Bab 1 | Jakarta Tahun Pertama

"Semuanya cepat selesaikan pekerjaan kalian dalam waktu dekat!" Tegas CEO Vera Octavia pemilik tunggal Perusahaan pertambangan Emas.

"Baik Bu ...!" Serentak para karyawan.

Tahun ini Vera mulai disibukkan oleh pekerjaannya yang baru saja ia pimpin dalam Tahun pertama setelah kematian Ayahnya yang terkena serangan Jantung dengan tiba-tiba.

Awalnya ia masih kelimpungan serta ragu akan Perusahaan yang ia kendalikan akan hancur yang ke Dua kalinya. Namun, lambat laun ia mulai pandai mengelola strategi bisnisnya hingga melambung cepat kesuksesan Perusahaan peninggalan Ayah nya itu.

Disela-sela kesibukannya, ia selalu menelpon Ajie untuk menanyakan kabarnya di luar Pulau atau Kota Medan. Banyak yang ia ceritakan mengenai pengalaman pertamanya mengendalikan sebuah Perusahaan yang begitu besar. Hingga harus mengocek keras isi kepalanya dengan strategi yang matang.

Cerita miliknya itu di tanggapi serius oleh Ajie, sampai ia sendiri merasa senang akan kepandaiannya mengendalikan Perusahaan yang begitu besar. Setiap di balik cerita selalu ada perhatian dari Vera untuk Ajie yang bermaksud untuk mengambil simpatinya yang terasa dingin sekali sejak SMA sampai saat ini. Namun, Ajie selalu membuang kata-kata perhatian yang ia lemparkan kepadanya.

"Sebaiknya kamu fokus saja dengan Perusahaan mu" Jelas Ajie memotong setiap perhatian darinya dalam ponsel.

"Hhmm ..., masih saja kau sedingin itu" dalam hati Vera di balik ponselnya.

Vera pun selalu mengakhiri telponnya secara mendadak jika perhatiannya tak di balas dengan baik oleh Ajie. Lalu, melanjutkan pekerjaannya seperti biasa hingga larut malam di dalam ruangannya.

Sebagian karyawan telah pulang dan sebagian karyawan yang masuk shift berikut telah tiba dan mulai bergantian absen finger. Lalu, melanjutkan kerja pada bagian masing-masing seperti biasa.

"Tok ...tok!" ucap office boy mengetuk ruangan CEO untuk menawarkan secangkir kopi panas.

"Ya ..., masuk!" jawabnya

"Ini secangkir kopi panas untuk mu , Bu !"

"Ya ...taruh di meja"

"Baik, Bu" jawab Office boy dan lekas keluar ruangan Dirut dan kembali menawarkan secangkir kopi panas kepada karyawan lain.

"Thanks bos kuh" jawab karyawan yang ditawari secangkir kopi panas oleh Office boy dengan terlihat akrab. Sambung kembali office boy dengan senyuman.

Tengah malam tiba dengan begitu cepat hingga tak terasa oleh Vera yang masih sibuk kerja di balik laptopnya. Ia mulai kelelahan dan mengistirahatkan tubuhnya sejenak di ruangnya sendiri terbaring di sebuah kursi panjang yang empuk sambil menikmati beberapa lagu romantis.

Sebuah lirik lagu yang merayap kedalam hati Vera dan membuatnya sejenak tak bersuara sambil meminum secangkir kopi yang masih hangat.

"Kau hempaskan aku kedalam letaknya hati-

Hingga aku benar-benar jatuh cinta seketika.

Kau letakkan hati ku jauh dalam bayang semu

Mencoba bertahan dalam ruang waktu.

Semua itu membuat ku semakin mencinta

semakin rindu yang tiada ujungnya.

Sejujurnya, aku wanita yang tulus

Rela kau jadikan boneka tidur saja

Sejujurnya, aku menyanjung syair mu

di setiap waktu, disetiap nafas mu"

Begitu romantisnya sebuah lirik lagu tersebut hingga membuat sang Direktur melayang terbawa suasana dan mulai bersedih meneteskan air mata di pipinya.

"Hah ....." helaan nafas yang terasa sesak di dada dan begitu berat untuk menghembuskannya kembali.

Air mata pun terus meneteskan perlahan dan beriringan berjalan di kedua pipinya. Ia berusaha untuk mengelapnya dengan sehelai tisu. Namun, air mata miliknya terus menetes dan akhirnya ia pun membiarkannya.

