06.Namanya Lily.

"Sekarang apa?" tanya Fahmi dengan satu alis terangkat bingung.

Saat ini laki-laki itu sudah berada di pasar bagian barat, tempat di mana bahan makanan, sayur, dan daging-dagingan dijual di sana.

Sementara di tempatnya sebelumnya, itu disebut Pasar bagian Timur atau sering dipanggil dengan sebutan pasar buah, tempat di mana semua buah-buahan dijual. Di pasar bagian barat sebenarnya juga ada, tapi di sana paling buah-buahannya dijual dengan hitungan kilo. Sedangkan di pasar buah sana dikhususkan untuk orang yang membeli keranjangan.

Fahmi dibuat semakin kesal saat dia melihat Lily malah kembali menuliskan sesuatu. Mendapati hal itu, pikiran negatifnya tentang Lily semakin menjadi. Dia yang tadinya mengira Lily berbeda, ternyata sama saja dengan penduduk ibu kota lainnya. Sama-sama sombong, tapi dengan cara yang berbeda dan Lily sombong dengan cara tidak ingin mengeluarkan sedikit pun suaranya.

Ke sisi Lily, setelah selesai menuliskan sesuatu di selembar kertas, dia dengan tersenyum langsung bergerak menyerahkan lembaran kertas tersebut. Lily menggerakkan tangannya sedikit terangkat, seolah dia ingin mengatakan ambil untuk Fahmi yang sedang menatap dirinya dengan sorot mata yang tajam.

"Ternyata kamu sama saja. Orang kaya ibu kota tidak ada bedanya," ujar Fahmi diakhiri dengan tawa yang meremehkan. Laki-laki itu bergerak mengambil lembaran kertas di tangan Lily, membacanya dengan tampang yang selengekan, "tolong pindahkan barang-barang ku ke dalam mobil seperti kemarin," imbuhnya yang sedang membaca tulisan di secarik kertas kecil dari Lily.

Fahmi tersenyum kecut. Laki-laki itu bergerak meremas kertas kecil itu, lalu melemparnya dengan asal, "600 zero untuk 6 kardus ini, bagaimana?" ujarnya dengan raut wajah yang angkuh.

Lily yang mendengar itu langsung mengangguk menyetujui. Sepertinya wanita itu tidak mempedulikan harga yang dia harus bayar untuk menyewa jasa Fahmi. 600 zero bukanlah uang yang kecil dan Lily dengan bodohnya menyetujui hal itu. Fahmi yang melihat wanita polos itu mengangguk bodoh saja sampai terkejut.

"Tadi aku bilang 600 loh," ujar Fahmi dan lagi-lagi Lily bergerak mengangguk dengan wajah tersenyum bodoh. Bahkan wanita itu langsung kembali terlihat bergerak untuk menulis sesuatu di kertas.

Fahmi yang melihat itu terlihat tidak peduli lagi. Dari pada membuang-buang waktu di tempat ini, dia lebih baik langsung mengerjakannya saja. Toh, uang yang akan dia dapatkan bisa langsung membuat dia tidak perlu keluar bekerja lagi dalam beberapa hari. Jadi, bisa dibilang dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Dari pada kamu menulis hal yang tidak berguna, lebih baik kamu bukakan aku pintu bagasi mu. Jangan buat aku menunggu lebih lama di sana," tutur Fahmi tanpa berpikir panjang. Sungguh, ini benar-benar kali pertama dia bersikap seperti ini kepada penghuni ibu kota.

Sementara di sisi Lily, dia langsung berlari ke arah mobilnya dan membuang kertas yang tadi dia tulis. Fahmi yang baru saja ingin mengangkat kardus milik Lily, terlihat menaikkan satu alis matanya bingung, "Menurut begitu saja? Apakah dia benar-benar orang ibu kota?"

Fahmi mengedikkan bahu tak acuh. dengan sedikit kesulitan, dia mengangkat keenam kotak itu secara bersamaan dan setelah terangkat, laki-laki itu langsung berjalan cepat mendekati mobil yang pintu bagasinya sudah terbuka lebar.

Lily yang melihat wajah Fahmi yang kesulitan tiba-tiba berjalan cepat. Dua tangannya terangkat seolah ingin membantu, tapi gerakan wanita itu berhenti saat mendapati tatapan mata yang mengisyaratkan dia untuk tetap diam, terlihat di wajah laki-laki.

Pada akhirnya, Lily diam menyaksikan. Sementara Fahmi, laki-laki itu langsung memasukkan keenam kardus itu ke dalam bagasi, "Apa hanya ini?" tanya laki-laki itu dengan menoleh ke arah belakang. Sekarang dia masih berdiri menghadap ke arah bagian dalam bagasi. Kedua tangannya pun terlihat terangkat dan memegangi bagian ujungnya.

Lily menggelengkan kepalanya. Fahmi yang mendapati wanita itu tidak mengeluarkan suara lagi tiba-tiba mengebrak permukaan penutup bagasi, lalu membantingnya dengan kasar. Laki-laki itu sudah tidak bisa menahan ini lagi.

