"Petugas Bae awas!!!!!" seru petugas ill Hwa gesit menarik tangan petugas Bae.
Petugas Bae yang terkejut, tak sempat menghindar, namun berkat kesigapan petugas ill Hwa, ia selamat dari sebuah sepeda motor yang hampir menabraknya.
Pengendara sepeda motor pun berhenti. Lalu memutar arah menuju kedua petugas penyidik.
"Kalian mau mati?!! Gunakan mata juga kalau jalan!!" seru pengendara sepeda motor dengan sangat galak.
"Maaf. Kami mohon maaf." petugas ill Hwa menunduk meminta maaf atas kecerobohan rekannya.
"Maaf." petugas Bae pun meminta maaf, menyadari kesalahannya yang tidak memperhatikan jalan ketika hendak menyeberang perempatan itu.
Tampaknya petugas Bae sedang memikirkan pantulan cahaya yang ia lihat tadi, atau mungkin memikirkan hal lain.
"Apa yang kamu pikirkan? duduk saja, istirahat sejenak." kata petugas ill Hwa sambil menunjuk teras toko yang tutup, tak jauh dari mereka berdiri saat itu.
"Tidak. Aku hanya masih kepikiran dengan pantulan silau tadi." jawab petugas Bae menurut pada seniornya.
Sementara itu petugas ill Hwa membeli dua botol minum air dingin di sebuah toko kelontong di seberang jalan.
"Dah, minum dulu." kata petugas ill Hwa beberapa saat kemudian.
"Terima kasih."
"Jangan terlalu dipikirkan sekarang. Nanti kita pastikan dulu dengan kondisi di TKP." petugas ill Hwa menasihati petugas Bae.
Petugas Bae mengangguk mantap.
"Kita lanjutkan sekarang, tinggal dua gang lagi." petugas Bae sudah kembali fokus, langsung berdiri dan melangkah.
.
.
.
Kita kembali melihat ketua Han dan petugas Ahn yang sedang menuju ruang bawah tanah.
"Disini ketua. Kami menemukan pintu rahasia ini. Tampak gelap. Dan ada tangga di sana." kata petugas polisi yang memanggilnya tadi.
Tidak ada yang menyangka akan menemukan pintu lain disana. Pintu itu sangat kecil, hanya berukuran 80x80 cm. tak ada gagang pintu, dan tertutup sempurna oleh deretan peralatan bersih-bersih rumah. Ada berbagai model sapu, alat pel, penyedot debu tertata rapi, tepat menutup sempurna pintu itu.
"Tadinya kami berlalu lalang di sini tak menyadari apapun. Sampai saat salah satu dari kami merasakan kejanggalan, karena ada sapu yang terjatuh dari gantungan, tanpa ada yang menyentuhnya." lapor Dong Gook Jin, ketua polisi patroli.
"Baiklah. terimakasih." jawab petugas Han mengerti bagaimana kira-kira situasinya.
"Keadaan sebelum kami buka, sudah kami potret, dan akan kami kirimkan ke no ponsel ketua." kata ketua tim patroli itu lalu merogoh ponsel di sakunya.
"Baiklah, terimakasih. Akan kami tangani sisanya." sahut ketua Han sambil masuk menuju ruangan gelap itu, setelah petugas Ahn membuka pintu dan memeganginya.
"Karakternya seperti pintu ruang brangkas di bank." gumam petugas Ahn."
"Hmm.... " sahut singkat ketua Han.
Kedua penyidik itu perlahan menuruni tangga, dengan menyalakan senter dari ponselnya. Ketua Han di depan, dan petugas Ahn mengikutinya. Sesekali keduanya mengarahkan penerangan ke segala arah, untuk mengetahui bagaimana kondisi ruang bawah tanah itu.
Ketua Han menemukan sebuah saklar yang tertempel di dinding, dan berhasil menyalakan lampu.
"Ruangan apa ini? hanya seperti dapur biasa." gumam petugas Ahn.
"Perhatikan detailnya." kata ketua Han berjalan mendekati wastafel tempat mencuci piring kotor di samping rak- raknya.
Petugas Ahn menuju arah lain.ia melihat-lihat sisi kiri yang hanya seperti ruangan untuk menonton tv.
"Senjata pembunuhan, sepertinya berasal dari sini!" seru ketua Han.
Mendengar itu, petugas Ahn segera menghampiri ketua Han.
"Pisau! Hilang satu." seru ketua Han sambil menunjuk rak set pisau di wastafel.
"Ada pintu disana! Mungkin menuju tempat lain." petugas Ahn pun melaporkan apa yang dilihatnya.
"Sebentar! Aku harus memanggil forensik untuk menyelidiki ini juga." ketua Han mengirimkan pesan pada tim forensik yang masih bekerja keras di TKP atas.
