Bab 1 | Jakarta Hari Ini

Pagi tiba di sebuah Apartemen milik Vera. Ia yang baru saja terbangun dari tidurnya yang cukup melelahkan. Bahkan hari ini merasa tidurnya kurang cukup hingga terasa sakit pada bagian kepalanya.

"Duh, perih sekali mata ku ini!" Ucapnya masih tergeletak di atas ranjang miliknya sambil meremas sedikit kepalanya.

Tidurnya hanya terhitung beberapa jam saja setelah ia pulang dari kantornya pukul Tiga pagi dan tiba di Apartemennya sekitar pukul Lima pagi. Lalu, terbangun pukul Tujuh pagi.

"Min ..." teriaknya dengan kuat. Namun, tak ada jawabnya hingga teriakannya berulang kali.

"Tarmin ...." teriak kembali.

"Iya , cantik ku, jelita ku, putri ku dan ....mmmm, apalagi ya?" Jawab Tarmin dengan gaya bencongnya yang khas.

Tarmin atau disapa Min, ia adalah seorang lelaki lemah gemulai seperti wanita dan ia bekerja sebagai Asisten rumah tangga dan hampir semua pekerjaannya ia kerjakan di Apartemen Vera. Bahkan Tarmin sendiri sudah dianggap seperti saudaranya oleh Vera karena kesetiannya serta gaya yang khas bencong membuat Vera terhibur.

"Ahh ..., kau ini lama sekali, Min!" ujar Vera sambil membangunkan tubuhnya dan lekas pindah di kursi yang bersebelahan dengan ranjangnya.

"Maaf cantik ku, aku sibuk masak di dapur!" ujarnya

"Memang masak apa kau ini?"

"Sandwich ..."

"Ahh ..., kau ini! Masak sandwich saja sampai selama itu" ujar Vera dengan keluhannya.

"Hehehe ..." sambung Tarmin dengan gaya melenggak-lenggok sambil memegang spatula kayu.

Lalu, Vera sedikit cerita atas keluhannya pada bagian kepala dan leher yang terasa sakit. Biasanya ia selalu meminta dipijit oleh Tarmin karena pijitannya bisa membuatnya lebih baik.

Tarmin mengiyakannya dan lekas memijit pada bagian kepala dan lehernya. Vera pun terasa nyaman dan merasa lebih baik atas pijitannya Tarmin.

"Memang cantik ku pulang sampai sepagi itu habis dari mana saja?" Tanya Tarmin dengan rasa ingin tahunya. "Biasalah sibuk kerjaannya" sambung Vera.

Saat tengah asik memijit, Vera pun mencium bau gosong menyengat dari arah dapur. Rasa curiganya mulai timbul karena ulahnya Tarmin yang meninggalkan masakan tanpa mematikan kompor.

"Kau tak mencium bau gosong Min?" Ucap Vera dengan santai.

"Masya Allah ...., aku lupa lagi masak sandwich!" Kata Tarmin lalu ia berlari ke arah dapur untuk memastikan sumber bau gosong.

"Tuh kan gosong ..., sebel banget deh aku!" Teriak Tarmin dengan wajah merengek kesal. Vera pun mendengar teriaknya di dapur dengan sedikit tawa dan ejekannya.

"Min ..., Tarmin, ada-ada saja tingkah mu pagi ini!" ejeknya menertawai Tarmin.

Sandwich itu pun di bawanya kehadapan Vera untuk dimakan meski dalam keadaan gosong. Namun, Vera menolaknya bahkan ia menyuruh paksa Tarmin untuk menghabiskannya.

Mau tak mau, Tarmin pun menghabiskan sandwich yang tampak gosong sekali dan rasanya terasa pahit di lidah Tarmin sampai ia meludahkannya kembali di atas piring. Kejadian itu pun di tertawakan kembali oleh Vera sambil menggelengkan kepalanya.

"Dasar kau ini mau saja memakannya, buang sana ke tempat sampah!" Ucap Vera. "Ya lah ..." sambung dengan lesu Tarmin.

Sepagi ini di Apartemen Vera sudah di ramai kan oleh tingkahnya Tarmin yang lemah gemulai bagai wanita serta sandwich yang gagal ia masak. Vera pun sedikit terhibur dan rasa sakit di kepalanya mulai berkurang akibat tingkah laku Tarmin.

"Sebaiknya buat kan aku kopi panas, Min!" Pinta Vera dengan membakar sebatang rokok Mild.