Sungguh, didiamkan seperti ini sangat-sangat paling dia benci. Baginya, lebih baik mendapati sikap sombong orang ibu kota dibanding didiamkan begini. Apakah serendah itu dia di mata wanita itu, hingga bicara saja dia tidak mau. Fahmi juga manusia, dia bukan hewan yang tidak akan mengerti bahasa yang akan Lily gunakan.

Lily tersentak kaget. Kedua matanya melotot saat melihat raut menyeramkan keluar dari wajah orang di depannya ini, "Apa di matamu aku ini monyet atau hewan sejenisnya?" tanya Fahmi dengan nada rendah dan terdengar menyeramkan.

Lily yang mendengar itu bergerak mundur, tapi dia kalah cepat dengan tangan Fahmi yang tiba-tiba menariknya, hingga tubuh bagian depan mereka bertabrakan, "Jawab!" tuntut laki-laki itu dengan kepala yang bergerak ke atas.

Lily menggelengkan kepalanya. Wanita itu mulai bergerak memberontak, tapi ternyata kalah jauh dengan milik Fahmi. Pada akhirnya, wanita itu memilih pasrah dan mendongak untuk menatap wajah menyeramkan Fahmi dengan sorot mata yang ketakutan.

Para buruh dan pengunjung pasar terlihat tidak mempedulikan mereka. Semuanya terlihat sibuk mengurusi urusan masing-masing.

"Kamu menyebalkan." Fahmi melepaskan Lily, membuat wanita dengan model rambut menutupi kedua telinga itu, terdengar menghela napas dengan lega.

Fahmi terlihat tersenyum kecut. Dia memberikan sebuah tatapan remeh untuk Lily yang terlihat bergetar ketakutan, "Sialan," ujarnya saja dan langsung memutar tubuhnya berniat untuk pergi.

Namun, gerakan laki-laki itu terhenti saat dia merasa ada dua telapak tangan yang menggenggam jemari tangan kirinya. Fahmi menoleh kebelakang dan tatapan matanya langsung disambut oleh gerakan kepala Lily yang menggeleng dengan raut wajah yang ketakutan.

Jujur, saat ini Lily benar-benar merasa takut, tapi dia tidak ingin larut dalam hal itu. Dia harus berani, setidaknya dia harus berani kepada laki-laki yang memberikan dia senyum dipertemukan pertama mereka ini.

'ayo, Lily. Kamu harus berani,' batin wanita itu sembari mencoba untuk menyunggingkan senyum.

Fahmi menghela napas. Laki-laki itu kembali berbalik menghadap ke arah Lily. Dia tidak mengeluarkan suara, tapi kedua alisnya terangkat seolah ingin bertanya "apa" dengan itu. Pikirnya, percuma bersuara kalau teman bicaranya tidak menjawab. Buang-buang suara saja.

Lily yang melihat gerak alis itu semakin tersenyum. Dia menggerakkan kedua tangannya ke depan dengan jari yang terbuka, seolah ingin berkata tunggu dengan itu. Setelah melakukan itu dan melihat Fahmi menunggu, Lily dengan cepat merogoh tas selempang mininya dan mengeluarkan 6 lembaran uang berwarna merah.

Lily kembali tersenyum dan bergerak menyerahkan uang itu ke hadapan laki-laki itu. Sementara Fahmi. Dia melirik ke arah uang dan wajah tersenyum bodoh milik wanita itu secara bergantian. Sepertinya dia ingin menimbang-nimbang sesuatu dan setelah mendapatkan sebuah keputusan, dia mengambil uang tersebut.

"Meskipun kamu jauh lebih menyebalkan, tapi terima kasih. Kalau begitu aku-"

Lily kembali bergerak menggenggam pergelangan tangan Fahmi, membuat laki-laki itu memperlihatkan raut wajahnya bingungnya untuk kesekian kali.

"Itu apa lagi?" tanya Fahmi yang sepertinya tidak tahan untuk tidak bicara saat Lily mengerahkan sebuah amplop ke hadapannya.

Lily bergerak menggelengkan kepala dan memilih langsung memberikan amplop putih itu ke tangan Fahmi dengan paksa. Wanita itu langsung menyunggingkan senyum setelah dia berhasil membuat amplop putih itu ada di tangan si laki-laki.

"Aku tidak akan mengambil ini sebelum kamu mengatakan apa-"

"Lily!"

Lily melebarkan pupil matanya. Wanita itu menoleh ke arah pintu masuk pasar dan dari kejauhan, dia melihat sosok Nyonya Rose sedang berjalan di belakangnya bersama dengan Carlos dan juga beberapa warga lokal, yang terlihat membawa banyak sekali barang belanjaan.

Mendapati hal itu, kepanikan langsung menyerang Lily. Dia kembali menghadap ke arah Fahmi, lalu kemudian mendorong pemuda 20 tahun itu untuk cepat-cepat pergi dari sana.

