.

Raymon benar-benar ketakutan, sosok Arya yang berbadan tegap dengan sorot matanya yang tajam seolah akan benar-benar merobek-robek mulutnya.

Pintu lift terbuka, Arya menarik tangan Nadine meninggalkan Raymon yang berdiri mematung di dalam lift dengan mengusap bibirnya yang mengeluarkan darah.

“Adik...?” ujar Raymon dengan bingung, “Nadine nggak pernah bilang dia punya saudara,” katanya menyesali kata-katanya sendiri.

Arya menggenggam tangan Nadine dengan erat dan menariknya, orang-orang bahkan melirik mereka karena terlihat seolah Arya sedang menyeret adiknya. Nadine tidak bisa mengatakan apa-apa, dia melihat seperti ada kilatan api di mata kakak tirinya itu.

Mereka kembali masuk ke dalam lift yang lain. setelah bertemu dengan Raymon, Arya melupakan tujuannya mengajak Nadine ke mall itu. Karena merasa tangannya mulai kebas di genggam terlalu kuat, Nadine meronta meminta Arya melepasnya. Arya yang menyadari adiknya kesakitan pun segera melepaskan genggaman tangannya.

 “Kenapa laki-laki tadi bilang kamu perempuan murahan, memang kamu udah ngelakuin apa sampai dia bilang kamu perempuan murahan?” Mereka sudah masuk kembali ke dalam lift menuju baseman. Nadine  bahkan takut bernafas melihat kemarahan Arya.

“Jawab, Nad. Kamu kenal di mana sama dia, hubungan kalian sudah sejauh apa?” Arya mencoba menahan dirinya. Jika bukan karena nama baik keluarga yang harus dia jaga, dia mungkin sudah memukul Raymon sampai tidak bisa bergerak tadi.

Bukan tanpa alasan kemarahan Arya, kasih sayangnya pada Nadine tidak perlu di ragukan. Dia tidak mau Nadine menjalani kehidupan seperti yang ibunya lalui. Menjadi wanita yang merusak rumah tangga orang dan di benci oleh sesama wanita.

Arya ingin Nadine hidup dengan terhormat, menemukan laki-laki baik yang mencintainya dengan tulus. Yang akan menjaganya selamanya. Dan saat mendengar ada yang mengatakan adiknya itu perempuan murahan, amarahnya memuncak. Dia merasa gagal menjaga Nadine.

 Arya mengacak rambutnya. Dia menghela nafas dan pandangannya pada Nadine  kembali melembut.

“Maaf, Nad,” katanya melihat wajah ketakutan adiknya. Ketakutan Nadine perlahan menghilang melihat wajah Arya yang sudah kembali teduh.

“Sakit?” tanyanya mengusap lembut tangan adiknya. Nadine mengangguk lalu menggeleng membuat Arya gemas dan memeluknya.

“Aku selalu jaga diri aku kok, aku nggak mungkin melakukan sesuatu yang akan buat Kak Arya atau papa malu,”

“Aku tahu, aku cuma nggak mau kamu....”

“Seperti mama aku,” sambung Nadine dengan cepat. “Aku nggak mau melakukan kesalahan yang mama lakukan,” katanya menunduk menahan tangis.

“Maaf, kamu tahu kan kalau aku sayang sama kamu,” Nadine mengangguk cepat. Arya kembali memeluknya.

“Oh iya, kita tadi ke sini mau ketemu siapa?”

“Astaga, aku jadi lupa,” Arya mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Lalu kembali mengajak Nadine ke dalam mal setelah menutup teleponnya.

Terpopuler

Comments

Evy

Evy

kok kakak tiri sih Thor...Arya bukan kakak tiri tapi kakak kandung.kakak kandung seAyah..

2024-08-06

1

Sabaku No Gaara

Sabaku No Gaara

ayoo kk...lanjuttttt heee

2024-05-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!