15.Menunggu Yang Sia-Sia.

06 Desember 2011, Pasar Terbesar Desa Raytgon

Tidak seperti hari di bulan Desember sebelumnya, saat ini awan mendung terlihat mengepung langit di area pasar dan sekitarnya. Bahkan rintik-rintik hujan juga sudah turun dari subuh tadi. Namun, biar pun suasana gerimis, tepat jam tujuh pagi Fahmi terlihat selesai membongkar sebuah muatan.

"Mi, ini bayaranmu!" teriak salah seorang kepala buruh yang memanggil Fahmi. Laki-laki itu tentu saja langsung berlari mendekati, "maklumi ya bagianmu segini," imbuh laki-laki itu dengan menyodorkan uang kertas bernilai 5 zero.

"Makasih, Bang," ujar Fahmi sopan sembari mengambil alih uang itu.

Upah sebagai buruh emang tidak banyak, tapi bagi orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan seperti Fahmi, nominal segitu sangat berarti untuk mereka menyambung hidup. Sementara untuk yang punya gelar sarjana, mereka semua langsung di kirim kerja masuk ke ibu kota. Sangat berbeda sekali dengan orang yang tidak mengenyam bangku pendidikan.

Iya, jika ada pemuda atau pemudi yang berpendidikan, orang di dalam tembok akan mengambilnya untuk dipekerjakan di perusahaan masing-masing. Sebaliknya orang yang tidak berpendidikan, mereka akan diberikan pekerjaan menjadi pengawal untuk laki-laki dan pelayan untuk perempuan.

Fahmi mana sudi menjadi pengawal yang harus selalu rela mati demi orang-orang yang sangat dia benci. Pikirnya lebih baik banting tulang di luar tembok, dari pada menjadi pelindung orang ibu kota. Gajinya memang besar, tapi itu juga sepadan dengan harga diri yang mereka buang.

"Kalau gitu saya pamit pergi dulu, Bang."

Setelah mengatakan itu, Fahmi langsung berlari. Dengan kaki yang sedikit berlari, laki-laki itu terlihat masuk ke dalam sebuah gang dengan seutas senyum yang mengembang.

"Maaf sudah membuat kamu menunggu lama, Lily," gumam laki-laki itu di sela-sela dia berlari dengan senyum yang cerah di pagi yang mendung ini. Raut wajahnya semakin mengembang saat jaraknya menuju warung kemarin hampir sampai.

Namun, saat setelah dia sampai di tempat itu, Fahmi tidak menemukan siapa pun di sana. Dia melihat kekosongan di tempat duduknya kemarin dan karena hal itu pula, raut wajahnya jadi berubah mendung. Semendung langit yang saat ini masih tidak bosan menitikkan gerimis.

'apa aku terlalu cepat mencarinya?' batin laki-laki itu dengan mencoba untuk menarik sebuah senyum di wajahnya.

"Eh, Fahmi? Mau makan?" Ibu pemilik warung yang baru kembali tiba-tiba menginterupsi, membuat Fahmi menggelengkan kepalanya dengan sebuah senyum kecil.

"Tidak, aku akan kembali nanti saja." Fahmi berucap dengan bernada senang, lalu kemudian kembali berlari. Sepertinya dia akan bekerja dengan perut yang keroncongan hari ini.

Kenapa begitu? Karena dari rumah tadi, Fahmi sudah bertekad akan makan bersama dengan Lily. Akan tetapi, semua sangat di sayangkan. Ternyata sosok Lily tidak pernah dia dapati saat dia datang mengeceknya setiap jeda satu jam.

Hingga sampai jam 12 siang, Fahmi memilih untuk makan sendiri lantaran Lily ternyata hari ini tidak datang mengunjungi pasar. Lagian, semua itu memang harusnya terjadi.

Bagaimana pun, kemarin perempuan itu mengatakan akan datang tiga hari lagi, tapi Fahmi malah berharap Lily datang hari ini. Jadi, bisa dikatakan wanita itu tidaklah salah. Fahmi saja yang terlalu bersemangat untuk kembali bertemu dengan si gadis pendiam polos itu.