Vera benar-benar rindu kepadanya. Rindu akan suaranya, rindu akan wajahnya serta rindu akan kecupannya yang dulu, meski terjadi pertikaian dalam kecupan itu. Lantaran, kecupannya bukan semata karena cinta melainkan karena Ajie terbayang wajah Nayla.

Dengan rasa kesal pada dirinya soal kecupan yang pernah terjadi. Ia pun mengingat kembali kecupannya sambil memainkan kedua bibirnya dan perlahan menyentuhnya dengan kedua jari yang amat lembut.

"Lalu, kapan kau akan mengecup ku dengan penuh cinta, Jie ...!" Merintih dalam hatinya yang penuh harapan.

Mulai lah ia menggulirkan ponselnya dengan jempol yang tampak lelah untuk melihat beberapa foto saat bersamanya yang masih duduk di Bangku SMA.

Dengan tersenyum sendiri seperti orang yang tidak waras. Apalagi ia mulai membesarkan wajah Ajie dengan beberapa kali sampai ia tak sadarkan diri untuk mengecup foto Ajie yang ada didalam ponsel.

Terus dan terus ia lakukan tanpa ada rasa malu pada dirinya. Lalu, semua yang ada didalam ruangannya, seperti Buku, Pulpen, Aksesoris yang menghiasai meja dan barang-barang antik lainnya hanya terdiam menatapnya. Mereka ingin sekali mengatakan sesuatu-,

"Memiliki rasa rindu itu menyakitkan!"

Namun, itu mustahil karena mereka bukan lah manusia yang bisa bicara, melainkan hanya beberapa tumpukan barang dan penghias ruangan saja.

"Saat ini aku hanya mampu menatap foto mu dalam Ponsel ku!" kata hatinya yang tersayat kerinduan.

Perasaanya sudah mati bahkan tertutup rapat untuk lelaki lain sejak di bangku SMA. Ia menyiasati perasaannya untuk mencintai lelaki lain namun tak berdaya. Hatinya terus bergulir kepada Ajie. Sejujurnya ia sendiri tak mau berkelanjutan seperti ini. Namun, apa daya soal hati tak bisa di paksa bahkan sifatnya selalu datang dengan tiba-tiba tanpa permisi kepada pemiliknya.

"Aneh tapi nyata". Itulah sifat hati yang tak bisa di elak dengan cara apapun. Meski kecintaannya mencintai wanita lain. Hati miliknya tetap saja mengarah dengan memaksa untuk meraihnya dengan akhir tujuan, "Hanya kau yang ku inginkan".

Luar biasa sampai pemiliknya dibuat tak berdaya meski dibalik kepadatan waktu yang menuntut untuk tetap bekerja. Hati itu tetap bergejolak sampai menggangu pikirannya dan menyingkirkan semua yang ada dalam isi kepalanya.

Selalu terasa sakit tapi tak berdarah, yang ada hanya kesal akan dirinya yang tak mampu menyeimbangi sifat hatinya.

"Tut ...tut ...!" suara ponsel berdering dengan tiba-tiba dan mengganti layar yang tadinya dipenuhi wajah Ajie dengan secara otomatis terganti oleh sebuah nama yang sudah tersimpan dalam ponselnya. Nama itu adalah Pak rohim. Ia seorang supir pribadi Vera dan tujuan menelponnya hanya untuk menanyakan pulang atau tidak? Karena jam sudah menunjukkan pukul Tiga pagi.

"Ya ..., aku siap-siap dulu!" Jawab telpon kepada supirnya dan menutup ponselnya. Lalu, mematikan laptop serta merapihkan berkas yang tergeletak di meja untuk di masukan kedalam tasnya.

Vera pun mulai keluar ruangannya dan mengunci rapat-rapat. Sebagian karyawan yang ada di mejanya masing-masing menyapanya dengan ramah.

"Malam Bu ..." sapa karyawan secara bersamaan.

"Ya , malam juga!" Singkatnya dengan wajah lesu karena kelelahan atas isi kepalanya yang di penuhi oleh Ajie.

"Dari wajah Bu Vera seolah ia sedang banyak pikiran ya!" Bisik perlahan para karyawan yang memperhatikan wajahnya saat keluar ruangan dan berjalan menuju lift.

