19.Senyum Yang Kembali

Relimonic, Kediaman Keluarga Besar Ferdanham

Suasana sudah memasuki waktu kala hari. Saat ini, terlihat Tuan Restofer sedang mondar-mandir tidak karuan di ruang keluarga. Raut wajahnya terlihat cemas dan sedari tadi dia juga tidak terlihat berhenti memandangi jalan masuk ke ruangan tempatnya itu.

"Tidak seharusnya aku membuat dia pergi keluar rumah sendirian. Aku seorang Ayah yang ceroboh," ujar Tuan Restofer sembari terus mondar-mandir ditengah bias jingga yang terlihat menembus jendela kaca lebar yang ada di ruangan keluarga itu.

Kebetulan juga gorden jendela itu tersingkap dan membuat cahaya dari mata hari terbenam itu menerobos masuk dengan sembrono.

"Sayang, tenanglah dulu. Mungkin saat ini dia masih di dalam perjalanan pulang. Lagian jarak dari pasar untuk kembali ke sini itu memakan waktu yang lumayan," tegur Nyonya Rose yang terlihat duduk di salah satu sofa yang ada di sana. Biarpun kata-katanya tadi bertujuan untuk menenangkan sang suami, tapi ekspresi wajah wanita itu tidak bisa bohong. Dia saat ini juga ikut mencemaskan Lily yang belum menampakkan dirinya.

Disebelah wanita itu ada sosok Erland yang terlihat duduk dengan tenang, tapi ekspresi wajah yang terlihat serius. Kakak ketiga Lily itu saat ini terkesan sedang memikirkan sesuatu.

"Lumayan sih lumayan, Sayang. Tapi, apakah ini masuk akal? Lily meninggalkan rumah dari pagi dan belum kelihatan pulang walau langit sudah terlihat hampir gelap." Tuan Restofer bergerak duduk di sofa tempat dia biasa merebahkan pantatnya, tapi tidak ada satu detik dia kembali bangkit dan berjalan bolak-balik lagi.

Sungguh, laki-laki paruh baya empat anak itu terlihat tidak bisa duduk tenang jika mendapati anak perempuan semata wayangnya belum pulang ke rumah. Masalahnya, baru kali ini mereka semua berani memberikan izin Lily untuk berpergian sendiri.

Sebelumnya mana pernah semua keluarga berani melakukan itu. Salah satu di antara mereka pasti harus meluangkan waktu untuk menemani gadis itu, tapi tadi pagi Tuan Restofer membuat keputusan yang salah. Biarpun Lily mengatakan akan bertemu dengan seorang teman sebagai alasan, dia seharusnya tetap waspada.

"Tadi pagi Lily berangkat dengan disopiri Carlos, 'kan?" Erland membuka suara dan membuat Nyonya Rose yang ada di sebelahnya menganggukkan kepalanya untuk menjawab, "kalau begitu, apa yang kita permasalahan kan? Jika terjadi sesuatu dengan Lily, Carlos pasti dari tadi menghubungi kita," imbuh laki-laki itu dengan nada setenang mungkin.

"Papa tahu itu, tapi ...."

Tuan Restofer menghentikan kata-katanya lantaran gendang telinganya menangkap sebuah langkah kaki yang mendekat. Dengan gerak yang cepat, laki-laki paruh baya itu menoleh ke sisi kanan, "Oh akhirnya kamu pulang juga, Anakku!"

Tuan Restofer langsung melangkah cepat mendekat ke jalan masuk ruang keluarganya. Di sana ada sosok Lily yang terlihat sangat-sangat bahagia. Wajahnya terlihat berkilau karena mendapatkan biasan warna jingga dari cahaya matahari yang hampir tenggelam.

"Kamu ke mana saja, Lily?" tanya laki-laki itu sembari bergerak memeluk sang anak dengan posesif. Lily yang masih setia dengan kebahagiaannya hanya bisa membalas pelukan itu dengan sebuah senyum yang senang.

Sementara di area sofa yang ada di ruang keluarga. Terlihat Nyonya Rose menyunggingkan sebuah senyum lega. Bahkan Erland dengan kedua tangan di saku celananya juga terlihat berdiri. Raut wajahnya hampir sama persis dengan milik sang ibu.

Sementara di sisi Lily dan Tuan Restofer. Dua orang itu sudah tidak lagi berpelukan. Saat ini raut wajah Tuan Restofer juga sudah terlihat bernada dari yang tadinya panik, berubah menyelidiki sang anak dari atas hingga bawah.

"Sekarang katakan! Sebenarnya kamu pergi ke mana saja hingga baru pulang saat langit sudah berubah gelap? Papa tidak yakin kalau kamu hanya menghabiskan waktu di pasar saja," tanya Tuan Restofer dengan sorot mata yang tegas dan terlihat menuntut sebuah jawaban.

