Vera teringat dengan Tarmin, bahwa ia telah meninggalkannya di supermarket. Ia lekas terburu-buru menuju supermarket untuk menemui Tarmin.
"Min ..." Teriak Vera saat tiba di supermarket.
Tarmin yang mendengar teriakan Vera pun tak menjawabnya selain dengan menampakkan wajah ketusnya karena terlalu lama menunggu di supermarket.
Vera terus berteriak sambil mencari ke tiap barisan rak makanan. Dan akhirnya menemukan Tarmin tengah duduk bersandar di Troli. Dengan kedua tangan yang bertumpuk di pinggangnya, Vera menghampirinya perlahan agar tak membuat suasana hati Tarmin mejadi-jadi karena lama menunggunya.
"Min ..." Tegur manja Vera seraya memasang wajah polos seolah gadis baru menginjak masa remaja.
Sayangnya Tarmin tak terperangkap dengan caranya, ia malah membuang mukanya ke hadapan Rak yang terisi makanan.
"Hhmm ...," desah Vera memikirkan sesuatu agar Tarmin tak marah.
Di balik gaharnya perilaku seorang CEO Perusahaan Pertambangan Emas. Ia juga memiliki perilaku kekanak-kanakan saat berada dalam situasi yang kurang baik karena kesalahannya. Namun, tak hanya itu. Terkadang ia sesekali manja dengan orang-orang disekitarnya sampai membuat orang yang berada didekatnya gagal paham.
"Min ..., maaf ya Min" ujar Vera meminta maaf.
Tarmin mulai menoleh meski dalam keadaan kesal. Ia lakukan seperti itu ke arahnya karena kata maaf dari Bos cantiknya terdengar dengan jelas. Tatapan Tarmin penuh amarah yang berkeliaran di area wajahnya terlihat jelas dan Vera hanya menundukkan kepalanya tak kuasa membalas tatapan yang ketus milik Tarmin.
Aneh tapi nyata seolah dunia tak mengenal siapa Bos nya dan siapa Asistennya. Karena sikap mereka berdua tak terlihat sama sekali selayaknya itu. Melainkan yang terlihat seperti sahabat dekat yang tak mungkin terpisahkan oleh apapun.
"Iya Lah ..." Ketus Tarmin.
"Hehe ...," sambung Vera dan meraih tangannya untuk segera ke kasir membayar semua barang belanjaannya. Usai sudah barang belanjaannya di bayar dengan kartu kredit milik Vera di kasir. Dan mereka lekas kembali ke Apartemennya.
"Oia, Cantik! Lelaki tadi itu siapa sebenarnya?" Tanya Tarmin di dalam Lift yang hampir tiba menuju Lantai Apartemen Vera.
"Dia itu, Lee ...! Dia sahabat dekat aku sejak kuliah" ujarnya dan menakan tombol open di lift pertanda sudah tiba di lantai Apartemen.
"Oh ..."
Tarmin mencurigai Lee, bahwa ia bukan sekedar sahabat dar Bosnya. Melainkan, ia menyukai Bosnya sejak lama. Karena dari mimik wajahnya saat di peluk terlihat jelas sekali bahwa ia jatuh cinta.
Setiba di Apartemen, Tarmin lekas membenahi semua barang belanjanya yang masih menumpuk di keranjang serta di bantunya oleh Vera. Serentak Tarmin melarangnya karena ini adalah pekerjaannya. Jadi, ia menyuruh Bosnya untuk istirahat.
"Sebaiknya Bos cantik istirahat saja! Kebetulan besok harus ke kantor pagi-pagi kan"
"Tak apa, Min ...! Hari ini aku ingin menghabiskan waktu bersama mu mengurusi kebutuhan kita"
Tarmin pun tak tak berdaya dan tak bisa melarangnya karena keinginan Bos cantik dengan sendirinya.
"Aku turut senang atas sikap Mu yang menganggap aku bukan selayaknya asisten rumah tangga" kata hati Tarmin merasa tersanjung atas perilaku Bosnya yang begitu baik dan murah hati.
Semua barang yang ada di keranjang mulai menyusut dan tersisa beberapa bungkus makanan saja. Vera yang nampak mulai merasa ngantuk meninggalkan Tarmin dan menyerahkan semua pekerjaan Rumah kepada Tarmin seorang diri.
"Brug ..." suara tubuh Vera terjatuh dengan sengaja.