Episodes
1 Episode #1
2 Episode #2
3 Episode #3
4 Episode #4
5 Episode #5
6 Episode #6
7 Episode #7
8 Episode #8
9 Episode #9
10 Episode #10
11 Sinopsis
12 Bab 1 | Jakarta Tahun Pertama
13 Bab 1 | Jakarta Hari Ini
14 Bab 1 | Jakarta At Lee
15 Bab 1 | Aneh Tapi Nyata
16 Bab 1 | Nayla
17 Bab 1 | Dua Sahabat
18 Bab 1 | Bartender
19 Bab 1 | Brush Ceplok In De Hoy
20 Bab 1 | Suasana Hati
21 Bab 1 | Cerita Tarmin
22 Bab 1 | Mimpi Hampir Nyata
23 Bab 1 | Depresi
24 Bab 1| Hutan Belantara
25 Bab 1 | Tidak terlacak
26 Bab 1 | Rumah di tengah Hutan part 1
27 Bab 1 | Rumah di tengah Hutan part 2
28 Bab 1 | Di balik Jendela kaca part 1
29 Bab 1 | Di balik Jendela kaca part 2
30 Bab 1 | Nama kamu siapa?
31 Bab 1 | Ujung Gerbang
32 Bab 1 | Interogasi
33 Bab 1 | Bersua
34 Bab 1 | Bar Poke part 1
35 Bab 1 | Bar Poke part 2
36 Bab 1 | Bar Poke part 3
37 Bab 1 | Bisnis Lee
38 Bab 1 | Kediaman Nayla
39 Bab 1 | Kecintaan Version Sniper
40 Bab 1 | Sniper Ajie
41 Bab 2 | Marina Beach
42 Bab 2 | Cheers and Brush ceplok in de hoy
43 Bab 2 | Lee dan Vera
44 Bab 2 | Bintang Rooftop part 1
45 Bab 2 | Bintang Rooftop part 2
46 Bab 2 | Naskah cerita dari sisa Rooftop
47 Bab 2 | Breaking news
48 Bab 2 | Gelas Pecah
49 Bab 2 | Mandat CEO
50 Bab 2 | Benar adanya
51 Bab 3 | Lorong Panjang
52 Bab 3 | Phobia
53 Bab 3 | Ritme Jantung
54 Bab 3 | Tak ada judul
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Episode #1
2
Episode #2
3
Episode #3
4
Episode #4
5
Episode #5
6
Episode #6
7
Episode #7
8
Episode #8
9
Episode #9
10
Episode #10
11
Sinopsis
12
Bab 1 | Jakarta Tahun Pertama
13
Bab 1 | Jakarta Hari Ini
14
Bab 1 | Jakarta At Lee
15
Bab 1 | Aneh Tapi Nyata
16
Bab 1 | Nayla
17
Bab 1 | Dua Sahabat
18
Bab 1 | Bartender
19
Bab 1 | Brush Ceplok In De Hoy
20
Bab 1 | Suasana Hati
21
Bab 1 | Cerita Tarmin
22
Bab 1 | Mimpi Hampir Nyata
23
Bab 1 | Depresi
24
Bab 1| Hutan Belantara
25
Bab 1 | Tidak terlacak
26
Bab 1 | Rumah di tengah Hutan part 1
27
Bab 1 | Rumah di tengah Hutan part 2
28
Bab 1 | Di balik Jendela kaca part 1
29
Bab 1 | Di balik Jendela kaca part 2
30
Bab 1 | Nama kamu siapa?
31
Bab 1 | Ujung Gerbang
32
Bab 1 | Interogasi
33
Bab 1 | Bersua
34
Bab 1 | Bar Poke part 1
35
Bab 1 | Bar Poke part 2
36
Bab 1 | Bar Poke part 3
37
Bab 1 | Bisnis Lee
38
Bab 1 | Kediaman Nayla
39
Bab 1 | Kecintaan Version Sniper
40
Bab 1 | Sniper Ajie
41
Bab 2 | Marina Beach
42
Bab 2 | Cheers and Brush ceplok in de hoy
43
Bab 2 | Lee dan Vera
44
Bab 2 | Bintang Rooftop part 1
45
Bab 2 | Bintang Rooftop part 2
46
Bab 2 | Naskah cerita dari sisa Rooftop
47
Bab 2 | Breaking news
48
Bab 2 | Gelas Pecah
49
Bab 2 | Mandat CEO
50
Bab 2 | Benar adanya
51
Bab 3 | Lorong Panjang
52
Bab 3 | Phobia
53
Bab 3 | Ritme Jantung
54
Bab 3 | Tak ada judul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!