10

" Diego Saad? Kita harus menemuinya, tapi ada hal yang lebih penting untuk sekarang ini. Kita harus menemui Max, dia sedang butuh dukungan kita," kata Bella pada Zia setelah tadi berhasil mengorek informasi dari salah satu staff yang akan bekerja ditempat itu. Pemilik baru merupakan pengusaha dari luar kota dan mereka belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.

Ya tentu saja mereka tidak pernah mengenal sosok Diego Saad Rathore karena pria itu sangat tertutup pada media. Tak sekalipun ia menampakkan dirinya. Hanya orang orang tertentu saja yang bisa mengenalnya sebagai sosok CEO dari Rathore Corp. Untuk masuk ke ruang kantor saja Diego menggunakan lift khusus yang hanya digunakan oleh dirinya dan segelintir orang penting di perusahaan. Jadi pegawai disana pun hanya mengenal para petinggi perusahaan, tapi tidak dengan CEO mereka. Terdengar sangat aneh, tapi seperti itulah sosok pewaris tunggal Rathore.

"Apa aku harus ikut denganmu?" tanya Zia yang saat ini sudah berada di halte bus yang tak jauh dari supermarket. Mereka semua akhirnya bubar karena merasa sia sia menunggu kebaikan hati dari pemilik supermarket yang baru. Tempat itu tutup dua hari karena pergantian sistem dan pergantian pegawai.

"Tentu saja, semakin banyak yang mendukungnya maka Max akan semakin kuat menghadapi ujiannya. Kita bantu dia sebisanya," sahut Bella , entah... tapi dia yakin Max tidak melakukan hal yang buruk.

Yang ia dengar Max adalah lulusan terbaik di kampus mereka dulu. Ayahnya bahkan sudah ingin menyerahkan perusahaan ke tangan pria itu. Tapi sampai sekarang Max malah merintis usahanya sendiri, usaha yang dia mulai dari nol. Max benar benar ingin lepas dari kebesaran nama kedua orang tuanya.

" Hei!"

Bella dan Zia menoleh, seorang gadis mengendarai mobil tua berhenti di depan mereka. Dia adalah teman kerja yang selalu tidak menyukai hubungan Max dan Bella. Mulut gadis itu yang setiap hari menguji kesabaran Bella.

"Aku antar kalian, bukannya kalian ingin ke kantor polisi? Mobil ini memang terlihat sangat tua, tapi cukup kuat untuk berkeliling kota!"

Zia menatap heran pada gadis yang ada di dalam mobilnya, kemudian tatapan itu beralih pada sahabat yang duduk disampingnya. Bella belum bergeming dari tempatnya.

"Aku memang tak pernah menyukaimu, tapi misi kita kali ini sama! Kita akan memberikan support pada bos kita. Mungkin dengan begitu dia bisa bangkit dan merebut kembali supermarket tempat kita bergantung hidup."

"Bella, bagaimana ini?" lirih Zia menyenggol lengan Bella dengan siku tangannya. Dia hanya takut akan kembali suasana tak nyaman jika mereka benar benar ikut. Mulut gadis itu tak mempunyai filter, kata kata pedas atau sebuah penghinaan bisa saja meluncur tanpa perasaan. Tak bisa ia bayangkan jika Bella dan gadis itu nantinya berkelahi di dalam mobil.

"Kita ikut..."

"Kau yakin?"

Tapi Zia mengikuti langkah Bella yang masuk ke dalam mobil bahkan sebelum pertanyaan darinya mendapat jawaban. Sepanjang perjalanan dia lega karena baik Bella ataupun gadis yang berada di belakang setirnya sama sekali tak mengeluarkan suara.

Sampai di tujuan mereka segera masuk untuk melihat Max, beberapa petugas yang tidak asing dengan Bella terdengar menyapanya.

"Selamat sore Nona Nona cantik! Apa kalian punya kepentingan ditempat ini? Aku rasa tempat ini bukan pusat perbelanjaan tempat kalian bisa mencuci mata!" seorang petugas menghadang langkah mereka hingga ketiga gadis itu urung masuk.

"Hari ini tak ada seorangpun saudaramu datang ke tempat ini. Jadi apa kau punya kepentingan lain kali ini Nona Bella!?

"Kami ingin bertemu Maxton Garrield, dia temanku. Aku dengar semalam dia di bawa kesini!" sahut Bella tak ingin lagi membuang waktu, dia ingin segera tahu akar masalahnya agar dia lebih mudah menanganinya.

