12.Apa Kita Sudah Jadi Teman?

"Bagiamana?" tanya Fahmi setelah melihat Lily mencoba kopi susu tariknya.

Masih di waktu yang sama dan tempat yang sama. Saat ini, makanan yang mereka pesan sudah semuanya datang. Seperti spaghetti yang saat ini sedang Fahmi aduk-aduk dan dua roti Scone dengan parutan keju serta kismis di bagian atasnya terlihat masih tersaji rapi di piring.

Lily tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita itu terlihat kembali menyeruput kopi susu tariknya lagi, lalu kemudian meletakkannya ke atas tatakan kecil tempatnya semula.

"Tuh kan. Sudah aku bilang, pasti itu tidak akan mengecewakanmu. Biarpun bibi pedagangnya tidak terlihat seperti barista sungguhan, tapi jangan ragukan racikan kopinya. Di sini, dia adalah pembuat kopi terbaik," puji Fahmi dengan raut wajah tersenyum bahagia. Cara bicara laki-laki itu terlihat sedikit memiringkan kepalanya. Maklum, posisi duduknya saat ini sudah terlihat seperti seorang rakyat jelata semestinya.

Jika Lily duduk dengan anggun dan tetap memposisikan kakinya menggelantung, Fahmi sendiri terlihat sudah duduk dengan satu kaki bersila dan satunya lagi berdiri. Piring tempat spaghettinya dia letakkan di atas telapak tangan kiri dan tangan kanannya saat ini terlihat mengaduk-aduk makanan berbahan utama mie itu dengan lihai.

Mendengar pujian yang diucapkan Fahmi, Lily jadi tersenyum. Entah kenapa hari ini dia merasa sangat-sangat bahagia serta kedua matanya juga seperti tidak ingin berpaling dari wajah laki-laki itu.

Bagaimana ya, hari ini Fahmi terasa jauh lebih lucu dari kemarin. Wajahnya banyak sekali memunculkan ekspresi. Apa lagi saat dia sudah mulai bercerita. Mukanya pasti mengeluarkan banyak sekali ekspresi dalam jeda waktu yang singkat.

"Tapi, minusnya dia itu mematok harga yang tidak masuk akal untuk orang yang berhutang." Fahmi yang tadinya terlihat bahagia, tiba-tiba memunculkan raut wajah yang tidak suka.

Lily yang mendengar itu mengernyitkan keningnya bingung, "jika ada seseorang yang berhutang, dia tidak akan segan memberikan bunga yang tidak masuk-"

"Mau mencari pembenarannya kah?"

Fahmi mengernyit kaget saat tiba-tiba bibi pemilik warung mengeluarkan suara. Wanita paruh baya berbadan gembul itu terlihat baru saja kembali dari menghantarkan pesanan pelanggannya yang kemungkinan duduk di area depan warung.

"Kalian semua yang selalu berhutang memang pantas mendapatkan itu. Jika bunganya tidak naik, kalian bisa-bisa tidak bayar."

Fahmi menyengir, "Iya, maklum Bi. Bibi juga tahu sendiri kan kondisi pasar gimana?" timpal laki-laki itu sembari kembali memasukkan suapan spaghettinya lagi.

Lily yang melihat percakapan itu hanya bisa melongo. Dia terlihat menoleh secara bergantian melihat ke arah bibi pemilik warung dan Fahmi.

"Iya lah tu," jawab Bibi penjaga warung dengan kedua mata yang melihat sewot.

Fahmi hanya cengengesan. Dia melihat ke arah Lily yang saat ini sedang menatap ke arahnya juga, "Begitulah dia. Sinis, tapi biar begitu dia pedagang paling baik di sini. Biarpun sering dihutangi, dia tidak marah dan kapok," bisik Fahmi menjawab tatapan kebingungan Lily.

Fahmi kembali menyendok mie spaghettinya. Laki-laki itu terlihat mulai menggulung mie itu dengan garpu yang dia gunakan. Setelah di rasa cukup banyak, dia kemudian menatap kembali ke arah Lily.

