Jonathan kembali di buat pusing dengan dering telepon yang tidak berhenti dari Marisa. Sepertinya dia harus mencari cara untuk menghentikan kegilaan Mamanya itu. Lalu matanya tertuju pada KTP dan SIM yang waktu itu Nadine tinggalkan. Jonathan lalu meminta pada sekertarisnya untuk meminta Nadine segera datang menemuinya.
Sementara Nadine di toko bunga itu sedang sibuk merangkai buket bunga pesanan langganannya, Raymon datang membawa makan siang untuknya.
“Kenapa telepon ku nggak pernah di jawab sih, Nad. Aku kan kangen mau dengar suara kamu” Nadine memandangi Raymon. Ingin rasanya dia meninju wajah laki-laki itu, tapi dia masih menahan dirinya dan berpura-pura seolah dia tidak pernah melihat apapun.
“Aku lagi sibuk” jawabnya dengan sedikit ketus. Raymon tidak menanggapinya, dia malah membuka kotak makan siang itu dan menunjukkan pada Nadine kalau dia membawakan gadis itu makanan ke sukaannya.
“Aku sudah makan tadi, kamu telat” masih dengan ketusnya Nadine bicara. Raymon masih tidak memperdulikan sikap Nadine yang agak aneh, dia menyimpan kotak makan siang itu di dalam ruangan Nadine.
“Di makan nanti juga masih enak kok,” katanya.
Nadine tidak ingin gegabah bertindak, dia membiarkan saja Raymon melakukan semaunya. Dia akan mencari waktu yang tepat untuk membongkar perselingkuhan Raymon.
Nadine memang telah membuka hatinya untuk laki-laki itu, dia luluh dengan semua perlakuan Raymon padanya. Selama setahun ini, Raymon selalu menemaninya dan berhasil membuatnya mengalihkan perasaannya pada seseorang yang tidak mungkin dia miliki.
Nadine sebenarnya mencintai orang lain, seseorang yang tidak akan pernah dia biarkan melihat perasaannya yang sesungguhnya. Nadine ingin mengalihkan semua rasa yang dia miliki untuk laki-laki itu dengan menerima kehadiran Raymon. Nadine berhasil, walaupun belum sepenuhnya tapi dia bisa mengalihkan pikirannya dari laki-laki itu.
Nadine malah sudah berfikir bahwa Raymon mungkin akan menjadi laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupnya melihat bagaimana laki-laki itu memperlakukannya. Namun sayangnya, Raymon malah melakukan sesuatu hal yang membuat Nadine kecewa padanya.
“Nad, nanti malam jalan yuk. Kita sudah jarang banget jalan berdua” ajak Raymon. Nadine melihat laki-laki itu, dia menatap dalam pada manik hitam milik Raymon.
Tatapannya masih sama, caranya berbicara juga masih sama. Nadine juga masih bisa melihat ketulusan di mata Raymon. Apa mungkin dia salah faham, apa ada sesuatu yang Raymon sembunyikan darinya yang tidak bisa Raymon ceritakan. Apakah wanita itu adalah teman dekatnya? Mantannya?
Baru saja Nadine ingin meminta penjelasan Raymon, teleponnya berdering membuat Nadine mengalihkan atensinya pada ponselnya yang berdering nyaring. Nadine mengkerutkan keningnya ketika melihat nomor yang tidak dia kenali tertera di layar.
“Halo...”
“Halo, dengan Ibu Nadine Aurelia?” tanya suara laki-laki dari seberang telepon, Nadine mengangguk.
“Iya, ini dengan siapa?”
“Saya Riko, sekertaris Pak Jonathan” Nadine sekali lagi mengkerutkan keningnya, Jonathan?
“Pak Jonathan meminta saya menghubungi anda untuk bertemu dengan Pak Jonathan dan mengambil SIM dan KTP anda”
Nadia langusng teringat pada korban tabrakannya hari itu.
“Iya, di mana saya bisa ketemu dengan Pak Jonathan?”
Nadine terburu-buru dan meninggalkan Raymon begitu saja begitu dia selesai berbicara dengan sekertaris Jonathan. Dia takut luka yang Jonathan alami cukup parah sehingga meminta dirinya bertemu untuk meminta pertanggung jawabannya.
Nadine bahkan sudah siap jika dia harus menguras semua tabungannya untuk membayar ganti rugi pada Jonathan.
Setelah sampai di restoran itu, Nadine lalu memarkirkan motornya di parkiran yang khusus pengguna motor. Dia lalu masuk ke dalam dan memberitahukan pada pelayan bahwa dia sudah punya janji dengan seseorang di restoran itu.
“Pak Jonathan” kata Nadine saat pelayan menyakan nama orang yang sudah membuat janji dengannya. Pelayan itu lalu mengarahkannya pada sebuah ruangan privat.
Sudah ada Jonathan di sana. Laki-laki itu bukan duduk di meja makan melainkan di sofa, dia lalu mempersilahkan Nadine untuk duduk.
“Bagaimana keadaan, Pak Jonathan” Jo terlihat sedikit terkejut Nadine menyebut namanya.
“Kepala saya masih pusing, dan tangan saya ini juga masih sulit saya gerakkan” jawab Jo. memang benar kalau kepalanya masih sering pusing, tapi tidak ada yang salah dengan tangannya.
Jonathan lalu mengeluarkan rincian biaya rumah sakit kepada Nadine.