" Kenapa kau memilih circle pergaulan yang salah Nona. Kalian bertiga cantik, jadi jangan lagi berteman dengan pemerkosa itu. Semalam dia mabuk di klub malam dan menyeret gadis muda untuk melayani nafsu bejatnya! Beruntung gadis itu masih bisa tertolong. Sengaja kami tempatkan disini untuk menjaga keamanannya. Teman , keluarga atau siapapun yang berhubungan dengan gadis itu bisa saja menyakiti Max. Kasus ini masih di dalami oleh penyidik walau pihak gadis itu berkeras untuk segera menghukum teman kalian." jelas sang petugas panjang lebar hingga membuat ketiga gadis di depannya tahu kejadian sebenarnya.

" Max bukan pria hidung belang!! Dia hanya menyukai Bella!" celetuk Zia.

" Ya dia benar, Max sangat menyukai Bella! Anda tahu? Setiap hari kelakuan mereka membuatku sangat muak!! Mereka membuat seakan dunia ini hanya milik mereka berdua. Tak mungkin Max tertarik pada gadis lain!" timpal gadis satunya untuk mendukung keterangan Zia.

"Kami Ingin bertemu dengannya, sekarang!"

" Ok, tapi hanya salah satu dari kalian. Max belum boleh bertemu dengan siapapun saat ini. ltupun hanya dalam waktu sepuluh menit!" kata sang petugas.

Dan akhirnya Bella yang mengikuti langkah polisi menuju ruangan tempat Max berada. Bella berpikir tak seharusnya Max ada di tempat ini jika masalahnya hanya untuk menjaga keselamatan. Dia sangat yakin ayah pria itu mampu memberikan penjagaan bahkan mungkin melebihi penjagaan polisi.

"Bella!! " pekik Max yang terlihat bahagia ketika melihat siapa yang mengunjunginya. Pria itu ditempatkan disebuah ruangan sempit yang hanya terdapat satu meja dan dua kursi kayu di dalamnya. Dan untuk beristirahat Max terpaksa tidur di atas meja, itu lebih baik daripada dia harus tidur di dinginnya lantai ruangan. Wajah Max terlihat sangat kusut, kantong mata yang menghitam menandakan jika pria itu tidak tidur semalaman.

Bella duduk di salah satu kursi kayu, berhadapan dengan Max yang sudah duduk dengan menundukkan kepalanya.

"Mereka pasti sudah bercerita. Sungguh bukan seperti itu kejadiannya, aku tidak pernah bermaksud menyakiti atau bahkan memaksa gadis itu. Aku akui jika aku mabuk, tapi aku masih bisa menguasai otak dan kesadaranku."

" Kenapa kau harus menginjakkan kaki ditempat seperti itu! Kau bukan peminum!"

"Aku patah hati! Ratusan kali kau tolak membuat aku ingin minum dan melupakan semuanya... jangan tertawa karena begitulah kenyataannya," lirih Max yang melihat satu sudut bibir Bella terangkat.

"Setelah kau mabuk apa kau bisa melupakan semuanya?"

"Tentu saja tidak, mana mungkin aku bisa melupakanmu. Waktu itu aku.melihat dua orang pria menyeret seorang gadis yang masih sangat muda ke lantai atas. Yang aku tahu lantai atas klub malam adalah tempat berkencan kilat para pria hidung belang... " Max menjeda kata katanya, sungguh ia sangat menyesal karena datang ke tempat seperti itu. Tempat yang dari dulu enggan dia datangi.

"Dan kau menjadi pahlawan kesiangan.... "

"Aku dijebak Bell, dan aku tidak tahu siapa dan apa motifnya. Maaf jika aku sudah membuat kalian susah, ayahku terlalu keras kepala! Dia menjual semua usaha yang sudah aku rintis agar mau kembali ke perusahaan keluarga."

"Aku tahu... aku yakin kau akan segera terbebas dari tempat ini."

Terpopuler

Comments

Yuyun Yunita

Yuyun Yunita

sepertinya diego yg mempunyai akal licik seperti itu... kan diego pria yg tak berperasaan yg bisa melakukan hal licil demi ambisi nya

2024-04-24

2

faridah ida

faridah ida

minta tolong sama kakek Ammar aja kamu Bella , biar tahu rasa tuh Diego ....😄😄😋🤭

2024-04-23

0

faridah ida

faridah ida

aduuuh Max .. gara2 parah hati sama Bella ,kamu malah di penjara ...🤦‍♀️🤦‍♀️
makanya kalo mabuk jangan di club , tapi di rumah ...😂😂🤭

2024-04-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!