...Chapter 17...
Omong-omong melalui lubuk terdalam, keinginan buat menanyakan suatu hal kepadamu membludak setiap arloji jam berdetak. Tidak dapat kuelak proposal kecurigaan diupayakan terlindas setiap saat. Hamba paham, bahkan menginstruksikan komando untuk jangan bertindak di luar prakira. Tetapi kebuyaran tanpa diperkirakan melanda, melemparkan kesadaran dalam ketidaktahuan semu sebelum kejelasan dirangkaikan mengenakan isi kepala.
Apa kau sengaja, berupaya mengetes kecerdasan sedari pengaburan tangkapan? Gak mengapa jikalau mata manusia kesukaran buat menangkap arti, kejelian seorang profesor sendiri rancu, teramat diragukan terus mempunyai akal sehat waktu memerhatikan rupa tidak layang di depan mata. Tak perlu menanyakan alasan deskripsi berkuasa diterjemahkan, toh kecerdasan analisis kehadiran sudah lama berada, sangat nyaman menduduki tingkatan teratas pada ruang lingkup hierarki.
Dasar ketidakbecusan momentum.
“Hmmmmh-“
Diamlah, diri gak bermaksud mengutarakan tipuan. Arahan pusat lagi tuntutan penyelesaian menjelang kata maghrib terngiang, mengulangi tiap rekaan kata-kata di kedalaman otak sebelum terealisasikan ke dalam bentuk agenda.
Kaaa- fuuuh.
Memahami pembisuan bukan sebuah responsif terbaik buat dilemparkan, aktivitas kerongkongan kini kembali diaktifkan, mengutarakan sepenggal kalimat sedari permukaan rahang, merenungkan pemaknaan keseluruhan visualisasi sekalipun ketidakpahaman adalah sebuah tipu daya semata.
Jangan besar-besar, kendali teratas memerintahkanku buat melaksanakan, berupaya menyampaikan keidiotan demi mengait ketertarikan target. Harap merahasiakan pasal nih, ya? Biarkan otak bersinergi, memaksakan kesia-siaan kinerja sejalan hasil tangkapan jepretan oposisi menetap pada posisi tersendiri.
Hauuhhh.
“Lumayan menarik juga. Aku akan memilih kartu n-“
“Letakkan hamba di tanah penuh kesantaian.”
“...?”
Berani banget, sudah merasa jagoan, kah? Mendapati harga diri wanita depan mata tidak ubah binatang ternak dalam kandang? Dasar cabul, usaha pelecahanmu takkan mendapat apa pun selain kesialan nan memberatkan.
Hhhh.
Menilik, memeriksa sampai sejauh mana permainan tipu daya didirikan, pengutaraan persetujuan alhasil tersembul, mencoba menyampaikan kesepahaman selepas satu menitan diisi pandang-memandang, mencoba mengambil barang di bagian kiri sesaat penolakan datang, bergegas menjauh lagi memisahkan jarak antara jemari dan benda bersangkutan seiring penyembulan pengutaraan hadir, melahirkan suatu keinginan tak diduga dalam urutan hierarki klasifikasi.
Owh yah, aku belum menyampaikan urutan sistematika kelas penahanan di sini, ya? Adududuh, maaf kelupaan. Raga gak bermaksud menyesatkan hadirin sekalian menuju dunia kegelapan. Baiklah kucoba bedah, dalam keanggotaan khususnya markas sederhana maupun institusi terbesar di segala sektor memiliki lima tatanan, suatu tingkatan jenjang kelas rantai makanan yang biasa disematkan pada buku pelajaran.
Heeeh? Rantai makanan, loh. Pihak produsen akan dilahap oleh konsumen satu, sementara konsumen satu bakalan dilahap oleh kedudukan tahta seterusnya. Menggarisbawahi keunikan pemborgolan di berbagai sektor, tingkatan peringkat jeruji penahanan sekaligus klasifikasi suatu makhluk antah-berantah dibagi menjadi lima kelompok. Menilik dari bawah menuju puncak ketinggian, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, berbahaya di atas rata-rata merupakan julukan, penyebutan setiap golongan mengenai seberapa besar ancaman keberadaan ketidakjelasan rupa bagi lingkungan sekitar. Enggak perlu ditanyai kembali, bro. Sebagaimana pengartian kamus besar negara tercinta, pembagian per kelompok itu sendiri bertujuan memisahkan, memberikan perbandingan begitu besar antara kehidupan makhluk berstatus membahayakan dengan di bawah standarisasi. Tentu ini sangat penting, harap dicatatkan linear kecerdasan sebab salah langkah dapat membuat raga menjadi santapan terlezat.