Tarmin mengiyakannya untuk membuatkan secangkir kopi panas dan tambahan menu berupa sepotong roti tawar berikut selai keju kesukaan Vera.

Tak lama Tarmin pun selesai membuatnya dan lekas membawa secangkir kopi dan roti selai keju ke hadapan Vera dan meletakkan di atas meja tepat disampingnya.

Vera langsung meminum sedikit demi sedikit kopi panas itu di tambah sobekan roti tawar yang hendak di masukan ke mulutnya sambil menyelipkan di jari tengahnya dengan sebatang rokok yang menyala.

"Simpan dulu rokok mu di asbak, Cantik ku ...!" Ungkap Tarmin sibuk memperhatikannya. Namun, Vera hanya mengangkatkan sebelah alis kanan menandakan tak terlalu menanggapinya.

"Ya Sudahlah ...!" Ucap Tarmin kembali bekerja di dapur yang masih berantakan oleh sepotong roti yang tergeletak sisa dari yang ia buatkan untuk Vera.

Di sela-sela meminum kopi panas dan sudah menghabiskan sepotong rotinya. Vera melihat awan yang begitu cerah di balik gorden yang sudah terbuka sebagian. Ia pun menghampirinya sambil menghisap sebatang rokok. Lalu, menyenderkan tubuhnya di dinding jendela dengan membuka gorden sedikit demi sedikit

Tatapannya mulai kosong ke arah awan yang begitu cerah dan sedikit kusam di wajah yang belum sempat mencucinya sejak dari bangun tidurnya.

"Ssstt ...pus!" suara hisap rokok di bibirnya dan membuang asap rokok dengan begitu terasa nikmat.

Vera seorang perokok biasa bukan perokok aktif selayaknya Pria. Ia merokok apabila isi kepalanya terasa berat dan penuh. Entah apapun itu isi kepalanya sampai membuatnya harus merilekskan nya dengan ditemani beberapa batang rokok serta meminum secangkir kopi atau minuman kaleng dingin.

Baginya terasa lebih baik dengan melakukannya. Karena saat ini, belum ada yang mampu menemani masa-masa jenuhnya. Sungguh malangnya nasib seorang CEO yang kaya raya yang memiliki cinta bertepuk sebelah tangan.

Tatapan yang kosong itu fokus pada awan cerah berwarna putih pekat yang tengah asik bercanda gurau dengan beberapa ekor burung yang berterbangan.

Sisi lain, Tarmin usai merapihkan dapur dan menuju kamar Vera hendak merapihkan tempat tidurnya yang masih berantakan. Namun, ia berhenti seketika sibuk melihat Vera yang penuh tatapan kosong.

"Apa sebenarnya isi kepala mu Ver ...? Aku perhatikan, hampir setiap hari kau seperti ini, bahkan tatapan kosong mu itu membuat segalanya berantakan!" Kata Tarmin dalam hatinya yang turut sedih.

Yang Tarmin ketahui soal sebagian isi kepalanya yang terasa berat hanya soal Perasaannya terhadap Ajie. Namun, ia merasa bosan dengan ceritanya. Lantaran, hanya akan membuatnya semakin terpuruk.

"Masih dengan Ajie dalam pikiran mu, Cantik?" Tanya nya sembari merapihkan kasur milik Vera.

Vera hanya menengok setengah bagian kepalanya sambil membuang asap rokok dengan perlahan. Seolah bosan mengatakan, "Ya ".

"Sudahlah, sebaiknya soal Ajie tak usah kau pikirkan lagi! Masih banyak kok laki-laki yang lebih baik darinya". Ujar Tarmin.

"Kamu tau apa, Min soal Ajie?"

"Hhmm ..., Aku khawatir dengan keadaan mu yang terus-menerus seperti ini! Tak baik loh ..."

"Ya aku tahu ..! Tapi, tak semudah itu untuk memadamkan perasaan ku terhadapnya." Jelas Vera dan kembali duduk di kursinya sambil mematikan rokok di asbak.

"Hhmm ..." gumam Tarmin dan duduk disebelahnya yang usai merapihkan kasur. Lalu, ia berusaha menghiburnya dengan wajah gemulainya yang khas sedikit menggoyangkan kepalanya dengan irama yang di buat oleh suara bibirnya.

Kebiasaan Tarmin selalu membuat Vera merasa terhibur meski hanya beberapa saat saja. Tapi, setidak nya itu lebih baik dan mampu mengobati hati nya yang merindukan Ajie.