"Oh iya, coba buka mulutmu!" pinta Fahmi dan Lily dengan masih menatap bingung membuka mulut dan dengan gerakan yang cepat, laki-laki itu memasukkan gulungan spaghetti itu ke dalam mulut Lily.

Fahmi tersenyum senang, lalu menarik kembali garpunya untuk dia gunakan mengambil spaghettinya lagi, "Bagaimana? Spaghettinya juga enak, 'kan biarpun dibuat oleh warung pinggiran? Mungkin rasanya asing di mulut kalian yang selalu memakan versi original makanan ini."

Lily tidak mendengarkan. Dia terlihat masih terkejut dengan sorot mata paling imut yang dia punya. Bahkan saat ini dia sedang mengunyah pelan makanan yang masih ada di dalam mulutnya tersebut.

"Laki-laki dekil yang di sana!"

Seorang Ibu-ibu dengan pakaian berkelas berteriak dengan pandangan melihat ke arah Fahmi yang kebetulan melihat ke arah wanita itu.

Fahmi terlihat bingung dan menoleh ke segala arah, tapi dia tidak menemui ada laki-laki lain selain dirinya di sini. Dengan raut wajah bodoh, Fahmi kembali melihat ke arah ibu-ibu berpakaian modis itu.

"Yang aku maksud itu kamu, jelek!" teriak wanita itu dengan tampang yang sinis.

Fahmi yang mendengar itu menganggukkan kepalanya. Dia bergerak menoleh ke arah Lily dan memberikan sebuah senyum untuk wanita cantik berwajah lembut itu.

"Tunggu sebentar, okey?" Fahmi bergerak meletakkan piring berisikan spaghetti itu di hadapan Lily, lalu laki-laki itu bergerak bangkit dari duduknya, "aku tidak akan lama. Paling cuma beberapa menit," ujarnya lagi untuk meyakinkan, Lily yang terlihat menampilkan wajah kesal.

Setelah mengatakan itu, Fahmi dengan wajah tersenyum mendatangi si ibu-ibu modis itu. Lily yang masih ada di tempat duduk itu terlihat memperhatikan Fahmi dari jauh. Wajahnya terlihat masih kesal dan semua itu karena mendengar cara si ibu-ibu tua itu memanggil Fahmi.

Wajah Lily terlebih semakin kesal saat melihat ibu-ibu itu seperti sedang mencaci Fahmi yang terlihat menunduk hormat.

"Maaf ya Non kalau kata-kata saya mungkin membuat Anda tersinggung, tapi begitulah cara orang-orang ibu kota seperti Anda itu memperlakukan kami yang tinggal di luar tembok. Padahal, hidup kalian itu bergantung dari hasil alam daerah di luar tembok, tapi kenapa sikap kalian semua sombong begitu," komentar ibu-ibu pemilik warung itu dengan nada jengkel, membuat Lily yang sedang menikmati spaghetti sembari melihat Fahmi, menoleh ke arahnya.

Raut wajah gadis 20 tahun itu terlihat tidak tersinggung dan malah memberikan sebuah senyum manis untuk Ibu-ibu pemilik warung.

"Tapi sepertinya Nona berbeda ya. Baru kali ini aku ketemu orang yang dari ibu kota terlihat akrab dengan kami. Terlebih lagi, Anda sepertinya tidak merasa jijik saat menikmati hidangan saya," ujar ibu-ibu itu lagi dan Lily yang mendengarnya hanya tersenyum untuk memberikan balasan.

Setelah itu, Lily terlihat kembali menoleh ke arah Fahmi. Kedua mata wanita itu terlihat membulat terkejut saat melihat Fahmi yang sedang mengangkut si ibu-ibu berpakaian modis itu di belakang tubuhnya dengan sebuah alat angkut. Belum lagi, saat ini dia juga membawa beberapa karung belanjaan milik ibu itu.

Fahmi yang tahu kalau saat ini dia diperhatikan dari jauh hanya bisa mengedipkan mata dengan sebuah senyum, "Tunggu sebentar," ucap laki-laki itu dengan gerak bibirnya.

Lily menganggukkan kepalanya dan kembali menyantap hikmat spaghetti milik mereka berdua itu. Sementara di sisi Fahmi, dengan sedikit merasa terbebani, laki-laki itu mulai mengayunkan langkah mengangkut si ibu-ibu itu sekaligus barang belanjaannya.

Padahal, cangkir kopi laki-laki itu masih belum disentuh sama sekali, tapi layaknya seseorang yang pekerja keras. Fahmi tidak memikirkan itu. Bahkan menolak saja tadi dia tidak melakukannya.

***

"Aku pulang dulu. Mungkin di sana, Kakakku sudah kelimpungan mencari keberadaan ku, Fahmi."

Setelah membaca isi lembaran yang Lily tulis, Fahmi langsung melihat ke wanita itu. Tatapan mata Fahmi seperti orang yang merasa tidak rela kalau harus berpisah begini. Padahal, masih banyak yang ingin dia perlihatkan kepada perempuan itu.

"Apa besok kamu akan ke sini lagi?" tanya Fahmi dan Lily yang wajahnya berekpresi sama dengan laki-laki itu, terlihat mengedikkan bahunya, "kapan kamu akan ke sini lagi?" imbuh Fahmi kembali bertanya.

Lily mengangkat tangannya dan mengacungkan tiga jari. Fahmi kelihatan tersenyum. Wajah laki-laki itu terlihat dipenuhi oleh peluh keringat, "Kalau begitu, kamu bawa ini. Anggap saja itu adalah oleh-oleh dariku sekaligus permintaan maaf."

Lily tersenyum dan mengambil bingkisan yang terbuat dari kertas itu. Kedua matanya terlihat seperti orang yang tidak ingin pergi juga, tapi jam ditangannya sudah sedari tadi berbunyi dan itu berarti, Kakaknya sedang memanggil dirinya.

Saat ini mereka berdua sedang berada di sebuah gang yang lumayan sempit, "Kalau begitu, sampai jumpa lagi," ujar Fahmi dengan tangan yang bergerak kaku terangkat. Laki-laki itu terlihat melangkah mundur, seolah dia tidak ingin berpaling dari wajah cantik gadis itu.

"Begini saja, setiap kali kamu mengunjungi pasar, datanglah ke warung yang tadi. Setiap satu jam sekali setelah aku tiba di pasar, aku akan mengunjungi tempat itu untuk melihat apa kamu datang atau tidak," ucap Fahmi di tengah-tengah langkah mundur yang dia lakukan dengan tempo perlahan.

Lily mengangguk. Wanita itu ikut bergerak mundur. Satu tangannya yang terlihat bebas, ikut melambaikan tangan. Jika saja dia bisa bicara, mungkin dia akan melontarkan pertanyaan "apa kati sudah bisa dikatakan sebagai seorang teman?", tapi itu tidak bisa dia ucapkan.

Bahkan untuk menulis itu, Lily mungkin sudah sangat terlambat. Semua itu dikarenakan saat Fahmi sudah sampai di ujung gang, dia terlihat memberikan sebuah lambaian tangan terakhir dan setelahnya, laki-laki itu langsung berpaling pergi.

'terima kasih untuk hari ini, Fahmi,' batin Lily yang sudah tidak melihat sosok Fahmi di depan sana. Setelah ikut memberikan senyuman terkahir, wanita itu langsung berbalik dan berjalan pergi untuk kembali ke tempatnya menunggu pagi tadi.

Perpisahan yang terkesan tidak rela bagi dirinya.

Terpopuler

Comments

Lydia

Lydia

Lanjut Author... terima kasih 😁

2024-04-30

1

gaby

gaby

Kaka othor kaya ga pernah muda aja, tega bener nggangguin org lg kencan pertama. Kopi blm di minum, si Fahmi dah dipanggil aja buat manggul. Seru neh novel, biasanya kan kalo dunia pernovelan yg miskin si cwek & cwoknya CEO. Ini kebalik, cweknya kaya tp terkucilkan & cwoknya miskin. Mudah2an kaya novel Nothing is perfect, ga ada drama pelakor & yg pasti happy ending

