Kabar menghilangnya Markus sampai ke telinga pimpinan pagi hari, tentu saja hal itu membuat ketua kepolisian marah sampai menggebrak meja kerjanya.
Berita buruk yang amat sangat menganggu telinga dan hal itu dilakukan oleh anak buahnya sendiri.
"Kalian berkerja hanya untuk ini, hah?!!" Bentaknya keras.
Semua bawahan hanya bisa menunduk dengan posisi tegak, sudah pasti hal ini mereka duga, namun yang lebih membuat mereka takut adalah mengenai kelanjutan pekerjaan ke depannya, bisa saja bukan sekedar hukuman tapi juga pemecatan.
"Dari 20 orang yang bekerja sama sekali tidak ada yang becus menjaga satu tahanan saja!"
"Jangan-jangan kalian memang telah bekerjasama untuk meloloskan tahanan itu" tuduhnya menatap wajah sang bawahan satu-persatu.
"Siap, tidak pak!" Elak mereka dengan cepat.
"Tidak tetapi kalian membiarkan dia kabur dengan mudah!!"
Seluruh polisi yang ada disana tak mampu menjawab, karena memang semua ini timbul atas kelalaian mereka yang disebabkan tidur ketika sedang melakukan tugas.
"Tidak pernah sekalipun kepolisian kita gagal dalam membekukan tawanan, tetapi gara-gara kalian semua, hancur sudah citra yang selama ini dibangun!"
"Apa yang harus aku katakan kepada kuasa hukum, hah?? Aku menugaskan kalian bukan untuk leha-leha!"
Jika kabar ini tersebar hingga ke telinga masyarakat, pasti mereka akan dituntut karena telah melakukan kesalahan fatal.
Menangkap pelaku bandar narkoba yang selama ini sulit diincar justru hilang hanya dalam waktu satu bulan lebih, masyarakat pasti tidak terima dan memprotes kinerja mereka, dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pangkat seorang abdi negara.
"Tutupi kabar ini kepada siapapun! Jika berita ini sampai terdengar ke telinga masyarakat maka kalian juga harus siap melepas seragam itu untuk selama-lamanya" tuturnya penuh penekanan.
***
Markus tiba di sebuah tempat yang tidak pernah ia injaki seumur hidupnya, tempat yang masih asri namun juga tidak terlalu kuno dan kampungan.
Dibilang desa bukan tapi dibilang kota juga bukan, lebih tepatnya desa yang sebentar lagi akan berubah menjadi kota.
Usai Markus diturunkan di sebuah taman dekat danau, Markus harus berjalan kaki mencari tempat untuknya mengisi perut dan beristirahat, tetapi sepanjang Markus melangkah ia belum melihat bangunan seperti hotel maupun apartemen.
"Ck, tempat apa sebenarnya ini? Aku merasa seperti baru saja dibuang ke tempat asing" decak Markus berdengus.
Ditengah-tengah perjalanan Markus melihat ada pangkas rambut sederhana yang baru saja dibuka, seketika ia teringat akan ucapan pria yang membawanya kabur tadi malam, dimana Markus harus merubah penampilannya agar tidak dikenali oleh orang-orang, bisa saja wajahnya kini masuk berita di TV.
"Sepertinya aku harus mencukur rambut dan jenggot yang sudah memenuhi hampir setengah wajahku. Tapi bagaimana kalau pemilik salon itu mengenal ku?" Gumamnya ragu.
Tetapi apa salahnya untuk mencoba, Markus bisa beralasan kalau ada seseorang yang menyadari siapa dirinya. Kebetulan juga rambutnya tidak terurus selama ada di penjara.
Pria yang mempunyai tinggi 185 cm itu pun berjalan menuju pangkas rambut yang nampak masih sepi, Markus mengedarkan pandangan melihat tempat potong rambut yang menurutnya sangat ketinggalan jaman.
"Permisi..." Seru Markus.
"Ya? Mau potong rambut, pak?" Tanya barber itu melihat seorang pria brewok memasuki pangkas rambutnya.
"A-apa aku bisa cukur rambut disini?" Tanya Markus sedikit gugup.
"Tentu, silahkan duduk dulu" mempersilahkan Markus untuk duduk di atas kursi.
Tukang cukur itu pun bersiap setelah mengepel lantai toko.
"Mau gaya rambut seperti apa?" Tanyanya.