***

07 Desember 2011, Pasar Terbesar Desa Raytgon

Di hari berikutnya, Fahmi kembali melakukan hal yang sama. Dia setiap satu jam sekali mengecek Lily ke tempat yang mereka sudah janjikan, tapi wanita itu sama sekali tidak menampakkan dirinya. Padahal, dari rumah subuh tadi, dia sudah membuat banyak sekali rencana untuk wanita itu.

Dia akan mengajak Lily berkeliling ke sana ke mari dan menikmati beberapa makanan enak. Uang yang dia dapatkan bekerja kemarin saja sengaja dia kumpulkan untuk dijadikan modal jalan-jalannya, tapi hal itu tidak terlaksana lagi, Lily tidak datang lagi dan kemungkinan wanita itu akan datang di hari yang sudah dia janjikan.

"Sepertinya memang dia akan datang tiga hari lagi. Kalau begitu besok dong." Fahmi bergumam sembari memegangi beberapa uang yang baru saja dia kumpulkan hari ini.

Tangan laki-laki pekerja keras itu terlihat sangat kasar dan kusam. Di atas telapak tangannya, ada banyak sekali uang kertas dan uang koin yang sudah dia dapatkan hari ini, "Ada waktu untuk tambah-tambahan modal juga. Lily, 'kan dari ibu kota. Dia pasti punya barang-barang yang mahal."

Pada akhirnya, di jam 11, Fahmi memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Laki-laki itu masih menahan diri untuk tidak dulu makan. Pikirnya, masih ada satu jam lagi untuk menunggu Lily. Siapa tahu gadis itu akan dia temui di jam 12 nanti siang. Tidak ada yang tahu, bukan?

***

08 Desember 2011, Pasar Terbesar Desa Raytgon

"Bang, sudah jam berapa?" tanya Fahmi kepada salah satu orang temannya yang saat ini sedang duduk-duduk menunggu pekerjaan datang.

"Baru jam 7, Mi. sabar saja. Biarpun sepi, pasti ada aja barang yang datang," ujar laki-laki itu memberikan jawaban.

Fahmi yang mendengar itu langsung bergerak bangkit, "Aku mau sarapan dulu. Nanti balik lagi," pamit Fahmi dan laki-laki dengan celaan jeans pendek dan kemeja flanel lengan panjang yang sudah terlihat dekil itu, kembali berlari ke sebuah gang sempit yang tiga hari lalu dia lalui bersama Lily.

Sesampainya dia di tempat itu, Fahmi tidak hanya melihat saja. Dia langsung mengambil posisi duduk di tempat yang sama dengan tiga hari lalu. Bahkan raut wajah laki-laki itu terlihat sangat bahagia hari ini.

Padahal, langit pagi ini sedang mendung, tapi wajah laki-laki itu terlihat sangat cerah, "Bibi, kopi susu tariknya dua dan aku minta spaghettinya juga dua," pesan Fahmi dengan nada yang terdengar sangat riang.

Ibu-ibu pemilik warung itu langsung terlihat sumringah sekaligus terkejut. Masalahnya, baru pertama ini dia mendapati Fahmi yang memesan makanan tanpa tanggung-tanggung.

"Untukmu sendiri?" tanya Ibu berbadan bongsor itu dengan senyum yang merekah lantaran senang mendapat pesanan banyak.

"Tidak, untuk berdua," bantah laki-laki itu dengan masih berwajah bahagia.

Ibu pemilik warung semakin menarik senyum, "Apa dengan Nona yang waktu itu?" tebaknya dan membuat Fahmi salah tingkah, "kalau gitu Bibi siap-"

"Nanti saja tunggu sampai dia datang ke sini, Bi," potong Fahmi dan si Bibi itu mengacungkan jari jempolnya.

Sementara Fahmi di tempat duduknya hanya bisa tersenyum dengan ekspresi wajah yang terlihat tidak sabaran. Hari ini sepertinya laki-laki itu sangat yakin sekali kalau Lily akan datang.

Kenapa? Karena hari ini sudah masuk ke hari ke tiga dan itu artinya, Lily pasti akan ke mari. Fahmi yakin dengan hal itu. Akan tetapi, kebenaran menampar keras wajah laki-laki itu.

