...Chapter 4...
Menghiraukan pembesaran, menganggap terpaan angin melebihi standar angin berakselerasi di sekujur badan, perjalanan bersikukuh dilangsungkan, menebalkan tekad selagi kesuraman datang, menyelimuti struktural pada mata, melahirkan evolusi atau biasa dianggap perubahan cepat atas pendasaran kenekatan.
Adududuh, maaf bilamana raga banyak melakukan kekeliruan, namun pengetahuan mesti segera didapat, bergegas diambil sekalipun marabahaya bisa saja menanti di setiap sisi.
Huuuuuh, barusan mata menangkap apaan? Kemerahan menyala nan gesit terlukis cabut, langsung memindahkan kesadaran sewaktu diri tiba, meneruskan perjalanan di lajur tiada kehalusan.
Kampret kau, hutan belantara!!
Bodo amat, lah. Mati tidaknya kewarasan dapat dipastikan selepas perjalanan usai. Singkirkan ketakutan payahmu tuh, diri memiliki suatu tujuan mulia di seberang jalan.
Hohoho.
Melaju, menguatkan cita-cita untuk meluruskan problematika nan besar di kedalaman perspektif, terusan jalan setapak diambil, meneruskan penempuhan tanpa tahu hal asing apa yang menanti di ujung sana. Mungkin suatu perkumpulan grup, atau malah penemuan asing mengenai bekas peninggalan para anomali? Siapapun berhak, diperkenankan mengutarakan pendapat sesuai hak masing-masing.
Oke panca indera, kuserahkan hasil besar terhadap Anda. Segala perjuangan dan juga pemikiran semu dipegang, mengambil kendali sebagai kekuasaan otoriter. Selamat bertugas, buat penalaran berjalan di jalan kebenaran. Sama-sama kita akan mengungkap makna pencahayaan nan perih di antara penghujung pupil.
Fufu.
Bergegas, melangsungkan keberhasilan dalam rangka menembus gelap gulita pedalaman pepohonan nan rimbun, keminiman kepedihan di segala panca indera semakin lama mulai naik, meningkatkan rasio mengancam di atas ratusan persen, merangkai lagi menangkap hiruk-pikuk obrolan sedari balik pencahayaan.
Memang tidak dapat kuelak bilamana kelopak berjalan, masih mengukuhkan kehadiran untuk bekerja menutupi organ penglihat. Namun serius, ketidaksangkaan mampu terajut, mengkristalisasi keberadaan atas pemandangan di depan.
Orang wara-wiri, melengkapi kulit telanjang mengenakan rompi, membalut sekujur tubuh sebagai bentuk perlindungan. Terlebih persenjataan ringan terpasang hadir, sengaja bertengger di kalungan leher sebagai bentuk pencegah, garda pertahanan awal bilamana situasi buruk menimpa. Cuman mengacuh, mengesampingkan keberadaan berbagai satuan kemiliteran di tempat, pembaringan anomali berupa setengah-setengah terlukis eksis, menaruh kesadaran di atas permukaan atas dasar ketidaksanggupan otak dalam menahan, menerima letupan senjata bertenaga super besar. Sekilas granat berkekuatan mematikan berhasil, mampu memojokkan narasumber ke tiang kematian.
Huhuhu.
Omong-omong soal anomali, pengitaran puluhan pencahayaan terhadap anomali membuatku melupakan satu hal. Haih-haih, ini pangkalan atau bagaimana, dah? Membentuk, mewujudkan gardu penjagaan seolah memberi kesan bahwa pemijakan barak dadakan terlukis, menyajikan agenda tiada prakira. Bukan tanpa alasan diri mengutarakan, toh peleton di setiap regu terpampang ada, menginjakkan kaki lagi membentuk kelompok kecil di setiap titik. Jadi jangan tanyakan alasan, penyebab jelas mengenai kemunculan keanggotaan berwajah sangar di sekeliling.
Fuuuuuh.
“Wow.”
Huhuhu, ini sangat sukar buat dipercaya. Tangkapan, jepretan cantik yang dapat diabadikan dalam kamera digital takkan bisa, memiliki kesanggupan untuk merajut, menuliskan segala keindahan berbentuk visual kali nih.
Fuaaaaahh.
Merenung, mematungkan keberadaan tanpa berkemauan melangsungkan perpindahan, kebesaran nilai uang di mata dunia gak bakalan mampu, mampu merupiahkan kekaguman di kedalaman benak, mengartikan kita semua bilamana keindahan tidak selamanya berbentuk, mengkristalisasi sebagai pecahan kristal.
Pemenuhan kalbu, jujur diri sama sekali tak menyangka, tiada menduga keajaiban dapat tertanam, berjaya menyembunyikan keadaan di tengah pemancaran pencahayaan super terang.
Mengesampingkan ketidaksangkaan diri dalam memotret, merangkaikan rekaan kejadian pada penyimpanan otak, puluhan atau mungkin satuan keanggotaan membisu, tanpa kusadari mulai memfokuskan titik tuju untukku semata.
Hmmmmmh.
“Ehem!”
“Kartu masuk?!”