Setelahnya, kedua petugas penyidik itu, membuka pintu yang terlihat seperti pintu kamar mandi. Dan benar tebakan petugas Ahn, ada ruangan lain di sana.
"Ada apa ini?" ketua Han tampak terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Ruangan itu penuh dengan layar-layar komputer. Dengan sebuah meja besar melengkung, dan ada tiga kursi.
Ketua Han menghidupkan salah satu komputer. Betapa terkejutkannya kedua petugas polisi itu, layar-layar disana digunakan sebagai pemantau seluruh situasi dalam rumah Hang Dong Seok.
Yang lebih mengejutkan, satu layar menunjukkan situasi gelap hutan belakang rumah Tama.
"Pantas, mereka selalu bisa mendahului kita." gumam petugas Ahn.
"Berarti ada pintu lain untuk melarikan diri ke suatu tempat,atau sembunyi, tetap waspada." kata ketua Han.
"Ah, benar juga ketua. Jika pintu keluar hanya satu, mereka tak mungkin bisa lolos secepat ini." sahut petugas Ahn.
"Kita harus temukan!" seru ketua Han menyusuri seluruh ruangan bawah tanah.
Namun tampaknya tak mudah menemukan apa yang mereka cari. Tak ada lagi pintu. Ketua Han memukul-mukul setiap inci dari dindingnya, sedangkan petugas Ahn menggeser-geser perabot dan membuka karpet lantai, berharap menemukan pintu yang mereka cari.
setelah sekitar 30 menit mencari, namun tak menemukan apapun, petugas Ahn dan petugas Han duduk sejenak di sofa tepat di bawah tangga.
"Total luas ruang bawah tanah ini, sepertinya sedikit melebihi dari total luas halaman belakang." celetuk petugas Ahn.
"Benar. Dari perhitunganku, sepertinya luas ini mencapai ke hampir separuh hutan di belakang rumah ini." ketua Han menyetujui pemikiran petugas Ahn.
Tapi, sepertinya luas ini mengarah ke sisi lain."
Baru beberapa detik ketua Han merebahkan punggung pada senderan sofa, ia merasakan sesuatu yang sangat samar.Ketua Han fokus dan memperhitungkan lagi prediksinya.
"Ketua... Kau merasakan itu?" bisik petugas Ahn.
Entah kenapa petugas Ahn berbicara berbisik. Seakan petunjuk samar ini mengharuskan mereka untuk fokus. Sementara itu ketua Han hanya menjawabnya dengan mengangguk.
Ternyata keduanya merasakan hembusan dan aroma angin segar dari arah belakang mereka. Aroma bunga mawar segar pun sangat kuat dan semakin kuat.
Tanpa suara, keduanya segera bangkit dan mencari dari mana celah kecil yang bisa ditembus angin dari luar untuk masuk ke ruangan bawah tanah itu.
Katua Han mengetuk-ngetuk dinding di belakang tempat mereka tadi duduk. Perbedaan tekanan suara yang dihasilkan dari ketukan, menandakan perbedaan ketebalan dinding atau papan yang diketuk.
Petugas Ahn melakukan hal yang sama. Namun cara ini tak berhasil menemukan pintu keluar. Kedua petugas penyidik itu tak habis akal. Petugas Ahn kembali duduk di tempatnya tadi, merasakan lagi hembusan angin segar, lalu melangkah lurus mengikuti arah angin.
Ketua Han menatap serius pada petugas Ahn. Memperhatikan dengan seksama. Dan benar! Petugas Ahn mampu menemukan celah yang sangat tipis, tempat aliran angin berasal.
Ketua Han mengeluarkan dompetnya, mengambil sebuah kartu kreditnya, lalu menyisipkan pada celah yang sangat samar, dan hampir tak terlihat itu.
Ketika kartu kredit ketua Han berhasil masuk dalam celah, kedua petugas penyidik itu tersenyum lebar, dan bernafas lega.
Keduanya mendekatkan wajah ke celah, aroma wangi bunga mawar sangat kuat dari arah luar. Keduanya berusaha mencari bagaimana cara membuka pintu yang menurut mereka memang dibuat setebal dinding, untuk menyamarkan keberadaan pintu itu.
Namun setinggi dan telitinya pelaku kejahatan, akan ada satu kecerobohan yang mereka lakukan. Kecerobohan kecil ini cukup membantu penyidik untuk mencari petunjuk siapa komplotan ini.
...****************...
To be continue....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
ramanda
lalu siapa yang membangun keseluruhan ruangan bawah tanah itu ? dan penginstalasian perangkat canggihnya ?
2024-10-11
0
Kustri
wuiiih keren nih
2024-06-12
0
🤎🍁𝔃𝓾𝓷𝓲𝓪❣️❀∂я
wah makin seru ceritanya bikin gereget juga
2024-05-31
0