"Terima kasih telah mengantar ku, lain kali aku bisa pergi sendiri tapi mungkin akan sering meminjam mobilmu"
"Sama-sama, Tuan. Kalau butuh bantuan jangan segan-segan untuk memanggil saya"
"Baik, terimakasih atas tawarannya. Masuklah, sudah malam waktunya istirahat" titah Markus pada pemilik rumah ini.
"Perlu saya bantu bawa belanjaannya ke atas?" Tak tega melihat empat paper bag itu harus diangkat sendiri oleh Markus.
"Tidak perlu, aku masih bisa membawanya. Kau istirahat saja" Markus menolak, ia tidak mau semakin merepotkan Vanes untuk kedua kalinya, lagipula ini hal kecil yang bisa Markus lakukan tanpa perlu dibantu.
"Baiklah selamat malam"
Markus mengangguk dan Vanes pun masuk ke dalam kamarnya, setelah Vanes tak terlihat barulah Markus naik juga menuju lantai atas.
Markus membanting tubuhnya di atas ranjang, rasa lelah kembali menjalar, sudah belasan kali ia berganti pakaian saat di toko, mencoba berbagai baju ini-itu mencari yang menurutnya nyaman dan pas.
Masih dengan posisi berbaring Markus meraih ponselnya dan mengecek apakah ada pesan yang masuk atau tidak, sampai detik ini pengacara Erik dan asisten Hardin belum ada yang mengabari, Markus tidak tahu bagaimana kondisi disana.
Yang paling ingin Markus tahu adalah tentang keluarganya, apakah tindakannya ini merepotkan mereka atau tidak, jangan sampai kedua orangtuanya terkena imbas dan menanggung penderitaan.
Sayangnya Markus tidak diperbolehkan untuk menghubungi keluarga sama sekali, dia sungguh seperti orang yang dibuang secara paksa.
Sesekali Markus mencari tahu berita tentangnya di internet, tapi belum ada yang menampilkan berita terbaru semenjak dirinya kabur. Apa yang sebenarnya polisi itu lakukan? Padahal bisa saja mereka memberitahu hilangnya Markus melalui siaran TV.
"Aku benar-benar seperti orang mati, tak bisa keluar dan harus mengurung diri di kamar ini tanpa melakukan apapun!" Dengus Markus mengeluh.
Markus lantas melihat media sosialnya menggunakan akun samaran, komentar di semua fotonya dikomentari oleh hujatan-hujatan dari warganet, mereka semua mencaci dan mengutuk Markus dalam kasus bandar narkoba.
"Pantas saja kaya, jual narkoba ternyata"
"Beban negara, pantas dihukum mati"
"Padahal tampan tapi hobinya jual obat terlarang"
"Terima nasib mu, kau sudah jatuh sekarang... haha"
Komentar-komentar pedas itu membuat jiwa Markus mendidih, mulutnya tak henti komat-kamit saat membaca satu-persatu.
"Sial! Mereka semua sok tahu dan hanya ikut-ikutan dengan berita yang tersebar" umpatnya.
Saat Markus tengah melihat-lihat tiba-tiba muncul 'rekomendasi teman untuk diikuti' di beranda aplikasi tersebut.
"Vanesilia"
Nama yang sama dengan perempuan yang tinggal di lantai bawah rumah ini, ketika Markus melihat foto profilnya pun terpampang wajah Vanes disana.
"Ini miliknya?"
Markus pun membuka akun tersebut, seketika foto-foto Vanes terekspos disana, Markus melihat nya secara acak, kebanyakan foto selfie dan pemandangan, tak satupun Markus menemukan wajah seorang lelaki di foto-foto Vanes.
"Dia tidak pernah mengunggah foto bersama suaminya?" Gumam Markus.
Markus lantas melihat gambar lain, foto Vanes yang sedang tersenyum dari samping dengan bunga melati yang tersemat di telinganya, rambut panjang Vanes pun tertiup angin ke belakang.
Tanpa sadar Markus menatap lama hasil jepretan kamera itu, seakan terpesona dengan ciptaan Tuhan dalam wujud manusia, sebuah tangkapan lensa itu mampu menghipnotis Markus beberapa saat.
Hingga bibirnya spontan berucap.
"Cantik!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Syafrida Kadir Ida
cantiklah.. calon pendamping hidupmu meski janda dia perempuan baik sayang sm orgtua InsyaAllah sayang sm calon suami..
2024-05-20
1
Eka elisa
cntik dong... emak lok ksih jodoh kmh gk kaleng kaleng mrkus.. 😁😁😁😁😁😁
2024-05-20
2
Eka elisa
gk papa yg pnting knyataan Ny kmu idup mrkus....
2024-05-20
2