...Chapter 13...
Dikarenakan rasa penghormatan lagi kemauan terpendam untuk melayang di lautan imajinasi, permukaan penyedap terkesan kosong, sama sekali tak berkuasa mewujudkan kehadiran apa pun, meniadakan eksistensi sedari panca indera bertepatan peletakan botol seukuran paruh lengan orang dewasa ke meja.
Hey-hey, jangan berlebihan macam tuh, loh. Tidak dapat kuelak bahwa diri merupakan seorang tersangka, dugaan pelaku atas penegukan melampaui standarisasi. Cuman ingat, ini hanya sekedar hiburan semata. Niatan diri kemari bukan didasarkan rasa bersenang-senang semata.
Tuntutan pusat, perburuan anomali akan segera terlaksana dalam satuan menit ke depan. Beri raga sedikit masa berlebih untuk mengumpulkan rekaan catatan.
Hooooh.
“Hmmmmmh?”
Sudah kuduga, ilmu magismu takkan melahirkan rasa kesan di kedalaman lubuk!
Ahhhh!
Memang dikarenakan ketidakpahaman atau kesengajaan tiada menjumpai kata selaras, bartender di hadapan mata kemudian merenung, membiarkan penonaktifan sebagian besar anggota badan berjalan seiring penyelenggaraan kelahiran nuansa tak mengerti menyerang.
Jujur aku gak menyangka, anomali secerdas Anda tak memahami siapa diri dan untuk siapa pekerjaan ini dilaksanakan. Mungkinkah ini trik pura-pura yang dimaksud atasan? Akan tetapi kecacatan- maaf, maksudku ketidaksempurnaan bersikap berulang kali terhantar, menayangkan tatapan gak biasa teruntuk kesadaran, melangsungkan kegiatan terkait berbarengan pengelapan gelas pelanggan?
Hmmmh, lumayan menarik juga. Kapan-kapan kau harus menjadi bahan, suatu kambing hitam selaku pengetesan sampai sejauh mana kecerdasan menerangi bumi.
Yaaaa!!
Gak usah banyak komen, benda di tangkapan retinamu terkini tidak lain diambil, ditangkap tangan langsung mengenakan kecanggihan lagi keterbaikan teknologi sejauh pembentukan gambar tangkap telepon pintar diresmikan.
Hihi.
Menyadari peluang tersingkap, membukakan kesempatan emas tiada disangka-sangka, suatu gambaran buram tidak lain dihasilkan salah satu juru kamera keanggotaan kemudian datang, mengkristalisasi niatan sebagai alasan utama tindak, sempat hilang akibat peletakan barang di selipan jaket sesaat penampilan tertunjuk.
Baik bartender, kuberikan kisi-kisi padamu mengenai siapa dan apa makna barang di jemari. Ini adalah Trasakta, suatu perkumpulan hewan aneh yang menggabungkan fisiologi rajawali, burung elang dan garuda filosofi menjadi perpaduan nan ambigu. Eits, sekali lagi kuucapkan jangan asal menilai baik-buruk, pemancaran sinar berlebih di kartu menunjukkan kesukaran pencetak untuk memotret. Jadi bukan alasan, suatu keburukan rekaan lukisan dibentuk selaku ketidakbecusan kinerja, toh anomali merupakan sebuah fusionisme sedari hewan-hewan pemangsa atas permukaan.
Humu? Apa gunanya? Di sini kita fokus menceceri, tak ada kesempatan menanyakan bagaimana tampilan visual terkini. Ingat tugas, harap untuk enggak meniadakan keinginan institusi pada situasi rancu kayak begini. Tetapi yah- jaket kecoklatan nan lembut buat dipakai segala kalangan gemilang, berjaya menenggelamkan permukaan terluar bagian tubuh atas. Soal rambut, untuk kali nih diri menginginkan kebebasan. Pelaksanaan penangkapan Crultostamune dua minggu lalu melahirkan kegerahan berlebih teruntuk helaian sepanjang bagian bokong didirikan.
Tenang-tenang, tak perlu mengkristalisasi kepanikan macam tuh. Raga tetap menuruti standar penampilan, kok. Lagian kalem aja, pengunciran kuda mengenakan kepangan turun-temurun tersaji, menempelkan keberadaan sebagaimana kedudukan, melahirkan kesegaran memandang seiring penghempasan membawa helai biru pudar ke sekitar.
Gimana? Lumayan menarik, tidak? Raga sengaja menyembul, menempatkan keberanian mewujudkan visualisasi alami setelah sekian lama kemiliteran pakaian memblokir.
Haaah, pada akhiran kewarasan mampu paham, dapat memaknai pengertian kebebasan di atas pengekangan berantai.
“Huuuh? Haruskah kujilat foto ini sampai berliur?”
Huuuh? Bermaksud nantangin atau bagaimana? Boleh-boleh, kuperkenankan pelaksanaan tindakan sampai pemanjatan timbul, menyembulkan rangkaian-rangkaian selaku sambutan awal kematian, mengucapkan bait demi bait sebagaimana prosesi penjemputan ajal menemui titik klimaks.