Lama Fahmi menunggu di tempat itu, dia masih belum mendapati adanya tanda-tanda Lily datang. Senyum manis dan lambaian tangan perempuan itu masih belum terlihat keluar dari gang sempit yang tidak jauh dari tempatnya duduk saat ini.

"Bagaiman ini, Fahmi? Pesanannya jadi, bukan?" tanya Ibu penjaga warung itu untuk kesekian kalinya.

Fahmi yang sudah lelah mendengar itu, terlihat langsung bangkit dari duduknya, "Jadi, Bi. Tapi, tunggu sebentar. Aku akan mencari temanku dulu, okey. Tunggu!" Fahmi bergerak langsung berlari meninggalkan warung.

Tujuan pertama laki-laki itu iyalah pasar bagian barat. Karena saat ini posisinya berada di area dalam pasar, Fahmi hanya tinggal langsung berlari ke barat saja tanpa harus kembali ke pasar timur.

Tidak memerlukan waktu yang lama, setelah keluar dari sebuah gang sempit, Fahmi sudah sampai di area luar pasar barat. Keadaan tempat itu masih sama seperti hari biasanya. Selalu ramai, meskipun suasana langit tidak terlihat bersahabat dengan para pengunjung.

Padahal, jalanan masih terlihat basah dan becek karena hujan semalam. Akan tetapi, semua buruh terlihat tidak memikirkan itu. Mereka semua tetap berlalu-lalang dengan membawa para pengunjung di ibu kota di belakang punggung mereka, untuk berkeliling pasar.

"Mobilnya ada," ujar Fahmi saat mendapati mobil yang selalu ditumpangi oleh Lily. Tanpa membuang-buang waktu yang lama, laki-laki itu langsung terlihat berlari ke arah mobil itu.

Tepat saat dia sampai di sebelah mobil itu, seorang laki-laki tegas, berwibawa, dan sedikit tinggi terlihat keluar dari pintu bagian kemudi. Fahmi bahkan sedikit mendongak untuk melihat ke wajah pria dengan setelan baju berwarna serba hitam itu.

"Bagaimana Carlos? Apa kau sudah menunaikan seorang buruh?" tanya suara seorang wanita dari dalam mobil itu.

Carlos yang mendengar itu langsung berjalan mendekati Fahmi. Laki-laki jangkung itu terlihat memindai Fahmi dari atas hingga bawah, "Kau seorang buruh, 'kan?" tebaknya.

Fahmi yang sedikit kebingungan terlihat menganggukkan kepalanya, "Iya, aku salah satu pekerja di sini," jawabnya.

"Baguslah," ujar Carlos dan kemudian laki-laki itu berjalan mendekat ke pintu penumpang bagian belakang, "kalau begitu, kau antarkan Nyonyaku berkeliling belanja di sini."

Fahmi terlihat tertegun saat kedua matanya mendapatkan bukan Lily yang ada di sana, tapi melainkan seorang perempuan paruh baya yang terlihat mirip dengan wanita itu.

"Kenapa kau masih diam seperti orang bodoh di sana?" Nyonya Rose terdengar bersuara lantaran dia melihat Fahmi masih berdiri diam. Padahal, dia di dalam mobil sudah menunggu untuk cepat-cepat keluar dari sana.

Fahmi yang mendengar itu tersentak kaget. Kedua matanya lagi-lagi memandangi bingung ke arah dalam mobil. Nyonya Rose yang melihat itu semakin dibuat kesal.

"Apa kau tidak ingin melakukan pekerjaanmu, Rakyat Jelata?" tanya Nyonya Rose dengan kesal.

Fahmi yang mendengar itu menganggukkan kepala kikuk. Dia dengan masih kebingungan langsung berlari ke tempat penyimpanan sebuah keranjang angkut untuk manusia. Sepertinya Fahmi akan melakukan pekerjaannya mengangkut manusia lagi dan orang yang akan dia angkut hari ini adalah ibunya Lily, perempuan yang dia tunggu-tunggu kedatangannya.