O-oke, maaf bilamana berkesan kurang memuaskan. Namun sebisa mungkin pemahaman tersampaikan mengenakan perangkuman catatan. Sekarang balik lagi, jikalau sinergi dalam kepala berjaya memaknai semua penggalan barusan, pelontaran kepemilikan subjek berusaha, mengupayakan kesadaran berada lagi menduduki tempat ternyaman melalui suatu kesepakatan? Apa tadi- kompensasi penyogokan demi hunian rumah, kah? Yah- sedari kedalaman lubuk, diri tiada merasakan keheranan, menyelimuti gumpalan perasaan terkait di bagian hati terkecil. Gak kenapa-kenapa, kok. Impianmu teramat patut buat kuapresiasi. Terlebih kesempurnaan sarana hunian disertai tingkat penjagaan terbilang tidak terlalu tinggi merupakan suatu impian terpendam bagi keabsurdan bentuk makhluk hidup yang disebut sebagai anomali, bukan? Diberi pelayanan- sekaligus pembangunan infrastruktur tercanggih sejauh klasifikasi kelompok dibentuk bukanlah suatu hal bodoh buat dipandang sebagai bahan lelucon.
Dasar serakah, penempatan Anda di rentang kerendahan sudah layak, menggapai banyak sekali prestasi layak tinggal. Namun mengapa- keenganan rasa syukur diungkapkan atas dasar kemauan pribadi? Aneh banget, rasanya pengingkaran hak mengenai kecanggihan hunian tempat berpijak diajukan tepat bagi salah satu kesenioritasan anggota.
Sudahi perbuatan lap-lap manjamu, kawan. Pembalikan gelas sesuai posisi awal menjadi suatu bukti, mengukuhkan kehebatan alasan pengukuhan yang mampu diutarakan tanpa terpikir oleh akal sehat. Lumayan brilian sih walaupun kesia-siaan tersematkan kesekian kali. Percuma bermain lempar batu sembunyi tangan di tempat, untuk apa kebersihan membingkai kehadiran selaku pengokoh esensial kali bilamana sasaran target ditujukan dalam melemahkan mentalitasku semata?
Haha, kesalahan fatal mengajakku berperang rangkaian.
“Huuuh? Maksudmu bagaimana? Tidakkah-“
“Gak-gak, kekeliruan dapat tersematkan pada benak bilamana keceriaan senantiasa meliputi diri di tempat nih.”
“...?”
Etdah, macam tuh, toh. Sedikit mendapatkan apresiasi lebih dalam sejalan ketidakselarasan satu sama lain bersinergi entah sampai kapan.
Haaaah.
Dikarenakan tuntutan pusat terus-menerus melahirkan acuan proposal, suatu pengupayaan kelangsungan rencana alhasil terlaksana, mencoba bergerak atas dasar kodrat naluriah, berupaya keras menunjukkan ketidakpahaman linear sesaat ketersendatan terpaksa dialami diri sebagai dampak samping pelontaran oposisi di depan.
Pertama perlu kalian ketahui bahwa raga gak sepenuhnya membenamkan kebodohan di bawah standarisasi. Kau tahu-? Kendali melingkupi se-antero luas nusantara dibentangkan bukan menjadi sebuah penghalang bagi kesadaran buat mengingkari pekerjaan. Ingat, tanpa mereka nasibmu takkan menjadi begini, membiarkan kewarasan terganggu seiring pelecehan demi pelecehan diurai bilamana pihak sekalian enggan memberikan pertolongan. Aku berhutang budi, senantiasa mengucapkan rasa terima kasih sebesar mungkin sejalan kerjaan berat yang selalu menghantui kedua belah pundakku.
Sudah lantang, membenamkan kesanggupan menggerakkan kuda di permainan catur, toh? Oke-oke, bakal kujawab. Jangan harap detikan arloji berkuasa menyelamatkan Anda pada serangkaian menit ke depan.
Huhu.
“B- bisakah jelaskan kekurangan Kami dalam memberikan pelayanan? Mungkin ada sesuatu-“
“Aku ingin pulang, kawan. Tidakkah kau mau merelakan kepergian suatu keabnormalan untuk lepas, membiarkan subjek berkelana seorang diri kembali?”
Tidak, mau bagaimanapun engkau adalah artefak, suatu peninggalan berharga dengan kriteria rentang lelang berkisar penjualan suatu aset negara. Gak bisa semudah itu, pelepasan anomali untuk balik ke alam semula hanya berjumpa, menemui titik nihil selaku ungkapan dikemukakan. Berbagai alasan serta pertimbangan keselamatan abnormal tentu menjadi acuan, proposal terawal bagi sekian banyak perumusan segala kerumitan.
Hadeh.
Memahami kejanggalan bergejolak, gemilang memperlihatkan sisi enggak biasa sedari narasumber depan mata, prakarsa tanya kemudian rilis, mencoba mengkritisi letak kekurangan yang perlu disampaikan, upaya penyampaian aspirasi Sinta terhadap pimpinan anggota kesekian kali membatu, tanpa kesengajaan membekukan akselerasi pengecap melangsungkan perpindahan seiring jawaban tersembul, mewujudkan penyelaan berwujud kemauan balik kampung bertepatan kesedihan mimik berpadu pengarahan sudut pandang ditujukan tepat ke bawah lantai. Jelas semua hal berkaitan termasuk peletakan kedudukan tengkorak bakalan mengikuti kemauan narasumber itu sendiri.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments