Bab 8

Saat sedang bekerja, Agung menegur Dika yang tengah melamun. “Kerja jangan sambil melamun. Nanti berantakan. Mikir apa sih?”

Merasa aman jika bercerita pada temannya itu, Dika menceritakan kejadian mengerikan yang ia alami, termasuk peraturan janggal di kampung ibu mertuanya.

“Ya namanya setiap tempat ‘kan pasti punya aturannya sendiri, Dik. Ikuti saja, siapa tahu memang untuk kebaikan bersama. Lagi pula, memang benar ‘kan kalau malam hari itu rawan terjadi hal-hal yang mengerikan. Ada begal, tukang mabuk, maling, copet, semuanya beroperasi di malam hari,” tutur Agung santai.

“Eh, sebentar,” lanjut Agung.

Tampak mengingat sesuatu, Agung memastikan kampung tempat tinggal Dika dan sang istri saat ini.

Dika mengangguk membenarkannya. “Iya, aku dan istriku tinggal di sana sekarang.”

“Kalau tidak salah, kampung itu dulunya pernah masuk berita televisi dan surat kabar. Aku dapat informasi dari temanku yang asli sini,” ujar Agung membuat Dika begitu antusias mendengarnya.

Dika lalu meminta agar Agung menceritakan kasus apa yang pernah terjadi hingga masuk pemberitaan televisi.

Baru juga Agung akan mulai bercerita, supervisor menegur aksi mereka yang tengah mengobrol saat jam kerja.

***

Mulai hari ini, Dika sudah mendapatkan jatah shift hingga mendapatkan fasilitas kamar untuk menginap.

Di kamar yang ia tempati, terisi 3 karyawan dengan 3 kasur. 2 kasur diantaranya adalah jenis ranjang susun. Dika yang merupakan karyawan baru, terpaksa harus menempati kasur atas.

Ia lalu mencoba tidur, mumpung 2 temannya yang lain belum kembali ke kamar, karena ia akan lebih sulit tidur jika beramai-ramai.

Hingga beberapa menit kemudian, ia merasa ada yang menggoyang-goyangkan kasurnya hingga membuatnya terbangun. “Gempa!”

Saat terbangun, tak ada benda yang bergoyang atau berpindah tempat. Seketika nafasnya terengah-engah. Belum juga stabil, jantungnya kembali dibuat berdegup kencang kala melihat sosok perempuan yang ia lihat di angkot saat itu, tengah berseliweran di luar kaca jendela dekat dengan kasurnya, lalu tersenyum kepadanya.

Tak pikir panjang, ia bergegas turun dan berlari keluar kamar menuju pos satpam.

“Ada apa, Mas?” tanya satpam dengan wajah datarnya.

Hanya menggeleng, Dika duduk di dekat pos satpam sembari mengatur nafasnya.

“Kenapa jadi horor begini hidupku,” kesalnya sembari memandang ke arah satpam yang berdiri di samping kirinya.

“Mas habis lihat Lintang, ya? Mungkin dia sedang meminta pertolongan," ujar satpam yang kemudian ikut duduk di sebelahnya.

Sontak Dika menoleh ke arah satpam dan menanyakan apa maksud ucapan itu, juga menanyakan siapa Lintang yang disebutnya, yang ia kira adalah arwah penunggu hotel.

Dengan wajah datar, satpam tersebut menjelaskan bahwa biasanya jika seseorang diperlihatkan sesuatu yang tak kasat mata, mereka sedang meminta tolong, jadi seharusnya Dika mencoba mencari tahu lebih dalam.

Masih tak paham, Dika mencoba memikirkannya, hingga ingin kembali bertanya pada satpam di sebelahnya itu.

“Mas, sedang apa di sini?” tanya seorang berseragam satpam menghampirinya.

Seketika Dika menoleh ke samping kanan kirinya, tak ada siapa-siapa.

“Bapak dari mana? Bukannya tadi di sini?” tanya Dika yang berdiri karena shock.

“Saya baru dari kitchen, Mas. Ada yang minta tolong tadi,” jawab satpam.

Diliriknya nama yang tertera di seragam satpam di hadapannya itu.

Sugeng.

Merasa berbeda dengan nama yang sempat ia lihat pada seragam satpam sebelumnya, Dika menanyakannya. “Nama Bapak, Pak Sugeng ya? Bukan Slamet?”

Menggelengkan kepalanya seolah heran dengan sikap Dika, satpam tersebut hanya tersenyum kecil dan menebak bahwa Dika adalah karyawan baru, karena semua karyawan hotel telah mengenalnya. “Dari lahir sampai sekarang nama saya tetap Sugeng, Mas. Satpam lain yang biasa jaga shift sama saya juga bukan Slamet namanya. Tapi Edi.”

Kembali lemas, Dika mencoba mengingatnya. Ia tak merasa salah lihat. Meskipun tadi ia begitu ketakutan, tapi nama yang ia baca adalah benar Slamet.

Mereka lalu mengobrol sebentar, saat satpam mulai menanyakan di mana tempat tinggal Dika.

Untuk meredakan kegelisahannya, sembari membunuh waktu malamnya yang tak mungkin ia gunakan untuk tidur lagi di kamar, Dika mencoba mengobrol dengan satpam, dan menceritakan tentang tempat asalnya sebelum ia pindah ke kampung ibu mertuanya.

“Saya pikir sudah tidak ada lagi pendatang yang mau tinggal di sana. Dulu saya ada teman yang tinggal di sana, tapi sudah pindah juga. Takut katanya,” tutur satpam membuat Dika seketika melek.

“Bapak tahu cerita tentang kampung itu?” tanya Dika antusias.

“Sedikit, hanya tahu soal kasus pembu**han satu keluarga 10 tahun lalu, yang sampai sekarang dipercaya menghantui para warga di sana. Makanya, mereka tak pernah keluar masuk desa jika hari sudah malam. Tapi saya tidak percaya, lha wong pelakunya sudah ditangkap, dan mereka sudah dikubur baik-baik kok. Mungkin itu hanya kepercayaan mereka saja, kalau arwahnya gentayangan. Yang buat saya makin tidak percaya adalah jika warga di sana masih membahas hal ini apalagi pada warga pendatang, mereka akan didatangi arwah-arwah itu dalam mimpi, ‘kan lucu hahaha,” jelas satpam tersebut, membuat Dika perlahan mulai paham dengan kisah kampung ibu mertuanya.

Satpam tersebut kemudian melanjutkan bahwa temannya yang telah pindah memang sempat didatangi para arwah ini dalam mimpinya, setelah menceritakan hal ini padanya. Tapi di luar itu, baginya cerita ini sangat aneh dan terkesan dibuat-buat. Apalagi, temannya itu pernah bercerita jika setiap pintu rumah harus selalu digantung kalung bawang yang sudah didoakan oleh orang pintar untuk menangkal arwah-arwah itu.

“Oh jadi itu sebabnya jika kalung bawangnya dilepas dari pintu, ia merasakan gangguan di rumahnya,” gumam Dika lirih.

Saking asyiknya mengobrol ngalor ngidul, tak terasa waktu menunjukkan hampir masuk waktu subuh.

Hingga tiba-tiba, teleponnya berdering.

Maya memanggilnya...

“Mas, kalau sudah subuh cepat pulang ya, aku takut. Dari semalam aku tidak berani keluar kamar.”

Seketika Dika kembali berpikir. “Bukan kah kalung itu masih tergantung di pintu? Kenapa Maya ketakutan?”

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!