Sementara di sisi Fahmi. Sepertinya dia tidak melawan dan hal itu terbukti dari betapa lemahnya tubuh laki-laki itu saat mendapati dorongan menjauh dari Lily.

'jadi namanya, Lily?' batin Fahmi dan tepat saat jarak Nyonya Rose sudah dekat, dia langsung nyelonong pergi meninggalkan Lily yang perlahan membentuk sebuah senyum lega.

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Lily & Fahmi sama2 bodoh. Lily bodoh knp ga lngs nulis di kertas kalo dia bisu, malah nulis2 yg ngga penting. Dan Fahmi bodoh, masa ga tau kalo Lily bisu. Pdhl jelas2 Lily ktakutan, harusnya kan menjerit, tp lily diem aja, harusnya dr situ fahmi paham kalo lily bisu

2024-04-27

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 01.Gadis Pendiam
3 02.Peraturan Ibu Kota
4 03.Ingin bertemu kembali.
5 04.Dinding Ibu Kota.
6 05.Orang Ibu Kota Yang Berbeda.
7 06.Namanya Lily.
8 07.Panggilan Dari Ketua.
9 08.Mata Yang Selalu Mengawasi
10 09.Orang Asing Yang Tidak Aku Ketahui Namanya
11 10. Orang Asing Yang Tampan
12 11.Fahmi Zaintara
13 12.Apa Kita Sudah Jadi Teman?
14 13.Hal Yang Tidak Terduga
15 14.Hal Yang Tidak Terduga 2
16 15.Menunggu Yang Sia-Sia.
17 16.Kau Marah?
18 17.Pembalasan
19 18.Serunya Memiliki Seorang Teman
20 19.Senyum Yang Kembali
21 20.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 1
22 21.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 2
23 22.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 3
24 23.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 4
25 24.Menerka-nerka
26 25.Bahasa Isyarat
27 26.Diary mimpi
28 27.Mulai Melakukan Sebuah Perjalanan Dengannya.
29 28.Perbedaan Status Yang Jelas
30 29.Impian Pertama.
31 30.Air Terjun Rumah Kupu-kupu.
32 31.Kecupan Terima Kasih
33 32.Kecurigaan
34 33.Tolong Beri Peringatan
35 34.Palau Awal Dari Perasaan Yang Berubah
36 35.Sekawanan Lumba-lumba.
37 36.Ungkapan di Tengah-tengah Samudra.
38 37.Kebimbangan
39 38.Terciptanya Jarak.
40 39.Mulai Mencari Tahu....
41 40.Pelukan Rindu...
42 41.Mata-mata.
43 Promosi Novel Baru: Menjadi Asisten Dadakan CEO Dingin
44 42.Hanya Fahmi, Tidak Ada Orang Lain.
45 43.Mengambil Gambar Dalam Satu Frame
46 44.Mendaki Bukit di Tengah Hujan
47 45. Last Journey
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Prolog
2
01.Gadis Pendiam
3
02.Peraturan Ibu Kota
4
03.Ingin bertemu kembali.
5
04.Dinding Ibu Kota.
6
05.Orang Ibu Kota Yang Berbeda.
7
06.Namanya Lily.
8
07.Panggilan Dari Ketua.
9
08.Mata Yang Selalu Mengawasi
10
09.Orang Asing Yang Tidak Aku Ketahui Namanya
11
10. Orang Asing Yang Tampan
12
11.Fahmi Zaintara
13
12.Apa Kita Sudah Jadi Teman?
14
13.Hal Yang Tidak Terduga
15
14.Hal Yang Tidak Terduga 2
16
15.Menunggu Yang Sia-Sia.
17
16.Kau Marah?
18
17.Pembalasan
19
18.Serunya Memiliki Seorang Teman
20
19.Senyum Yang Kembali
21
20.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 1
22
21.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 2
23
22.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 3
24
23.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 4
25
24.Menerka-nerka
26
25.Bahasa Isyarat
27
26.Diary mimpi
28
27.Mulai Melakukan Sebuah Perjalanan Dengannya.
29
28.Perbedaan Status Yang Jelas
30
29.Impian Pertama.
31
30.Air Terjun Rumah Kupu-kupu.
32
31.Kecupan Terima Kasih
33
32.Kecurigaan
34
33.Tolong Beri Peringatan
35
34.Palau Awal Dari Perasaan Yang Berubah
36
35.Sekawanan Lumba-lumba.
37
36.Ungkapan di Tengah-tengah Samudra.
38
37.Kebimbangan
39
38.Terciptanya Jarak.
40
39.Mulai Mencari Tahu....
41
40.Pelukan Rindu...
42
41.Mata-mata.
43
Promosi Novel Baru: Menjadi Asisten Dadakan CEO Dingin
44
42.Hanya Fahmi, Tidak Ada Orang Lain.
45
43.Mengambil Gambar Dalam Satu Frame
46
44.Mendaki Bukit di Tengah Hujan
47
45. Last Journey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!