Lily yang terlihat masih bahagia dan membawa sisa tawanya saat bersama Fahmi, hanya memberikan sebuah senyum bahagia yang teramat manis. Wanita itu terlihat menggelengkan kepalanya, lalu kemudian membuat sebuah isyarat tangan, "Tidak pergi kemana-mana, kok. Aku hanya menghabiskan waktu dengan seorang teman saja."

Raut wajah Tuan Restofer terlihat antusias. Tanpa sadar laki-laki itu bahkan bersorak senang, "Serius kamu benar-benar punya seorang teman?" tanyanya dengan raut wajah turut bahagia.

Lily yang mendengar itu menganggukkan kepalanya malu-malu. Bahkan dia sampai terlihat mengeluarkan sebuah semu merah di pipinya. Tuan Restofer yang melihat itu semakin tersenyum senang.

"Lihat, Mama. Ternyata adik kecilku sudah tumbuh dewasa sekarang," goda Erland dengan bernada sedikit bercanda.

Nyonya Rose yang mendengar itu ikut tersenyum malu-malu, "Berhenti menggoda adikmu, Erland. Apa kamu tidak lihat betapa merahnya dia sekarang?" timpalnya ikut menggoda.

Tuan Restofer semakin tersenyum senang. Dia yang tadinya menoleh ke belakang untuk melihat istri dan juga anak ketiganya bersuara, terlihat kembali menghadap ke arah Lily. Laki-laki itu terlihat bergerak mengendus tubuh anak gadisnya yang sudah beraroma tidak menyediakan.

"Baiklah, kalau begitu kamu sekarang pergi membersihkan diri. Sebentar lagi kita akan makan malam bersama untuk membahas acara pesta besok malam."

Dengan masih bersemu merah, Lily mengangguk kepalanya. Tanpa mengeluarkan bahas isyarat apa pun lagi, gadis itu terlihat berbalik dan hendak berjalan.

"Tunggu sebentar, Lily!" ujar Tuan Restofer membuat Lily menoleh ke arah belakang dengan raut wajah yang kebingungan.

"Kira-kira kapan kamu akan mengenalkan temanmu itu kepada kami, hem?" goda Tuan Restofer kembali dan itu sukses membuat Lily semakin malu. Saking malunya, perempuan itu langsung berlari untuk naik ke lantai atas.

"Kalian tadi melihatnya juga bukan? Akhirnya kebahagiaan saat dia masih kecil dan belum tahu apa-apa itu kembali. Papa sangat senang melihat senyuman anakku yang sudah kembali lagi," ujar Tuan Restofer sembari bergerak untuk duduk di sofa kebesarannya.

***

Raytgon, Area Kebun Persembunyiannya

"Maafkan atas keterlambatan ku, Teman-teman sekalian."

Fahmi langsung menyapa Khazami dan tiga orang lainnya yang tengah berkumpul. Karena hari sudah menjelang petang, tempat kawasan perkebunan itu terkesan remang-remang dengan cahaya jingga yang terlihat sedikit menerobos masuk dari celah-celah pepohonan yang ada di sana.

"Lu pergi ke mana saja, Fahmi?" tanya Mardika Joel dengan sorot mata yang penuh selidik, "jangan mengatakan kalau baru pulang dari pasar. Masalahnya dari pagi sampai siang, aku selalu ada di pasar dan tidak pernah melihatmu berkeliaran di sana," imbuh Mardika sebelum Fahmi membuat sebuah alasan.

"Benar. Gue terakhir kali ngeliat lu di area dalam pasar, itu pun masih pagi sekali. Setelah itu, gue gak ada liat lu sama sekali lagi," celetuk Adnan Alvaro mendukung pernyataan sohib karibnya itu.

Fahmi yang merasa tidak punya celah untuk mengelak lagi terlihat memalingkan wajahnya dan melihat ke atas. Laki-laki itu bahkan sampai menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya dengan satu tangan, "Aku tadi-"

"Bilang saja yang sejujurnya, Fahmi. Baiklah teman-teman, sebenarnya tadi anak ini mengunjungi kedai keluargaku. Bang Jonath tadi memberitahukan itu padaku. Terlebih lagi, katanya dia ke sana dengan seorang gadis," ujar Sergio Dante dengan raut wajah yang terlihat senang karena berhasil mengatakan itu.

Fahmi yang mendengar itu langsung tersentak kaget dan bahkan spontan menggerakkan satu tangannya untuk menempeleng bagian belakang milik temannya itu, "Mulut lu di jaga, Gio!" peringatnya dengan raut wajah yang kaget.

"Dari pada membahas tentang gue yang gak terlalu penting ini. Bagaimana kalau kita mulai saja menyusun rencananya. Bukankah misi besar-besaran ini akan kita lakukan besok malam?" ujar Fahmi dengan menarik satu sudut bibirnya menyeringai. Laki-laki yang tadinya berwajah konyol itu, terlihat menatap Khazami yang saat ini sedang duduk di sebuah pohon tumbang dengan gaya paling menyeramkan yang laki-laki itu punya.