Buset, santai aja kali, mas. Aku juga bagian, salah seorang yang berwenang dalam keaktifan misi. Gila, melihat tampang, rupa dan juga seluruh pakaian nan membalut sanggup, mampu melahirkan dugaan manakala diri hanyalah oknum pencari kebenaran.
Haaaah.
Asik bersantai, terus melarutkan kesadaran terhadap ketakjuban tiada penyelewengan, dua orang lelaki bertubuhkan dua kali sedari tinggi badan kemudian datang, menghadirkan keberadaan tepat di depan mata, melontarkan puluhan dahak encer selaku ketegasan surat tugas dan juga wewenang keanggotaan diri di tempat.
Ya elah, bro sekalian bener-bener mencurigaiku, dong. Sebegitu tinggikah perspektif, intuisi tiap pikiran dalam mewujudkan prasangka? Padahal kejatuhan anomali tidak lain disebabkan seorang wanita bernamakan Sinta.
Dasar lelaki kampret!!
“Nih.”
Buruan kasih, kemalasan tak berujung tiba, bergegas mewarisi keseluruhan genetik pada sel jikalau adu debat mesti dilangsungkan. Teringin memperdebatkan pasal ini, sih. Namun diri tak bisa, masih memiliki urusan untuk menemui atasan. Jadi hiraukan pasal ketidaksopanan, segera berikan akses masuk menuju ke dalam. Setidaknya umpatan sama sekali nihil, enggan dilayangkan melalui kerongkongan.
Memahami pembicaraan hanya berulang, memusatkan fokus terhadap suatu titik belaka, sebuah selipan benda terkecil lalu datang, menampakkan keberadaan melalui kedangkalan tinggi saku, menyelipkan serangkai informasi selaku data, wawasan dan juga pegangan jabatan terkini.
Tidak bisa kuelak tindakan para penjaga sangat kurang ajar. Mempertanyakan wewenang keanggotaan yang tidak lain tergolong satu grup gak dapat, enggan dimengerti mengenakan nalar. Cuman apa boleh buat? Biarkan saja dia bekerja, berupaya mencocokkan kevalidan data di antara kartu dengan seluruh wewenang di sini.
Nah sobat, bisakah hentikan cara memandangmu tuh. Bukan risih kembali inimah, kesadaran merasa tak nyaman, mendapati ketidaksenangan melanda menginvasi hingga keseluruhan. Harap garis bawahi bahwa diri bukan sebuah penyamaran anomali. Lagian ada-ada aja, deh. Buat apa raga menyamar bilamana kebencian datang, ditempa sebegitu kokoh selaku penentang, penerang ketidakhadiran cahaya pada lajur?
Hoooooh!!
“Silahkan masuk.”
Nah gitulah, mengapa gak sedari tadi? Kehadiran pasti dapat menemui, melangsungkan tukar obrolan bersama komando terkait. Sempak-sempak, tak tahu mengapa pengangkatan topik dapat, sanggup membenamkan kekesalan untuk meningkat secara berkala.
Hhhh!!
Mendapati manipulasi unsur adalah nihil, tiada ditemukan kecacatan ataupun keberadaan tipu daya dalam pencatatan, kartu dalam saku selaku identitas keanggotaan kemudian kembali, mengembalikan barang tidak lain kepemilikan diri, melahirkan suatu simpul bibir terangkat ke atas sebagai kehangatan, meramahkan sikap teruntuk diri semata.
Elah, baru nyadar? Raga bukan sekedar keanggotaan biasa seperti dugaan semu Anda. Penangkapan, pelacakan dan juga tugas mewawancara anomali dipegang, dijadikan sebuah beban berat terhadap kedua pundak. Alasan? Tidak-tidak, buat apa kalian menanyakan perkara gak penting? Lebih baik pelangkahan dimulai, bersiap memasuki pengawasan ketat di garda terdepan.
Majulah!!
Baik, kakiku sudah masuk. Tapi serius, tidak bisakah keajaiban menyingkir, memindahkan pemfokusan ke mana saja selain sudut pandang?
Keparat!!
Dikarenakan izin masuk timbul, berjaya diperkenankan melangkah setahap lebih dekat, beberapa selembaran kepemilikan peniliti lantas tersaji, menitikberatkan titik tuju terhadap torehan tulisan, menjadikan sebuah acuan terhadap keprofesionalan seorang penguji makhluk asing.
Haih, mereka adalah pengawas. Ahli biologi dalam penanganan, memerhatikan tiap kasus biologi yang terjadi pada makhluk tak bernama ini.
Huhu, pelaksanaan tugas diperbuat semasa perobohan berjaya dilaksanakan, kah? Bermodalkan granat serta obat bius berjumlah melebihi kata standar, keektifan tugas segera, bergegas dilangsungkan sekalipun badan mesti berada pada rasio berbahaya. Andaikata memang benar, pembiusan hanya menahan, melumpuhkan sementara beberapa fungsi organ milik anomali.
Berjaga-jagalah, keseluruhan karakteristik takkan pernah tunduk, berkeinginan enuruti segala kemauan apalagi arahan pihak luar.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments