Entah apa yang membuat Markus berpikir demikian, apakah dia tidak pernah mencari tahu harga pasar? Atau memang orang ini berasal dari keluarga konglomerat yang terbiasa dengan harga-harga mahal dan fantastis?
"Tuan mana ada tempat sewa seperti ini memiliki harga berkisar jutaan, saya memberi harga di 800 ribu dan itupun kadang masih banyak yang ingin bernego"
Kini giliran Markus yang dibuat tercengang, memangnya ada rumah sewa dibawah satu juta? Bagaimana cara mengambil keuntungan dari harga seperti itu.
"Kau serius? Memangnya kebutuhanmu selama sebulan cukup hanya dengan mengandalkan 800 ribu?" Markus berbalik tanya.
Sangatlah tidak cukup sebenarnya, apalagi Vanes belum memiliki pekerjaan dan harus membayar rumah sakit orangTuanya, tapi ia juga tidak mau memeras uang seseorang untuk keuntungan semata.
"Saya masih punya sedikit tabungan" cicit Vanes.
Markus menatap tak percaya, kehidupan seperti apa yang wanita ini jalani, ataukah dirinya yang malah terlihat aneh karena tidak mengerti caranya hidup orang-orang disekitar sini.
"Kau boleh bernego dengan harga lebih tinggi padaku" Markus menawarkan diri, ia tidak tega jika harus membayar dengan harga rendah, walaupun Vanes tidak memintanya.
"Jangan, Tuan. Saya tidak ingin mencari kesempatan dalam kesempitan, saya berterima kasih atas niat baik anda, tapi saya juga memikirkan tentang prasarana kecil yang anda gunakan dari saya" tutur Vanes menolak secara halus.
Siapa sih yang tidak tergiur, jika saja itu orang lain pasti akan langsung mengiyakan saat Markus mengira soal harga di awal.
"Ck, kau ini! Tidak baik menolak niat tulus seseorang, selagi bukan kau yang meminta terima saja" Markus berdecak, ia juga tidak biasa mendapatkan penolakan. Seumur hidupnya Markus dikelilingi oleh orang-orang yang banyak meminta sesuatu kepadanya bahkan sebelum Markus berniat memberi suatu penawaran.
"Tapi saya tidak enak pada Tuan. Kita bahkan baru bertemu kemarin sore, apakah saya pantas menerima tawaran ini?" Lirih Vanes, ia tidak mau di cap mata duitan hanya karena menerima sejumlah uang dari laki-laki lain.
Markus tidak lagi menjawab melainkan keluar dari dapur dan naik menuju kamarnya, tidak tau apa yang pria itu lakukan.
Vanes pikir Markus marah padanya karena sudah terus-terusan menolak tawaran baik itu, seketika Vanes merasa sangat bersalah.
"Bagaimana ini dia pasti marah, bodohnya aku harusnya aku tidak menolak niat baiknya" sesal Vanes menyalahkan diri.
Tak lama Markus turun lagi dengan membawa sejumlah, pria itu lantas memberikannya pada Vanes.
"Ambillah... Setidaknya terima dua juta saja"
Vanes melongo, dia kira Markus marah tadi namun ternyata pria itu masuk ke kamar untuk mengambil sejumlah uang.
"Anda yakin, Tuan? Uang ini juga bisa anda gunakan untuk membeli keperluan, bukankah anda bilang mau membeli baju di toko?"
"Aku masih punya uang di rekening, jangan menolak untuk yang satu ini" desak Markus.
Dengan ragu-ragu Vanes menerima uang tersebut, daripada Markus benar-benar murka lebih baik dia menurut saja.
"Terimakasih banyak, Tuan. Ini akan sangat bermanfaat untuk saya"
"Sama-sama, gunakanlah sebaik mungkin"
Vanes mengangguk cepat, dia bersyukur bisa dipertemukan dengan orang sebaik Markus, semoga kedepannya mereka bisa menjadi teman satu sama lain.
***
Malam ini Vanes sengaja memasak dengan porsi lebih banyak, ia ingin membagi Markus makan malam sebagai tanda terimakasih. Toh, sepertinya Markus juga belum makan semenjak siang tadi.
Tok Tok Tok!
Sambil membawa nampan di tangan kirinya, Vanes mengetuk pintu kamar Markus yang terkunci dari dalam.