Episodes
1 Episode #1
2 Episode #2
3 Episode #3
4 Episode #4
5 Episode #5
6 Episode #6
7 Episode #7
8 Episode #8
9 Episode #9
10 Episode #10
11 Sinopsis
12 Bab 1 | Jakarta Tahun Pertama
13 Bab 1 | Jakarta Hari Ini
14 Bab 1 | Jakarta At Lee
15 Bab 1 | Aneh Tapi Nyata
16 Bab 1 | Nayla
17 Bab 1 | Dua Sahabat
18 Bab 1 | Bartender
19 Bab 1 | Brush Ceplok In De Hoy
20 Bab 1 | Suasana Hati
21 Bab 1 | Cerita Tarmin
22 Bab 1 | Mimpi Hampir Nyata
23 Bab 1 | Depresi
24 Bab 1| Hutan Belantara
25 Bab 1 | Tidak terlacak
26 Bab 1 | Rumah di tengah Hutan part 1
27 Bab 1 | Rumah di tengah Hutan part 2
28 Bab 1 | Di balik Jendela kaca part 1
29 Bab 1 | Di balik Jendela kaca part 2
30 Bab 1 | Nama kamu siapa?
31 Bab 1 | Ujung Gerbang
32 Bab 1 | Interogasi
33 Bab 1 | Bersua
34 Bab 1 | Bar Poke part 1
35 Bab 1 | Bar Poke part 2
36 Bab 1 | Bar Poke part 3
37 Bab 1 | Bisnis Lee
38 Bab 1 | Kediaman Nayla
39 Bab 1 | Kecintaan Version Sniper
40 Bab 1 | Sniper Ajie
41 Bab 2 | Marina Beach
42 Bab 2 | Cheers and Brush ceplok in de hoy
43 Bab 2 | Lee dan Vera
44 Bab 2 | Bintang Rooftop part 1
45 Bab 2 | Bintang Rooftop part 2
46 Bab 2 | Naskah cerita dari sisa Rooftop
47 Bab 2 | Breaking news
48 Bab 2 | Gelas Pecah
49 Bab 2 | Mandat CEO
50 Bab 2 | Benar adanya
51 Bab 3 | Lorong Panjang
52 Bab 3 | Phobia
53 Bab 3 | Ritme Jantung
54 Bab 3 | Tak ada judul
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Episode #1
2
Episode #2
3
Episode #3
4
Episode #4
5
Episode #5
6
Episode #6
7
Episode #7
8
Episode #8
9
Episode #9
10
Episode #10
11
Sinopsis
12
Bab 1 | Jakarta Tahun Pertama
13
Bab 1 | Jakarta Hari Ini
14
Bab 1 | Jakarta At Lee
15
Bab 1 | Aneh Tapi Nyata
16
Bab 1 | Nayla
17
Bab 1 | Dua Sahabat
18
Bab 1 | Bartender
19
Bab 1 | Brush Ceplok In De Hoy
20
Bab 1 | Suasana Hati
21
Bab 1 | Cerita Tarmin
22
Bab 1 | Mimpi Hampir Nyata
23
Bab 1 | Depresi
24
Bab 1| Hutan Belantara
25
Bab 1 | Tidak terlacak
26
Bab 1 | Rumah di tengah Hutan part 1
27
Bab 1 | Rumah di tengah Hutan part 2
28
Bab 1 | Di balik Jendela kaca part 1
29
Bab 1 | Di balik Jendela kaca part 2
30
Bab 1 | Nama kamu siapa?
31
Bab 1 | Ujung Gerbang
32
Bab 1 | Interogasi
33
Bab 1 | Bersua
34
Bab 1 | Bar Poke part 1
35
Bab 1 | Bar Poke part 2
36
Bab 1 | Bar Poke part 3
37
Bab 1 | Bisnis Lee
38
Bab 1 | Kediaman Nayla
39
Bab 1 | Kecintaan Version Sniper
40
Bab 1 | Sniper Ajie
41
Bab 2 | Marina Beach
42
Bab 2 | Cheers and Brush ceplok in de hoy
43
Bab 2 | Lee dan Vera
44
Bab 2 | Bintang Rooftop part 1
45
Bab 2 | Bintang Rooftop part 2
46
Bab 2 | Naskah cerita dari sisa Rooftop
47
Bab 2 | Breaking news
48
Bab 2 | Gelas Pecah
49
Bab 2 | Mandat CEO
50
Bab 2 | Benar adanya
51
Bab 3 | Lorong Panjang
52
Bab 3 | Phobia
53
Bab 3 | Ritme Jantung
54
Bab 3 | Tak ada judul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!