Markus berpikir sejenak, ia melihat model-model yang terpampang di atas tembok, tidak ada yang bagus menurutnya, Markus dibuat pusing hanya karena memilih satu model saja.
"Yang biasa saja, sekalian aku mau mencukur kumis dan jenggot juga" putus Markus sangking bingungnya.
"Baiklah, tolong duduk dengan tegak"
Sang ahli cukur pun mulai mengambil sisir beserta gunting, dia merombak rambut pelanggannya dengan penuh semangat, tidak ada yang boleh terlewat untuk memuaskan selera konsumen.
Tak lupa rambut brewok Markus pun dicukur habis tak tersisa, barber yang melihat wajah baru pelanggannya agak dibuat kaget melihat ketampanan pria ini, tadinya ia pikir Markus merupakan lelaki tua berusia 40 an.
"Apa begini cukup?" Tanya sang barber.
Markus memutar wajahnya ke segala sisi, ia cukup puas dengan hasil cukurnya, meski agak terlalu pendek sedikit.
"Ya, ini bagus"
"Berapa harganya?" Lanjut Markus hendak membayar.
"Hanya 50 ribu"
Markus lantas mengambil sesuatu dari dalam map miliknya, kemudian menyodorkan kartu debit kepada pria di depannya.
"Bisa bayar menggunakan kartu, kan? Aku tidak punya uang cash"
"Maaf, pak. Tapi disini tidak ada alat untuk bayar melalui transaksi debit"
Markus menghela nafas saat mendapatkan kendala seperti ini, padahal hanya senilai 50 ribu.
"Dimana aku bisa menarik uang, aku tidak tahu daerah sini" Markus bertanya.
"Sekitar 500 meter dari sini ada bank terdekat, tapi mungkin akan sangat capek kalau dengan jalan kaki. Anda bisa menunggu angkutan umum jika mau"
"Tidak perlu, aku jalan saja. Aku akan kembali lagi kesini"
"Maaf pak, sebenarnya ada berasal dari mana? Apa anda perantau?" Serunya penasaran ketika melihat seorang Markus.
Markus agak was-was mendengar pertanyaan itu, meski ia yakin orang ini tidak mengetahui siapa dirinya.
"Emm... I-iya. Aku.... Aku seorang perantau yang sedang mencari pekerjaan disini" jawab Markus berdusta.
"Ahh begitu rupanya! Ya sudah, tidak apa-apa. Anda tidak perlu bayar" Jawaban Markus membuatnya langsung percaya, ditambah map yang dipegang Markus membuat pria itu benar-benar terlihat seperti sedang melamar pekerjaan.
Pernyataan barber tersebut membuat Markus melongo, kenapa tiba-tiba jadi berubah begini padahal ia tidak minta gratisan.
"Kenapa? Aku punya uang, hanya saja belum aku ambil dari ATM" ungkap Markus.
"Pakai saja uang itu untuk beli makanan anda, anggap saja ini hadiah dari saya untuk anda. Semoga anda bisa secepatnya mendapatkan pekerjaan"
"Tapi... Kau sudah bekerja untukku"
"Tidak masalah, anda bisa meneruskan tujuan anda tanpa perlu kembali kesini. Saya ucapkan selamat datang dan selamat berjuang" ucapnya memberi sedikit dukungan.
Entahlah, kata-kata barusan membuat Markus sedikit bersalah karena telah berdusta akan tujuan sebenarnya.
Tapi kalau ia memaksa Markus khawatir akan dicurigai, alhasil ia pun menerima bantuan tersebut.
"Baiklah kalau kau tidak keberatan, terimakasih"
Markus pun menyimpan kartunya ke dalam map seperti sebelumnya.
"Sekalian aku mau bertanya, apa kau tau dimana aku bisa menemukan tempat tinggal? Karena sedari tadi aku tidak melihat hotel ataupun yang sejenisnya"
"Anda tidak akan menemukannya disini, jika anda mau anda bisa mencari-cari sebuah kosan. Namun saya kurang tau dimana saja lokasinya"
Markus mengangguk, ia pun berterima kasih kembali dan pamit untuk pergi. Kini tujuannya untuk mencari tempat tinggal sebelum fajar tenggelam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Eka elisa
moga sukses ya mrkus bawahn mu dpt buktiin lok kmu gk brslh..
2024-05-13
2
moominRJ
Lanjutttt mam😍😍
2024-05-13
1
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Markus akan menemukan rumah vaness
2024-05-13
2