Nadine hanya mondar mandir di dalam toko bunga yang sudah tertutup. Dia tidak punya uang untuk membayar ganti rugi pada Jonathan, tapi menjadi pacar Jonathan juga tidak masuk akal.
Jonathan terlihat sangat berpendidikan, meski agak menjengkelkan dan ketus. Berjalan di samping Jonathan sebagai pacaranya tentu tidak akan serasi. Siapa juga yang akan percaya jika Jonathan memiliki pacar yang sangat comel seperti dirinya. Nadine tidak sadar kalau dia bisa menjadi seperti putri jika saja dia mau menunjukkan dirinya yang sebenarnya.
Tapi hanya untuk di ajak ke acara anniversary saja kan, setelah itu selesai kan. Nadine menarik nafas dan memantapkan keputusannya lalu mengambil ponselnya di atas meja. Setelah memandangi kartu nama yang tadi di berikan sekertaris Jonathan, Nadine lalu menekan papan angka sesuai dengan nomer yang ada di kartu nama itu.
“Halo, selamat malam. Dengan Pak Jonathan,” sapa Nadine dengan sedikit kaku.
“Bagaimana, kamu terima tawaran saya?” Nadine sedikit terkejut karena Jo langsung mengatakan pada intinya tanpa basa basi. Sepertinya Jo memang menunggu telepon gadis itu.
“Ta.. tapi hanya sehari kan?” tanya Nadine ingin memastikan bahwa dia hanya akan menjadi pacar Jo selama sehari.
“Kalau begitu saya tunggu kamu besok di restoran yang kemarin jam satu siang.” setelah mengatakan apa yang ingin di katakan, Jo langsung memutus sambungan telepon seenaknya.
“Ihh, manusia apa sih Pak Jonathan itu. Mungkin karena tidak ada wanita yang mau menjadi pacarnya karena sikap arogannya itu, makanya dia minta aku pura-pura jadi pacarnya. Dasar orang gila aneh. Kalau bukan ancaman kamu juga aku nggak mau jadi pacar kamu, jangankan jadi pacar kenal sama orang arogan kayak kamu juga aku nggak mau” omel Nadine seraya meletakkan dengan sedikit kasar ponselnya di atas meja.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Nadine lalu keluar dari toko bunga dan kembali ke rumahnya. Saat sampai, Nadine melempar tasnya ke atas tempat tidur dan membersihkan dirinya ke kamar mandi. Saat mengguyur tubuhnya dengan air, Nadine lalu teringat pada hubungannya dengan Raymon yang di ambang kehancuran.
“Seharian sibuk dengan Pak Jonathan yang arogan itu sampai lupa kalau ada hal lain yang harus aku hadapi, hal yang mungkin akan menghancurkan hati aku.” keluh Nadine menyelesaikan mandinya.
Pagi ini Nadine ke toko bunga agak terlambat, Ana juga memegang kunci toko jadi Nadine tidak perlu khawatir dengan toko. Dia merasa ingin merilekskan kepalanya sebelum bertemu dengan Jo nanti siang. Dan juga Nadine masih menghindari Raymon karena laki-laki itu mengatakan akan singgah ke toko membawa sarapan untuk Nadine.
Nadine sudah sangat ingin menyelesaikan masalahnya dengan Raymon, toh apapun akhirnya dia akan menerima dengan lapang dada. Berulangkali Raymon mencoba menghubunginya tapi Nadine hanya membiarkan saja ponselnya berdering.
Nadine lalu ke toko bunga miliknya dengan menggunakan sepeda motornya. Dia mencoba fokus pada jalan di depannya namun tetap pikirannya beterbangan kemana-mana.
Hingga hari sudah beranjak siang, Nadine juga sudah bersiap untuk bertemu dengan Jonathan. dia akan mengesampingkan masalah dengan Raymon dan lebih fokus pada urusannya dengan Jonathan, karena urusan dengan Jonathan bisa membuatnya berakhir di penjara jika tidak di selesaikan dengan baik.
“An, Mbak pergi yah. Bentar aja kok,” kata Nadine.
“Hati-hati, Mbak. Bawa motornya yang fokus” pesan Ana sebelum Nadine meninggalkannya.
Nadine sudah sampai di restoran tempatnya bertemu dengan Jonathan terakhir kali, gadis itu menarik nafasnya sebelum membuka pintu.
