BAB 19 (Revisi)

Dengan bibir sedikit terbuka Yara menatap sang suami, ia belum mengerti apa maksud Aksa mengatakan itu. 

“Merusak? Maksud, Kakak apa?” Tanya Yara untuk lebih memastikan. Ia melihat seluruh kamar yang berantakan akibat ulah kapas yang berasal dari kasur yang Yara bongkar. 

“Bukan service ranjang seperti ini yang aku maksud, hemm.. Astaga..” Aksa terlihat bingung mau mengatakan apa. Menurutnya cara berpikir Yara sungguh tidak terduga. Mengapa sama seperti Danu? Itulah batinnya. 

“Aku cari di mbah yang serba tahu loh, Kak. Katanya seperti ini service kasur, aku memahami nya dengan baik tadi. Setelah aku paham, aku memulai aksi.” Yara mencoba menjelaskan agar Aksa mengerti apa yang telah dia korbankan untuk ini semua. 

“Memahami dengan baik?”

“Iya! Aku bahkan..” Yara menceritakan semua tentang apa yang telah ia lakukan kepada kasur tidak bersalah itu. Kepala Aksa semakin sakit mendengar nya, sudah pasti yang ada di benaknya sekarang adalah cara Yara dengan brutalnya mencabik cabik kasur. 

“Kau cocok menjadi anak beruang,” Kata Aksa asal, bukannya marah atau apa. Yara malah menjawab, “Kakak bapaknya!”

“Yara, sekarang berdiri di ujung sana. Tatap tembok itu, ingat apa kesalahan mu!” Perintah Aksa dengan tangan menunjukkan kearah ujung sebelah pintu. 

“Loh..”

“Loh, loh.. Nggak ada loh-loh, sekarang!” Lebih tegas Aksa memerintah sehingga Yara tidak berani berkata-kata lagi. Dengan langkah gontai ia menuju ujung ruangan, berdiri menatap tembok dengan bibir yang cemberut. 

Aksa langsung memanggil para pelayan untuk membereskan semua ulah Yara. Sudah pasti Yara tetap pada posisinya, dan selama itu Aksa hanya menggelengkan kepala terkadang menghela napas panjang kala mengingat ulah sang istri. 

“Lain kali kalau kau melakukan hal ini lagi, maka kau yang akan aku cabik cabik!” Aksa mengancam, Yara mengangguk pasrah saja. 

Seluruh kamar sudah bersih, tapi karena keadaan sudah malam. Maka tidak bisa memesan tempat tidur yang baru, terpaksa malam ini Aksa dan Yara tidur di matras yang ada. Itu lebih baik bagi Aksa, dari pada harus tidur dengan keadaan kamar seperti tadi. 

Aksa meletakkan bantal dan guling diatas matras, ia berbaring dengan perasaan yang sangat lega. Memejamkan mata untuk berusaha tertidur, ia ingin beristirahat. 

“Kak, sampai kapan aku harus berdiri menatap tembok begini?” Tanya Yara dengan suara melemah, membuat Aksa langsung membuka mata sempurna. 

Sudah pasti Aksa langsung terduduk, ia menatap Yara yang menatapnya dengan sangat lugu. Merasa bersalah sudah pasti, itu terlihat sekali diwajah cantik Yara. 

“Sudah tahu apa kesalahan mu?” Tanya Aksa dengan tangan melipat didada dalam posisi duduk. 

“Sudah, bukan seperti tadi service ranjang yang Kakak maksud.” Jawab Yara cepat, itu benar adanya. Yara mengirim pesan kepada Lovie tadi, tentang service ranjang yang dimaksud Aksa. Ternyata memberi kehormatan dan melayani sang suami, Yara merasa bodoh sekali. 

“Kak, aku benar-benar tidak tahu. Bahasa mu terlalu berat untuk aku pahami, jadi_”

“Kau saja yang bodoh!” Sela Aksa dengan nada kesal, bagaimana tidak? Bahasa dalam bicaranya dikatain oleh anak kecil seperti Yara. 

Yara hanya diam dengan menunduk, tangannya meremas ujung piyama tidur. Sebenarnya hati Aksa terusik melihat Yara yang sangat menyedihkan itu. Sebenarnya Aksa juga tidak terlalu menyalahkan Yara, ia juga salah dalam hal ini. 

Tangan Aksa menepuk sebelah nya, dan itu membuat Yara langsung menatap kearah nya. 

“Banyak nyamuk, Kak?” Tanya Yara dengan ekspresi yang sangat sangat menyebalkan bagi Aksa. 

“Kau kemarilah, tidur!”

