Bab 11

“Mau ganti ini, setiap 40 hari sekali harus diganti,” ucap salah seorang anak buah Pak Kades dengan sewot, sembari menunjukkan kalung bawang yang dibawanya, saat Maya membukakan pintu.

“Permisi,” ketusnya kala meninggalkan rumah Maya setelah mengganti kalung bawang di pintu.

Hanya menghela nafas panjang, Maya benar-benar merasa tak nyaman berada di tempat ini. Dari dulu, ia selalu tak suka setiap kali ibunya mengajak pulang kampung. Apalagi saat ini ada aturan aneh yang konyol menurutnya.

“Dasar, jelek! Menyebalkan sekali mukanya, eh sikapnya ding,” ketus Maya sembari menutup pintu.

Hingga saat sore harinya, Dika yang telah sampai rumah, seolah tak sabar untuk membahas masalah ini lagi.

“Sudah lah, Mas. Semalam saja aku harus menginap di rumah Bu Siti karena mereka bahkan menampakkan dirinya. Kalau kita bahas lagi, aku takut nanti malam akan semakin mengerikan," keluh Maya yang sudah mulai lelah dengan keadaan ini.

Terlihat bingung, Dika menanyakan apa maksud istrinya itu.

Maya kemudian menceritakan kejadian mengerikan semalam, termasuk ia yang ditampakkan sosok nenek-nenek di atas lemari.

“Tunggu, bukan kah kalung bawang itu masih menempel di pintu? Kita juga hanya membahas, yang kata orang hanya akan didatangi dalam mimpi, kenapa kamu sampai didatangi makhluk tak kasat mata itu?” tanya Dika aneh.

Mengangkat bahunya, Maya tak tahu apa alasannya. Ia hanya mengatakan apa yang Bu Siti katakan padanya semalam. Bahwa bisa jadi mereka para tak kasat mata itu menyukai janinnya dan mampu menembus kalung bawang.

“Jika pun para arwah korban yang mendatangimu semalam, seharusnya tidak ada nenek-nenek. Bukankah dari yang Bu Siti ceritakan waktu itu, korbannya hanya ada Pak Slamet dan anak istrinya? Tidak ada nenek-nenek,” bantah Dika membuat Maya seketika kebingungan.

Mereka pun saling berpandangan mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Maya lalu menceritakan bahwa tadi pagi ia juga menemukan botol tanah liat di belakang rumah.

“Tapi sudah aku hancurkan,” ujarnya datar.

Tak meresponsnya lagi, Dika berencana ingin menanyakan hal ini pada orang pintar kenalan teman-teman kerjanya.

***

Malam harinya, Dika masih terus memikirkan hal aneh yang terjadi akhir-akhir ini dalam hidupnya.

“Apa yang sebenarnya mereka inginkan? Apa benar pemakamannya tak sempurna? Seharusnya, kalau sudah dikubur dan pelaku ditangkap, mereka tak bergentayangan. Tapi kenapa ada nenek-nenek juga yang mengganggu Maya? Ini aneh sekali,” gumamnya.

Saat sedang merenung, terdengar teriakan Maya yang histeris dari ruang tengah.

“May, ada apa?” tanya Dika yang bergegas menghampirinya.

Menunjuk ke arah lemari, Maya mengaku melihat sosok wanita tua itu lagi. Tapi sosok itu tampak mendekat ke arahnya. Yang membuat ia teriak adalah karena makhluk itu menekan perutnya.

Dika yang merasa kesal, setengah berteriak ia menantang makhluk itu untuk keluar. “Siapa kamu, kenapa ikut campur! Beraninya kamu ganggu kami, hadapi aku!”

Tiba-tiba, lampu dapur menyala dan mati dengan sendirinya, hingga beberapa kali.

Melantunkan doa-doa yang dihafalnya, Dika juga meminta Maya melakukan hal yang sama.

***

Saat keesokan paginya, Dika berniat hanya bekerja sampai sore hari, agar sebelum malam hari ia sudah berada di rumah. Ia tak tega bila meninggalkan istrinya sendirian di rumah, dengan gangguan yang mungkin akan datang lagi. Saat tengah makan siang di pantry hotel, Dika meminta Agung untuk mendatangkan temannya yang merupakan warga asli kota ini, yang pernah Agung ceritakan.

“Aku ingin bertanya padanya. Siapa tahu, dia tahu jawabannya,” pinta Dika.

“Nanti coba aku hubungi dia dulu. Takutnya sedang sibuk,” ujar Agung menyanggupinya.

Setengah memohon, Dika meminta bantuan Agung untuk benar-benar mengusahakan kehadiran temannya. “Ini sudah sangat meresahkan.”

Agung lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi temannya yang Dika maksud dan memintanya menemui mereka.

Hingga panggilan itu tersambung, Agung dan temannya itu tampak mengobrol sebentar.

Setelah panggilan telepon itu berakhir beberapa menit kemudian, Agung mengabarkan pada Dika bahwa temannya akan ke sini sebentar lagi, hanya saat jam makan siang.

“Terima kasih ya, Gung,” ucap Dika sumringah.

15 menit kemudian, Agung menjemput temannya itu di lobi hotel dan membawanya ke kamar, bertemu Dika.

“Sori, aku tinggal ya, karena harus bersihkan kamar tamu yang baru check out,” pamit Agung.

Tak pakai basa-basi, Dika memperkenalkan dirinya pada Fajar, teman Agung, dan mulai menceritakan semuanya. “Apa Mas Fajar tahu tentang kisah ini?”

“Saya pikir kampung di sana sudah adem ayem, Mas. Tahunya kok tetap saja,” jawab Fajar polos, membuat Dika kebingungan.

Dika kembali menanyakan apa yang menyebabkan ia diganggu dan apa sebenarnya yang mereka inginkan.

Mengaku tak tahu mengapa Dika mendapat gangguan itu, Fajar hanya mengutarakan pendapatnya bahwa bisa jadi para arwah ini masih berkeliaran karena ingin balas dendam.

“Balas dendam pada siapa? Bukannya pelakunya sudah ditangkap?” sahut Dika ingin tahu.

“Ya bisa jadi tidak benar-benar ditangkap, saya juga tidak tahu,” jawab Fajar dengan wajah datarnya.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!