Melalui pengutaraan guyonan tidak begitu mengocok namun mengartikan kegandaan makna, ajuan pertanyaan mengenai maksud pengerahan tangkapan gambar kemari lantas hadir, mewujudkan kehadiran sejalan kemauan, merangkaikan kata per kata bersamaan pemfokusan titik pandang ke satu titik.
Adududuh, percuma aja, sobat. Melaksanakan keidiotan supaya kewarasan berkesempatan diombang-ambing hanyalah ilusi, sebuah angan-angan fiktif untuk bisa meniadakan kesehatan berpikir. Bangun kawan, cepat paparkan kepadaku mengenai kejelasan makhluk nih. Ini jauh lebih bermanfaat daripada kebohongan terus-menerus diutarakan.
Hhhh.
“Hehe, silahkan saja, asal penyarangan peluru di kedalaman tengkorak enggan dirasa dalam rentang waktu dekat.”
Berani nyoba? Aku sih gak bakalan melarang, toh peringatan telah dikeluarkan sebagaimana ketentuan.
Fuaaah.
Mendapati kebohongan melanda, mengupayakan keteguhan mental terpental sedari kedudukan awal, pengujian mentalitas dengan segera direspon, meletakkan kedua ujung tumit pada bagian struktural meja, mengukuhkan penjauhan posisi satu sama lain berbarengan fokus ke mata terpaku, memperhatikan bilik mata narasumber seiring pelaksanaan pertemuan kedua belah jemari.
Heeeh, keunikan pribadi. Jujur diri sedikit kagum, mendapati ketidakpercayaan adanya seorang oposisi bertingkah laku begini. Akan tetapi santai dikit, diri gak bermaksud membawakanmu ke neraka, kok. Walau ketidakbiasaan berulang-ulang menyelimuti nuansa cara pandang, pembalikan tekad dimaksudkan hadir, berusaha membalas apa yang tengah disimpulkan bagi kinerja naluriah.
Peneroran, ya? Jangan berlebihan, deh. Diri sekedar menekan, melemparkan kesadaran oposisi menuju ruang tak berpenghuni. Di sinilah raga hidup, menghabiskan hampir sebagian besar rutinitas tanpa kejelasan ingin keluar kapan. Tenang-tenang, gak perlu membenamkan kekhawatiran berlebih kayak begitu. Rileks, keadaran sudah terbiasa, melangsungkan rentetan kegiatan tiada makna di tempat berantah macam nih.
Hauuhhhh.
“Huuuh?”
Kena juga, dibilang untuk selalu mengobservasi, mencatatkan berbagai pengetahuan mengenai identitas oposisi di depan. Kunci kemenangan berdebat adalah menguasai, pihak dengan kriteria mudah dikendalikan hanya dapat menangis, merintikkan air mata untuk kesekian kalinya.
Hoooh!
Mendengarkan ucapan makjleb atas keinisiatifan perpindahan bagi lidah, pengacuhan kemudian terlaksana, menganggap omongan barusan sebagai angin lalu lalang, mendekatkan posisi badan agar sedikit lebih jelas, berkemungkinan mempunyai kesempatan melangsungkan pemeriksaan segala visualisasi.
Hmmmh? Aku tak tahu apakah dia memang serius atau bagaimana, cuman- bilamana kesungguhan bersemayam di kedalaman dada, keterbaikan jepretan alat tercanggih keanggotaan diperkenankan datang, menyematkan izin untuk dipandang lebih dekat.
“Tidak, diri sama sekali tiada menaruh ingatan pernah berjumpa, apalagi mengadakan pesta dengannya.”
Jangan bohong, atasanku memberitahu bahwa engkau dicatatkan pernah berhubungan baik dengannya. Tak perlu pura-pura macam tuh, kawan. Hanya sekedar berkata jujur, kau tidak bakalan mendapati kesusahan melanda di kemudian hari.
Sekalipun otak mengenali, memahami betul makna gambar beserta kerahasiaan identitas penanya depan mata, peresponan seketika tersembul, mengutarakan tak berpengetahuan hinggap mengenai gambaran, merangkaikan kalimat terkait dengan nada mantap, melemparkan barang untuk tergesek kemari tiada niatan berterima kasih ataupun maaf.
Anak kampret, di situasi begini kau masih berkemauan mengecoh kecerdikan salah satu keanggotaan? Gak habis pikir, padahal ini baru aku, seorang gadis remaja yang tak memiliki rentang pendidikan sejauh universitas didirikan. Khatamnya pelajaran di SMA pada akhiran melempar, membawakanku pada serangkaian rutinitas penangkapan bagi para keanggotaan. Member paling muda, loh. Namun jangan ditanyakan perihal seberapa besar nyali yang bisa diteguhkan.
Berkehendak main kucing-kucingan? Tak kedapatan kekeliruan, malah hamba bersyukur kekonyolan tetap hadir, mengukuhkan keberadaan untuk tetap bersemayam sebelum penghantaran jiwa raga korban ke sisi Tuhan kesekian kali dilaksanakan oleh kedua tangan.
Hihihi.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments