Ekspresi bingung penyidik in Hae terlihat sangat kentara. Dahi yang mengernyit, dan ekspresi serius, serta bola mata yang tak henti terus memperhatikan kedua orang yang sepertinya sudah saling mengenal sejak lama.
"Jangan terlalu serius, petugas Park. Benar petugas Park in Hae. Kami sudah sangat lama saling mengenal. Jadi jangan memandangku dengan wajah detektifmu." ujar ketua Kyu lalu terbahak.
"Hmm... Sebaiknya kita langsung ke intinya saja." sela penyidik Dak Ho tak memberikan kesempatan pada petugas In Hae untuk menjawab.
"Oke. Mari kita duduk santai. Jangan terlalu serius, kawan." ketua Kyu masih saja berkelakar.
"Biar aku yang bertanya." ucap petugas In Hae. "Kami sedang menyelidiki tentang pembunuhan berantai...."
"Kamu mencurigaiku?!!" sela ketua Kyu bahkan sebelum petugas In Hae menyelesaikan kalimatnya.
"Dengarkan dulu apa yang akan aku sampaikan." jawab petugas In Hae berusaha sabar."
"Lalau kenapa kamu menginterogasiku? Tidak mungkin juga salah atlitku melakukan perbuatan bodoh!" ketua Kyu tampak sangat emosional.
"Diam!! Atau aku seret kembali ke penjara! Dengan tuduhan mempersulit penyelidikan polisi!!" bentak petugas Dak Ho.
Suasana sedikit berubah menjadi panas dan canggung.
"Bisa beri kami sedikit info mengenai Park Nam Ji, dan kasus penyerangan yang dilakukannya?" petugas In Hae melanjutkan.
"Hmmm... Park Nam Ji ya? Bocah tengok sok pahlawan itu?" ketua Kyu tampak lebih santai.
"Bocah tengok?!" tanya balik petugas In Hae.
"Hmmm... Bocah tak tahu diri yang selalu bersikap sok pahlawan. Jadi sekarang dia jadi pembunuh?"
"Jawab pertanyaan penyidik! Jangan balik bertanya!" seru petugas Dak Ho lagi.
"Oke,, oke... Aku akan kooperatif." kata ketua Kyu. "Park Nam ji, memang sering melakukan kekerasan sesama atlit, terutama atlet junior."
Kalimat ringan ketua Kyu mulai bisa diajak kerjasama.
"Karena dia terlalu sering emosional, maka berdasarkan keputusan pengurus assosiasi dan vote dari semua atlet, memutuskan park Nam Ji harus dikeluarkan dari keanggotaan sebagai atlit kami." kali ini ketua Kyu mulai berkenan membantu.
"Hanya itu saja? Lalu kenapa tidak ada laporan kasus penyerangan yang dilakukan Park Nam ji ?" ujar petugas In Hae.
"Kami tidak ingin menarik perhatian media. Jadi kami menyelesaikan secara intern."
"Bagaimana dengan prestasinya?"
"Untuk apa mengasuh atlet dengan kemampuan juara, tapi mentalnya tak sesuai." ucap ketua Kyu.
"Benar juga." petugas In Hae mengiyakan. "Lalu siapa saja atlet yang pernah berurusan dengannya?"
"Tak banyak sebenarnya. Hanya saja attitude dan emosionalnya tak sesuai jika dia disebut atlet." ucap Ketua Kyu tampak sangat tak menyukai dengan perangai park Nam Ji. "Lee in su, Cha Eun Kyung, Kyun Jeong Dae dan Yeon Hwang, semuanya atlit renang."
"Bisa berikan CV nama-nama tersebut?" ujar petugas Dak Ho.
"Tidak bisa. Kami harus tetap menjaga privasi atlet-atlet kami. Kalian ini bukan sembarang polisi, pasti lebih pintar mencari tahu data seseorang. Tapi jangan minta bantuan padaku." jawaban angkuh ketua Kyu.
"Baiklah, kami tidak akan memaksa. menolak interogasi pun, sebenarnya hakmu. Terima kasih sudah mau bekerjasama dengan baik. Nama-nama yang tadi kamu sebutkan, akan kami cari tahu sendiri." ucap petugas In Hae.
melihat raut wajah rekannya yang mulai memerah, seakan tersulut emosi, petugas In Hae berpamitan, dan mengajak rekannya segera keluar dari kantor ketua Kyu.
"Petugas Ho, jangan gegabah, jangan terlalu bersemangat. setidaknya kita masih bisa menggali informasi dari empat nama yang ia sebutkan tadi." ucap petugas In Hae ketika keduanya di dalam lift.
"Benar, tapi ketua Kyu itu memang sangat menyebalkan." sahut petugas Dak Ho.
Tiba-tiba petugas Dak Ho menghentikan lift di lantai 3. Ada hal yang mengganggunya sejak tadi dan membuatnya sangat penasaran. Petugas In Hae hanya mengikutinya, tanpa mengerti yang dicari petugas Dak Ho.
Namun di lantai tiga hanya ada pantry, areal gym, dan kursi-kursi berjejer rapi, sekitar berjumlah 70-80 yang ditata seperti di bioskop, seperti tempat untuk nobar.
"Mau ngopi kah?" tanya petugas In Hae tak lagi bisa menahan penasaran.
"Ah, boleh juga. Coba kita bertanya ke sana." petugas Dak Ho langsung menyetujui pertanyaan petugas In Hae dan berjalan menuju pantry.
"Bisa kami minta kopi?" tanya petugas Dak Ho pada pegawai pantry.
"Silahkan tunjukkan id." ucap petugas pantry sambil memandangi lekat wajah kedua petugas.
"Haah? Ini pantry khusus untuk karyawan?" petugas Dak Ho menjadi kikuk.
"Iya. Pantas saja aku tak mengenali kalian. Ternyata kalian bukan karyawan." ucap petugas pantry sambil tersenyum dan menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Oh, maaf. Kami kira boleh beli dengan uang cash." ucap petugas Dak Ho kemudian.
"Sebentar, jadi kamu hafal dengan semua yang bekerja di sini?" petugas In Hae mendekat.
"Tentu saja." jawab petugas pantry.
"Bagaimana dengan para atlet? Kamu hafal juga?" tanya petugas In Hae lagi.
"Sangat hafal. Bahkan semua tentang mereka, aku sangat tahu."
"Wah, kamu benar-benar memiliki ingatan yang sangat cemerlang." ucap kagum petugas In Hae memberikan dua jempol dan tepuk tangan sebagai apresiasi pada petugas pantry itu.
Wajah sumringah dan puas diri, terlihat jelas di wajah pemuda berusia sekitar 21-24 tahun itu.
"Kalau begitu, kamu pasti sangat mengenal atlet Parkour Nam Ji? Atlet renang yang sangat tampan itu." ujar petugas In Hae berhasil memancing mulut lemes si petugas pantry.
Sementara petugas Dak Ho hanya memperhatikan apa yang dilakukan petugas In Hae.
"Hmmm.... Park Nam Ji ya? Dia itu memang sesuatu banget. Dia punya segalanya. Dia sangat sempurna." kalimat dan aksen gemulai mulai terlihat dari tingkah polah si petugas pantry saat menyebut nama Park Nam Ji.
"Terus... Terus ...?" petugas In Hae mengikuti gaya gemulai si petugas pantry.
Petugas Dak Ho yang menyaksikan hal itu, seketika membulatkan mata, dan menggigit bibir menahan rasa geli.
"Kasihan sekali, dia harus diskors, sampai harus dicoret jadi atlet. Padahal orang lain yang melakukan kesalahan." si petugas pantry menghela nafas beberapa kali.
"Seharusnya Cha Eun Kyung yang dipecat saja. Park Nam Ji itu tidak akan memukul kalau tidak ada yang mendahuluinya." ujar petugas pantry lagi.
"Aku sangat merindukan senyum ramah mempesonanya. Dia selalu memanggil namaku dengan lembut setiap meminta kopi hitam tanpa gula. Dia sangat sopan." ucap petugas pantry yang membuat dua petugas penyidik merasakan merinding di tempat yang salah.
"Ah, satu lagi. Aku mendengar kabar, kalau para penggemar park Nam Ji tidak terima dengan pemecatan sepihak itu. Jadi mereka berniat membalas dendam untuk park Nam Ji."
"I got it!" teriak petugas In Hae dalam hati.
"Wah... Kamu tahu darimana?" tanya petugas In Hae lagi.
Namun, di saat itu, petugas Dak Ho melesat berlari dengan cepat menuju lift, petugas In Hae segera mengikuti, setelah buru-buru berpamitan dengan petugas pantry.
"Ada apa? mengagetkan saja." keluh petugas In Hae.
"Aku melihat seseorang yang mirip dengan pengemudi SUV putih nopol XX212. Dia juga yang aku lihat saat kita duduk di lobi."ucap petugas Dak Ho.
...----------------...
To be continue....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
ramanda
apakah pengemudi dengan masker hitam, kacamata hitam, dan topi baseball hijau ?
2024-10-11
0
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
aku kesulitan menyebut dan menghafal nama2 mereka
knp tidak memakai nama Indonesia saja
2024-09-17
1
🤎🍁𝔃𝓾𝓷𝓲𝓪❣️❀∂я
wah siapa itu apa mereka komplotan
2024-05-31
0