Yara langsung berlari begitu saja, ia berbaring disamping Aksa. Bahkan menghela napas lega dan tersenyum senang, karna Aksa sudah mengampuni segala kesalahannya. 

Tidak ada yang bicara diantara mereka, Yara hanya diam menatap langit langit kamar. Mungkin terlalu lelah beberapa jam menghadapi hukuman ala Aksa itu. Sementara Aksa, pria itu malah berbaring dengan membelakangi Yara. 

Yara mengira jika Aksa sudah tertidur, pelan-pelan ia berbaring kearah Aksa. Ia dapat melihat tubuh jangkung Aksa yang membelakangi nya. 

“Beruang ini memiliki tubuh yang bagus, tidak seperti teman-teman sekelasku.” Ucap Yara, perlahan ia menyentuh punggung Aksa. 

Sudah pasti sang empu terkejut, bahkan Aksa yang sudah setengah tertidur tadi langsung membuka mata sempurna. Ia hanya diam ingin melihat apa yang akan dilakukan Yara. Tapi hanya sebentar saja tangan Yara mengelus punggung belakang nya. 

Aksa juga merasakan tidak ada suara kehidupan lagi, ia langsung berbalik arah kearah Yara. Dan.. Tatapan mata mereka saling bertemu. Mata Yara yang bulat dengan kilauan seperti itu membuat pandangan Aksa langsung terkunci. 

Tidak menutupi Fakta, Aksa mengakui jika Yara memang cantik. Hidung mancung serta bibir mungil dan pipi yang tirus benar-benar perpaduan yang indah diwajah Yara. Aksa terus menatap wajah Yara terus menerus, tidak bosan sedikitpun. 

Tapi, tiba-tiba saja Aksa teringat dengan Hera. Ia langsung beralih terlentang, ntah kenapa yang ada sekarang hanya rasa sakit. Aksa menghela napas panjang, ia menjadi penasaran apa yang dilakukan wanita itu sekarang. 

“Kak..” Yara memanggil Aksa, ia ingin bercerita kepada sang suami. Tapi, Aksa tidak menyahut sama sekali. Malah memejamkan mata untuk tertidur, Yara dapat merasakan jika Aksa lah yang tidak mau bicara kepadanya. 

“Padahal aku ingin bercerita dengannya, agar lebih mengenal Aksa dengan baik.” Gumam Yara didalam hati. 

Yara sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk sang suami. Soal memasak ia sedikit tahu, karna Hanum sering menyuruhnya untuk memasak jika Hera menginginkan sesuatu. Yara memasak oseng daging dan sayur yang menyertainya. 

Sepanjang masak tentu saja pala pelayan ingin membantu nya. Tapi, Yara menolak semua bantuan itu. Ia ingin mengerjai semua apa yang ingin suami nya makan. Sebenarnya Aksa tidak mengatakan apa yang dia inginkan kepada Yara. 

Yara mendengar tadi malam, Aksa me request oseng daging serta sayur pakcoy kepada Pak Gus. Sebagai seorang istri yang bertanggungjawab, ia ingin menyiapkan makanan itu untuk sang suami. 

Kala masakan nya sudah tersaji di meja makan, Yara melihat Aksa yang melewati dirinya begitu saja. Pria itu mengambil gelas, menuangkan air putih. Lalu minum tepat dihadapan Yara yang terpesona dengan ketampanan sang suami pagi ini. 

Aksa tidak terlalu memerhatikan apa yang dilakukan Yara, kala air itu sudah kandas Aksa menatap kearah makanan yang tersaji di meja. Perutnya menjadi sangat lapar, ia langsung mengambil piring. 

Yara berdiri saja disamping Aksa, ia menunggu kata-kata Aksa untuk mengajaknya sarapan bersama. Tapi, lama menunggu dalam posisi berdiri.. Yara tak kunjung mendapatkan tawaran itu. 

Bahkan sampai Aksa selesai makan tak ada juga tawaran seperti itu. Yara heran melihat Aksa yang kini sudah berlalu pergi menuju halaman samping tanpa merespon apapun tentang posisi nya. 

“Apa dia tidak melihat ku?”

“Hei, apa Kakak tidak merasakan kehidupan orang lain disamping Kakak tadi?”

“Kakak, manusia kan?”

Yara bertanya dengan sedikit berteriak, tapi Aksa malah terus berjalan tidak menghiraukan dirinya sama sekali. 

Terpopuler

Comments

Delvyana Mirza

Delvyana Mirza

Eh pintar juga tu mengucapkan kata2 manis Aksa,wah ni gimana jadi nya mau marah2 lagi pa gimana ni,

2024-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!