Kali ini Markus membuka pintu dengan sekali ketuk, tak seperti sebelumnya yang mana membuat Vanes harus mengetuk beberapa kali.
Clekkk
"Tuan, anda......."
Ucapan Vanes terpotong kala wanita itu melihat Markus dalam keadaan setengah telan-jang, dada bidang Markus nampak dengan jelas karena tak ditutupi apapun, begitu pula dengan perut yang tercetak dengan sempurna.
Vanes membeku sambil meneguk saliva, sumpah demi apapun ia malu melihat tubuh pria lain dari jarak dekat seperti ini.
Akhhhh..... Rasanya Vanes ingin bersembunyi di lubang semut sekarang juga!
Masih dengan orang yang sama, Markus melihat Vanes berdiri di depan pintu kamarnya, bedanya perempuan itu membawa makanan serta minuman dalam satu nampan.
"A-anda belum tidur, Tuan?" Vanes berbasa-basi, ia mencoba untuk tenang dan bersikap normal.
"Belum, ada apa?"
"Saya membawakan makan malam untuk anda, mohon diterima"
Aroma sedap dari makanan itu membuat Markus mendadak keroncongan, kebetulan ia belum makan malam karena bingung mau makan apa.
"Kau sengaja membuat ini untukku?" Tanya Markus sembari menerima nampan tersebut.
"Saya masak banyak malam ini, anggap saja sebagai balasan dari saya untuk anda"
"Terimakasih, kau sudah makan?"
"S-sudah tadi"
Markus menelisik wajah Vanes yang memerah, tatapannya pun kelusuh-kelasah bak orang resah.
"Kenapa kau gugup begitu?"
"Hah???"
"T-tidak kok, s-saya cuma... Cuma.... Eughh.... Cuma..."
Hendak menjelaskan tapi ujung-ujungnya Vanes malah terbata-bata, dan itu membuat Markus semakin curiga ada yang tak beres.
Markus menunduk mendekatkan wajahnya pada Vanes berniat menelisik apa yang membuat wanita ini gusar, tapi semakin jarak mereka mengikis Markus makin mendapati kegelisahan.
"T-Tuan....!"
"Apa yang terjadi? Apa yang membuatmu takut?"
Wajah Vanes kian memanas seiring bertatap dengan mata elang itu, ia mengigit bibir bagian dalam kuat-kuat menahan kegugupan yang menguasai dirinya.
Meskipun pernah memiliki suami tapi Vanes tak biasa dengan pemandangan ini, Vanes ingin menghindar tapi telapak kakinya seolah diolesi lem perekat yang membuatnya tak bisa kemana-mana.
"Apa aku..... Menakuti mu?"
Glek
Vanes tidak takut, tapi dia malu melihat tubuh Markus, pria itu tak menggunakan pakaian atas saat berhadapan dengannya.
"T-tolong.... Pakai baju anda" ucap Vanes kemudian memejamkan kedua matanya usai menyuruh Markus menggunakan busana.
"Apa?" Pandangan Markus beralih pada tubuhnya sendiri, ia langsung mengerti kenapa Vanes gugup sedari tadi, dan inilah jawabannya.
Markus pun menegakkan kembali punggungnya, begitupula dengan Vanes yang baru bisa bernafas setelah apa yang baru saja terjadi.
Suasana sedikit canggung dibuatnya, bagaimana tidak, mereka lelaki dan perempuan yang punya batas dalam berpenampilan didepan lawan jenis.
"Maaf, aku baru selesai mandi tadi. Belum berpakaian karena tidak ada baju yang bisa digunakan"
"S-saya mengerti! Lalu apakah anda berencana membelinya?"
"Iya, malam ini aku akan keluar untuk membeli keperluan"
"Anda akan membelinya kemana?"
Markus mengedikkan bahu sembari menggelengkan kepala. "Tidak tahu, kau punya rekomendasi toko untuk pria?"
"Kebetulan teman saya punya toko yang menjual baju laki-laki di pusat kota, saya bisa mengantar anda kesana. Mau pergi malam ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
moominRJ
Cieee vanes tersepona yah ness😁😁
2024-05-20
1
Anik Trisubekti
sweetnya 😍
2024-05-19
1
Eka Bundanedinar
kiura " nganterin pake apaya semoga g s
da yg mngenalimu markus
2024-05-19
2