Saat melangkah ke dalam restoran, lagi-lagi Nadine melihat pemandangan yang mengiris hati. Sebaik apapun Raymon menyembunyikan sebuah kenyataan darinya, toh akan ketahuan juga pada akhirnya.
Nadine lagi-lagi mendapati Raymon sedang duduk makan siang bersama wanita yang sama dengan wanita yang Nadine lihat waktu itu. Lama Nadine mematung di depan pintu dengan pandangan terarah lurus pada sepasang kekasih yang sedang berbincang sambil sesekali tertawa itu. nadine benar-benar terluka.
Raymon juga sering seperti itu padanya kalau mereka sedang makan bersama. Raymon kadang bercerita hal-hal receh yang mengundang tawa Nadine.
“Silahkan, Mbak,” seorang pelayan mengalihkan pandangan Nadine dari pasangan yang tampak serasi itu. Nadine lalu ingat tujuan datang ke restoran itu.
“Maaf, Mbak,” kata Nadine lalu mengikuti pelayan itu.
Di dalam ruangan yang sama yang dia datangi beberapa hari lalu, Jonathan sudah duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya. Bola matanya bergulir mendengar suara pintu di buka. Dan tampaklah orang yang dia tunggu sejak tadi telah datang.
“Saya paling nggak suka orang yang tidak tepat waktu,” cecar Jonathan saat Nadine mendekatinya. Dia bahkan belum mempersilahkan Nadine duduk dan langsung memberi pernyataan yang membuat Nadian hanya memutar bola matanya.
“Kamu harus cari alasan kenapa kamu bisa jadi pacar saya, hal apa yang menarik dari dalam diri kamu sampai-sampai saya mau menjadi pacar kamu,” kata Jonathan langsung tanpa basa basi seperti biasa.
“Hah..., maksud anda?”
“Orang tua saya pasti akan tanya ke kamu atau saya bagaimana kamu dan saya bisa ketemu sampai pacaran,” Nadine menghela nafasnya. Bagaimana dia bisa berfikir kalau tentang hal itu sekarang kalau saat ini yang ada di pikirannya adalah Raymon ada di sini bersama wanita lain. Ingin rasanya Nadine memergoki mereka langsung, tapi dia masih berfikir berkali-kali untuk melakukannya.
Dan sekarang, Jo malah memintanya mencari sebuah alasan yang tepat sehingga dia dan Jonathan bisa berpacaran.
Sepertinya Nadine menyesali keputusannya untuk menerima tawaran Jonathan, mungkin dia akan lebih baik di penjara saja.
“Pak Jonathan aja yang cari, kan idenya dari Pak Jonathan. Harusnya Pak Jonathan juga sekalian pikirkan alasannya kan sebelum memiih saya.”
Jonathan memicingkan matanya melihat Nadine dengan seksama. Ada guratan sedih di wajahnya, dia juga tampak seperti seseorang yang sedang gelisah.
“Saya nggak suka yah sama orang yang kalau saya ajak ngomong malah pikirannya ada di tempat lain,” kata Jo tanpa rasa kasihan sama sekali meski dia bisa melihat kalau Nadine seperti sedang memendam seseuatu.
Nadine yang sejak tadi hanya menunduk dan tidak menatap Jo sama sekali tiba-tiba mendongakkan kepalanya dan menatap Jo. Dia tiba-tiba ingin menangkap basa Raymon dan kekasihnya. Untuk apa juga memendamnya terlalu lama, toh cepat atau lambat dia pasti aka mengatakannya pada Raymon.
“Pak Jonathan pikir aja apa, setelah dapat alasan yang menurut Pak Jonathan cocok kasih tahu saya aja. Saya ada urusan penting banget,” tanpa mendengar Jo yang masih ingin mengatakan sesuatu Nadine langsung berlari kecil menuju pintu dan meninggalkan Jonathan sendirian di restoran itu.
“Berani sekali dia ninggalin saya gitu aja,” omel Jo saat Nadine sudah menghilang di balik pintu. Jo meneguk air mineral di depannya dab meletakkan botolnya dengan kasar. Dia kesal melihat Nadine yang pergi meninggakannya padahal pembicaran mereka belum selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Sabaku No Gaara
semangat kakk
2024-05-04
1