2024-04-30

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 01.Gadis Pendiam
3 02.Peraturan Ibu Kota
4 03.Ingin bertemu kembali.
5 04.Dinding Ibu Kota.
6 05.Orang Ibu Kota Yang Berbeda.
7 06.Namanya Lily.
8 07.Panggilan Dari Ketua.
9 08.Mata Yang Selalu Mengawasi
10 09.Orang Asing Yang Tidak Aku Ketahui Namanya
11 10. Orang Asing Yang Tampan
12 11.Fahmi Zaintara
13 12.Apa Kita Sudah Jadi Teman?
14 13.Hal Yang Tidak Terduga
15 14.Hal Yang Tidak Terduga 2
16 15.Menunggu Yang Sia-Sia.
17 16.Kau Marah?
18 17.Pembalasan
19 18.Serunya Memiliki Seorang Teman
20 19.Senyum Yang Kembali
21 20.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 1
22 21.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 2
23 22.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 3
24 23.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 4
25 24.Menerka-nerka
26 25.Bahasa Isyarat
27 26.Diary mimpi
28 27.Mulai Melakukan Sebuah Perjalanan Dengannya.
29 28.Perbedaan Status Yang Jelas
30 29.Impian Pertama.
31 30.Air Terjun Rumah Kupu-kupu.
32 31.Kecupan Terima Kasih
33 32.Kecurigaan
34 33.Tolong Beri Peringatan
35 34.Palau Awal Dari Perasaan Yang Berubah
36 35.Sekawanan Lumba-lumba.
37 36.Ungkapan di Tengah-tengah Samudra.
38 37.Kebimbangan
39 38.Terciptanya Jarak.
40 39.Mulai Mencari Tahu....
41 40.Pelukan Rindu...
42 41.Mata-mata.
43 Promosi Novel Baru: Menjadi Asisten Dadakan CEO Dingin
44 42.Hanya Fahmi, Tidak Ada Orang Lain.
45 43.Mengambil Gambar Dalam Satu Frame
46 44.Mendaki Bukit di Tengah Hujan
47 45. Last Journey
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Prolog
2
01.Gadis Pendiam
3
02.Peraturan Ibu Kota
4
03.Ingin bertemu kembali.
5
04.Dinding Ibu Kota.
6
05.Orang Ibu Kota Yang Berbeda.
7
06.Namanya Lily.
8
07.Panggilan Dari Ketua.
9
08.Mata Yang Selalu Mengawasi
10
09.Orang Asing Yang Tidak Aku Ketahui Namanya
11
10. Orang Asing Yang Tampan
12
11.Fahmi Zaintara
13
12.Apa Kita Sudah Jadi Teman?
14
13.Hal Yang Tidak Terduga
15
14.Hal Yang Tidak Terduga 2
16
15.Menunggu Yang Sia-Sia.
17
16.Kau Marah?
18
17.Pembalasan
19
18.Serunya Memiliki Seorang Teman
20
19.Senyum Yang Kembali
21
20.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 1
22
21.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 2
23
22.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 3
24
23.Pesta Peringatan Berdirinya Perusahaan Keluarga Ferdanham 4
25
24.Menerka-nerka
26
25.Bahasa Isyarat
27
26.Diary mimpi
28
27.Mulai Melakukan Sebuah Perjalanan Dengannya.
29
28.Perbedaan Status Yang Jelas
30
29.Impian Pertama.
31
30.Air Terjun Rumah Kupu-kupu.
32
31.Kecupan Terima Kasih
33
32.Kecurigaan
34
33.Tolong Beri Peringatan
35
34.Palau Awal Dari Perasaan Yang Berubah
36
35.Sekawanan Lumba-lumba.
37
36.Ungkapan di Tengah-tengah Samudra.
38
37.Kebimbangan
39
38.Terciptanya Jarak.
40
39.Mulai Mencari Tahu....
41
40.Pelukan Rindu...
42
41.Mata-mata.
43
Promosi Novel Baru: Menjadi Asisten Dadakan CEO Dingin
44
42.Hanya Fahmi, Tidak Ada Orang Lain.
45
43.Mengambil Gambar Dalam Satu Frame
46
44.Mendaki Bukit di Tengah Hujan
47
45. Last Journey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!