“Saya mau kamu membayar ganti rugi, saya tidak mau menyia-nyiakan uang saya untuk kesalahan orang lain” kata Jonathan. Nadine mengambil kertas itu dan membaca semua rinciannya. Matanya membulat begitu melihat total biaya tagihan rumah sakit.
“Kenapa sebanyak ini” kata Nadine. Hari itu kepalanya di yang luka di bersihkan lalu di balut perban, mengapa kisaran biayanya sampai puluhan juta, Nadine juga terkejut melihat nota dari butik yang memperlihatkan harga sebuah setelan jas dan itu bahkan lebih mahal dari biaya rumah sakit.
“Ini mungkin punya anda yang terikut,” kata Nadine memberikan nota itu pada Jonathan.
“Kamu juga harus mengganti setelan jas saya yang robek waktu kamu tabrak,” kata Jo seenaknya.
Nadine mendesah, setidaknya dia punya cukup uang untuk membayar kembali Jonathan walaupun dia harus menabung dari awal lagi. Tapi itu tentu belum semua. Jonathan kembali memberikan sebuah amplop coklat pada Nadine.
“Ini apa lagi?” tanya Nadine seraya mengambil amplop itu dan membukanya. Nadine sama sekali tidak mengerti apa yang tertulis di sana, bahkan angka ratusan milyar itu dia tidak tahu dari mana datangnya.
“Itu adalah proyek yang gagal perusahaan saya dapatkan karena kamu menabrak saya. Kamu mungkin tidak tahu kalau hari itu saya ada rapat penting untuk mendapatkan proyek ini, tapi karena kecerobohan kamu perusahaan saya kehilangan proyek itu dan kami menderita kerugian yang cukup besar”
“Jadi maksud anda?”
“Kamu juga harus membayar kerugian saya karena gagal mendapatkan proyek itu”
“Anda jangan bercanda, Pak. Masak saya harus bayar kerugian perusahaan anda, dari mana saya dapatkan uangnya” katanya menolak untuk membayar ratusan milyar pada Jonathan.
Yang benar saja, ratusan milyar meminta pada gadis seperti Nadine. Jonathan ini memang ada-ada saja.
“Baiklah kalau kamu tidak mau membayar, terpaksa saya membawa kasus ini ke pada pihak yang berwajib”
“Maksud anda”
“Saya akan laporkan kamu ke polisi”
“Apa...” Nadine seperti mendapat hantaman keras di tubuhnya mendengar Jonathan akan melaporkannya pada polisi.
“Jangan, Pak. Saya mohon” pinta Nadine dengan memelas. “Saya akan melakukan apa aja untuk Pak Jonathan tapi saya mohon jangan laporkan saya ke polisi” sambungnya lagi. Jonathan bukannya iba melihat wajah Nadine yang sudah hendak beranak sungai, dia malah kembali menyodorkan sebuah amplop pada Nadine.
“Ini apa lagi?” suara Nadine sudah terdengar sangat lemas.
“Itu hasil visum saya yang akan semakin menguatkan laporan saya”
“Pak...”
Jonathan memandangi Nadine, menilisik gadis itu dengan baik. Walaupun tampilannya sederhana tapi Nadine cukup cantik, kulitnya putih bersih dan wajahnya juga terlihat terawat.
“Ada cara lain untuk kamu membayar semuanya?” Nadine mendongak dengan cepat.
“Apa itu?”
“Kamu harus jadi pacar saya yang akan saya ajak ke anniversary orang tua saya” kata Jo tanpa ragu-ragu.
“Pacar anda...? tapi kenapa harus saya” Nadine terkejut bukan main mendapat tawaran aneh seperti itu. apalagi dari laki-laki seperti Jonathan yang terlihat sangat berwibawa.
“Karena saya tidak punya waktu untuk mencari orang lain”
Nadine tampak diam dan berfikir, menjadi pacar Jonathan sedangkan dia juga memiliki pacar. Lalu apa bedanya dia dan Raymon kalau begitu.
“Bagaimana...? kalau kamu tidak mau, saya tinggal serahkan semua ini kepada pengacara saya. Dan saya yakin kurang dari dua puluh empat jam polisi akan datang dan menjemput kamu”
Jonathan ini memang manusia yang tidak punya hati sama sekali, bukannya iba melihat Nadine yang hanya seorang gadis biasa harus membayar ratusan milyar, dia malah semakin menakut-nakuti gadis itu.
“Saya akan pikirkan” jawab Nadine. Jo mendesah tidak sabaran. Dia sebenarnya ingin langsung mendengar jawaban Nadine. Tidak dia tidak mau Nadine sampai menolak. Menurutnya Nadine bisa dia jadikan tameng agar Ibunya tidak lagi memaksanya untuk bertemu dengan para gadis-gadis yang hanya tahu foya-foya itu.
“Saya akan tunggu jawaban kamu malam ini, saya juga tidak akan memaksa kamu. Semua pilihan ada pada kamu sendiri”
Jonathan pergi meninggalkan Nadine sendiri yang masih diam terpaku. Sementara sekertaris Jonathan langsung masuk dan mengambil semua kertas-kertas yang tadi dia perlihatkan pada Nadine.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Tara
mending Ama Jonathan daripada buaya Raymond.. smoga dari boongan jadi beneran n dilamar jadi istri..Amin🤗👏🤔🫢🫣
2024-05-05
3