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Ko Ortu Lily ga ada satupun yg sifatnya mirip Lily y?? Ibarat iblis yg melahirkan malaikat kecil

2024-05-02

1

Lydia

Lydia

Kasihan Fahmi. Lanjut Author... terima kasih 😁

2024-05-02

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 01.Gadis Pendiam
3 02.Peraturan Ibu Kota
4 03.Ingin bertemu kembali.
5 04.Dinding Ibu Kota.
6 05.Orang Ibu Kota Yang Berbeda.
7 06.Namanya Lily.
8 07.Panggilan Dari Ketua.
9 08.Mata Yang Selalu Mengawasi
10 09.Orang Asing Yang Tidak Aku Ketahui Namanya
11 10. Orang Asing Yang Tampan
12 11.Fahmi Zaintara
13 12.Apa Kita Sudah Jadi Teman?
14 13.Hal Yang Tidak Terduga
15 14.Hal Yang Tidak Terduga 2
16 15.Menunggu Yang Sia-Sia.
17 16.Kau Marah?
18 17.Pembalasan
19 18.Serunya Memiliki Seorang Teman
20 19.Senyum Yang Kembali
21 20.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 1
22 21.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 2
23 22.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 3
24 23.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 4
25 24.Menerka-nerka
26 25.Bahasa Isyarat
27 26.Diary mimpi
28 27.Mulai Melakukan Sebuah Perjalanan Dengannya.
29 28.Perbedaan Status Yang Jelas
30 29.Impian Pertama.
31 30.Air Terjun Rumah Kupu-kupu.
32 31.Kecupan Terima Kasih
33 32.Kecurigaan
34 33.Tolong Beri Peringatan
35 34.Palau Awal Dari Perasaan Yang Berubah
36 35.Sekawanan Lumba-lumba.
37 36.Ungkapan di Tengah-tengah Samudra.
38 37.Kebimbangan
39 38.Terciptanya Jarak.
40 39.Mulai Mencari Tahu....
41 40.Pelukan Rindu...
42 41.Mata-mata.
43 Promosi Novel Baru: Menjadi Asisten Dadakan CEO Dingin
44 42.Hanya Fahmi, Tidak Ada Orang Lain.
45 43.Mengambil Gambar Dalam Satu Frame
46 44.Mendaki Bukit di Tengah Hujan
47 45. Last Journey
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Prolog
2
01.Gadis Pendiam
3
02.Peraturan Ibu Kota
4
03.Ingin bertemu kembali.
5
04.Dinding Ibu Kota.
6
05.Orang Ibu Kota Yang Berbeda.
7
06.Namanya Lily.
8
07.Panggilan Dari Ketua.
9
08.Mata Yang Selalu Mengawasi
10
09.Orang Asing Yang Tidak Aku Ketahui Namanya
11
10. Orang Asing Yang Tampan
12
11.Fahmi Zaintara
13
12.Apa Kita Sudah Jadi Teman?
14
13.Hal Yang Tidak Terduga
15
14.Hal Yang Tidak Terduga 2
16
15.Menunggu Yang Sia-Sia.
17
16.Kau Marah?
18
17.Pembalasan
19
18.Serunya Memiliki Seorang Teman
20
19.Senyum Yang Kembali
21
20.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 1
22
21.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 2
23
22.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 3
24
23.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 4
25
24.Menerka-nerka
26
25.Bahasa Isyarat
27
26.Diary mimpi
28
27.Mulai Melakukan Sebuah Perjalanan Dengannya.
29
28.Perbedaan Status Yang Jelas
30
29.Impian Pertama.
31
30.Air Terjun Rumah Kupu-kupu.
32
31.Kecupan Terima Kasih
33
32.Kecurigaan
34
33.Tolong Beri Peringatan
35
34.Palau Awal Dari Perasaan Yang Berubah
36
35.Sekawanan Lumba-lumba.
37
36.Ungkapan di Tengah-tengah Samudra.
38
37.Kebimbangan
39
38.Terciptanya Jarak.
40
39.Mulai Mencari Tahu....
41
40.Pelukan Rindu...
42
41.Mata-mata.
43
Promosi Novel Baru: Menjadi Asisten Dadakan CEO Dingin
44
42.Hanya Fahmi, Tidak Ada Orang Lain.
45
43.Mengambil Gambar Dalam Satu Frame
46
44.Mendaki Bukit di Tengah Hujan
47
45. Last Journey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!