T.B.C

...Oh iya, sebelumnya izinkan aku untuk merekomendasikan cerita temenku ya, kakak. Aku ada bawa salah satu bacaan rekomendasi untuk kalian nih. Ceritanya ada di bawah ini👇...

Judulnya: Dia Istri CEO, Bukan Pelakor

Penulisnya: Muda Anan.

Jangan lupa mampir ya. Kurang lebih ceritanya kayak yang dijelaskan di dalam foto. Sekalian juga buat kalian tambah-tambahan bacaan sembari nunggu ceritaku update, wkwkwk

Terpopuler

Comments

Lydia

Lydia

Lanjut Author... terima kasih 😁

2024-05-04

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 01.Gadis Pendiam
3 02.Peraturan Ibu Kota
4 03.Ingin bertemu kembali.
5 04.Dinding Ibu Kota.
6 05.Orang Ibu Kota Yang Berbeda.
7 06.Namanya Lily.
8 07.Panggilan Dari Ketua.
9 08.Mata Yang Selalu Mengawasi
10 09.Orang Asing Yang Tidak Aku Ketahui Namanya
11 10. Orang Asing Yang Tampan
12 11.Fahmi Zaintara
13 12.Apa Kita Sudah Jadi Teman?
14 13.Hal Yang Tidak Terduga
15 14.Hal Yang Tidak Terduga 2
16 15.Menunggu Yang Sia-Sia.
17 16.Kau Marah?
18 17.Pembalasan
19 18.Serunya Memiliki Seorang Teman
20 19.Senyum Yang Kembali
21 20.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 1
22 21.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 2
23 22.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 3
24 23.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 4
25 24.Menerka-nerka
26 25.Bahasa Isyarat
27 26.Diary mimpi
28 27.Mulai Melakukan Sebuah Perjalanan Dengannya.
29 28.Perbedaan Status Yang Jelas
30 29.Impian Pertama.
31 30.Air Terjun Rumah Kupu-kupu.
32 31.Kecupan Terima Kasih
33 32.Kecurigaan
34 33.Tolong Beri Peringatan
35 34.Palau Awal Dari Perasaan Yang Berubah
36 35.Sekawanan Lumba-lumba.
37 36.Ungkapan di Tengah-tengah Samudra.
38 37.Kebimbangan
39 38.Terciptanya Jarak.
40 39.Mulai Mencari Tahu....
41 40.Pelukan Rindu...
42 41.Mata-mata.
43 Promosi Novel Baru: Menjadi Asisten Dadakan CEO Dingin
44 42.Hanya Fahmi, Tidak Ada Orang Lain.
45 43.Mengambil Gambar Dalam Satu Frame
46 44.Mendaki Bukit di Tengah Hujan
47 45. Last Journey
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Prolog
2
01.Gadis Pendiam
3
02.Peraturan Ibu Kota
4
03.Ingin bertemu kembali.
5
04.Dinding Ibu Kota.
6
05.Orang Ibu Kota Yang Berbeda.
7
06.Namanya Lily.
8
07.Panggilan Dari Ketua.
9
08.Mata Yang Selalu Mengawasi
10
09.Orang Asing Yang Tidak Aku Ketahui Namanya
11
10. Orang Asing Yang Tampan
12
11.Fahmi Zaintara
13
12.Apa Kita Sudah Jadi Teman?
14
13.Hal Yang Tidak Terduga
15
14.Hal Yang Tidak Terduga 2
16
15.Menunggu Yang Sia-Sia.
17
16.Kau Marah?
18
17.Pembalasan
19
18.Serunya Memiliki Seorang Teman
20
19.Senyum Yang Kembali
21
20.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 1
22
21.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 2
23
22.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 3
24
23.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 4
25
24.Menerka-nerka
26
25.Bahasa Isyarat
27
26.Diary mimpi
28
27.Mulai Melakukan Sebuah Perjalanan Dengannya.
29
28.Perbedaan Status Yang Jelas
30
29.Impian Pertama.
31
30.Air Terjun Rumah Kupu-kupu.
32
31.Kecupan Terima Kasih
33
32.Kecurigaan
34
33.Tolong Beri Peringatan
35
34.Palau Awal Dari Perasaan Yang Berubah
36
35.Sekawanan Lumba-lumba.
37
36.Ungkapan di Tengah-tengah Samudra.
38
37.Kebimbangan
39
38.Terciptanya Jarak.
40
39.Mulai Mencari Tahu....
41
40.Pelukan Rindu...
42
41.Mata-mata.
43
Promosi Novel Baru: Menjadi Asisten Dadakan CEO Dingin
44
42.Hanya Fahmi, Tidak Ada Orang Lain.
45
43.Mengambil Gambar Dalam Satu Frame
46
44.Mendaki Bukit di Tengah Hujan
47
45. Last Journey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!