Dengan hitung cepat seolah perhitungan kekalahan seorang petinju yang tergeletak di atas Ring. Ia pun terlelap dengan cepat dan tergeletak tak berdaya tanpa tertutupi selimut tebal.
Hari ini benar-benar melelahkan bagi Vera turut sibuk mengurusi kebutuhan sehari-hari. Tak cukup itu saja, ia yang kurang tidur sejak kemarin malam, pulang larut pagi dan tidur hanya beberapa jam saja. Semakin membuatnya kehilangan sebagian tenaganya.
"Hhmm ..., cepat sekali tidurnya" ucap Tarmin untuk menutup pintu kamarnya.
"Semoga hari-hari nya membaik begitu pula dengan perasaannya semoga terbalas" doa dalam hati Tarmin. Ia peduli sekali terhadap Bosnya, bahkan Tarmin sudah menganggap seperti saudara sedarah.
Harapannya Vera segera menikah karena usianya yang sudah menginjak 27 tahun yang baginya sudah siap lahir dan batin untuk menghadapi pernikahan. Memang usia mudanya ia terbilang sukses akan turunan seorang pengusaha. Tapi, tidak dengan hatinya, waktu demi waktu terus memburuk. Baginya, kemalangan soal Hati Vera sangatlah rentan karena stres dini kerap datang padanya saat menghadapi pekerjannya yang begitu rumit.
"Doa dan harapan terbaik untuk mu, Bos!" Ucap Doa kembali dari Tarmin dengan turut pilu.
Tarmin lekas menutup kamarnya dengan rapat dan ia pun istirahat di kamarnya yang tak jauh dengan ruang tamu.
Saat tengah malam tiba, hujan lebat mulai turun membasahi Apartemen Vera. Tak hanya itu, angin yang berhembus pun mulai meniup kencang ke arah gorden miliknya hingga menari-nari. Dengan setengah sadar terbangun karena merasa kedinginan oleh tiupan angin, ia menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhnya. Dan melanjutkan tidurnya kembali sambil menikmati irama hujan yang terdengar jelas di luar sana.
Dalam tidurnya, tidak ada sedikit pun bunga tidur yang menemani seorang CEO cantik. Entah kenapa Bunga tidur itu tak mau menepi dalam tidurnya. Meski Batinnya sering goyah, namun seolah tak ada hal apapun yang mengharapkannya untuk bahagia, selain hari-harinya bersama Tarmin.
Sering kali, kesehariannya merasa cukup bahagia saat bersama Tarmin. Meski hanya sepotong kebahagian yang amat kecil, baginya sangat lah berarti dan mampu membuatnya tertawa serta mengosongkan sebagian isi kepalanya.
Mungkin Tuhan belum menuliskan takdirnya untuk terlalu cepat merasakan kebahagian yang begitu sempurna. Dan Tuhan saat ini hanya menyempurnakan letak kesabarannya secara tak beraturan.
"Kring ..., kring" telpon berdering milik Vera dari Lee.
"Kemana ya dia?" Ungkap Lee sambil menelponnya kembali. "Apa dia sudah tidur?" Sambung dalam hati Lee.
Berulang kali Lee menelpon, namun tak di angkatnya! Hingga Ia meninggalkan pesan, "Ini nomer ponsel ku, jangan lupa di simpan ya! Good Night ..." Pesan berikut ucapan selamat malam dari Lee.
Lee mengingat masa-masa kuliahnya dulu bersama Vera dengan membuka beberapa Foto didalam Galeri yang tersimpan. Dalam Foto itu tampak sekali keceriaan yang tulus sampai membuatnya tersenyum dengan sendirinya.
Kecantikan Vera yang amat sempurna bagi Lee, mampu membangun perasaan sayang dengan sendirinya. Kepedulian Lee saat masa kuliah sangat luar biasa dan penuh pengorbanan. Namun sayang, Lee ditolaknya dengan mentah-mentah.
"Apa dia masih sendiri ya?"
"Lalu, bagaimana dengan lelaki yang kamu cintai dulu?"
"Apa pernah kalian menjalin hubungan dengannya?"
Batin Lee gelisah penuh tanya dan mulai mengahdirkan rasa cemburu yang melekat.
"Sebaiknya, aku tanya dia nanti" ungkap Lee sambari menaruh ponselnya dan tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments