PUKUL 13.58
Seluruh team tiba di rumah sakit. Dua petugas yang terluka, yaitu petugas Kwang Hee dan petugas Min Seok mendapatkan penanganan selayaknya.
"Apa hanya menurutku saja? rasanya tersangka kita sangat dekat." petugas kata petugas Kwang Hee.
"Insting bisa lebih tajam dari senjata apapun. Kita tidak bisa mengabaikan semua kemungkinan." jawab petugas Han.
"Haruskah kita mencurigai semua orang?" petugas Dak Ho pun membuka suara.
"Bukan mencurigai, tapi waspada." jawab petugas Kwang Hee
"Waspada juga mereka ingin memecah belah kita." petugas Ahn menambahkan.
"Benar juga. Mereka ingin kita saling mencurigai." kata petugas Dak Ho.
"Tapi yang kita alami hari ini terlalu terlihat mencurigakan."petugas Kwang Hee tampak gusar.
"Anggap saja hari ini kita sial, sampai harus kehilangan semua petunjuk tentang mereka." ketua Han menengahi.
"Aku bahkan merasa tak tenang jika menginap di rumah sakit." petugas Min Seok pun merasa tak tenang.
"Aku pun merasa kita diawasi." petugas Ahn menambahkan.
"Jangan cengeng. Kenapa harus takut." kata ketua Han.
"Benar! Kita punya Auman harimau. Kenapa harus merasa takut. Hahahah...." kelakar petugas Dak Ho.
Semua petugas memiliki pemikiran masing-masing. Rasa curiga mulai tumbuh dalam benak masing-masing. Semua mulai saling mengawasi gerak-gerik rekan mereka.
Setelah selesai mengantar kedua rekan mereka yang terluka periksa ke dokter, mereka membubarkan diri. Ketua Han mengantar petugas Kwang Hee pulang untuk istirahat.
Sedangkan petugas Dak Ho dan petugas Ahn mengantar Min Seok.
.
.
Esok hari selanjutnya...
JUMAT, 20 MARET 2020.
PUKUL 09.00 PAGI.
"Semua team merapat ke kantor. Ada hal penting."
ketua Han mengirimkan pesan pada semua rekannya. Kecuali dua petugas yang sedang terluka.
Semua petugas yang tadinya masih terpencar di beberapa tempat, segera berkumpul di kantor tepat 10 menit setelah pesan ketua Han masuk.
"Uji lab kaca yang ditemukan petugas Ahn sudah keluar." kata petugas Ahn sambil menyiapkan papan untuk tempat menganalisis.
"Ada DNA dan sidik jari asing. Mungkin ini salah satu komplotan Hoodie hijau." petugas Han menjelaskan. "Park Nam Ji, usia 25. Atlet renang." kata petugas Han.
"Wah, hampir masuk akal. Postur tubuh Hoodie hijau yang ku kejar mendekati klasifikasi atlit itu." kata petugas Dak Ho. "Aku pernah bertemu dengannya, kurang lebih postur tubuhnya mirip dengan yang kukejar "
"Hoodie hijau yang ku kejar sangat samar. Aku sama sekali tidak bisa mengambil kesimpulan satu saja ciri khusus." petugas Han seakan kecewa dengan dirinya sendiri.
"Kita simpan satu nama. Aku akan menyelidiki Park Nam Ji." kata petugas Dak Ho.
"Park Nam Ji, tidak lagi terdaftar jadi atlet. Lima bulan lalu dia dikeluarkan dari Serikat atlet karena melakukan penyerangan intern." petugas Ahn jae Wook memperlihatkan informasi yang ia dapat dari internet di layar komputernya.
"Tidak ada laporan mengenai hal ini." kata petugas Dak Ho.
"Sudah diselesaikan intern di dalam assosiasi para atlet." kata petugas Han.
"Ketua sudah tahu hal itu?" tanya petugas Ha Yoon.
"Waktu itu ada di TKP. Aku jadi tamu undangan peresmian ketua assosiasi yang baru. Namun sepertinya kesalahpahaman pribadi memicu perselisihan diantara para atlet pendukung dua kubu kandidat ketua. Dan terjadilah sedikit keributan."
"Tapi kenapa hanya Park Nam Ji yang terkena skors? Sampai harus di keluarkan dari daftar atlet?" petugas Bae bertanya.
"Yang aku dengar, itu bukan pertama kalinya dia melakukan kekerasan terhadap sesama atlet." jawab petugas Han.
"Waaaaah... Mulai ada titik terang. Aku akan bergerak mengikuti petugas Dak Ho." kata petugas In Hae.
"Petugas Ahn, kita kembali ke TKP, masih ada yang mengganjal di pikiranku. Juga petugas Ha Yoon, aku membutuhkanmu." kata petugas Han.
"Baik, ketua." petugas Ha Yoon yang cantik dan petugas Ahn yang gagah kompak menjawab.
Petugas Ahn tak pernah lepas dari petugas Han. Mereka sudah berpasangan sejak dua tahun lalu. Seakan sudah saling memahami, keduanya bekerjasama memecahkan kasus dan menyusur TKP dengan insting yang sangat tepat.
"Petugas ill Hwa dan petugas Bae menyisir sekitar perumahan, mencari petunjuk cctv. Ambil semua kemungkinan." kata ketua Han.
"Siap ketua!" petugas ill Hwa dan petugas Bae Ha Eun tak kalah kompak menjawab instruksi dari ketua mereka.
Semua petugas penyidik mempersiapkan diri untuk melanjutkan penyelidikan lagi hari itu. Semua mulai bersiap di pos masing-masing sesuai arahan ketua Han. Namun, baru saja mereka hendak berangkat,...
JUMAT PUKUL 09.37
Telepon di beberapa meja petugas berdering bersamaan. Sontak membuat mereka yang sudah bersiap pergi, dan sudah berjalan sampai ke pintu kantor, menoleh dan saling pandang beberapa saat.
"Kenapa diam saja! Angkat itu semua."kata petugas Han sambil berjalan menuju salah satu meja.
Semua petugas dibuat kerepotan mengangkat telepon mana yang berdering, karena semua meja petugas ada satu pesawat telepon. Dan semua berdering bersamaan.
Semua menggeleng dan saling pandang. Tak ada sahutan dari seberang.
"Telepon iseng." kata ketua Han. "Kita lanjutkan saja penyelidikan."
"Baik." sahut petugas lain
Namun saat semua kembali berjalan meninggalkan kantor, satu pesawat telpon utama kembali berdering. Petugas Han memberi isyarat pada petugas Dak Ho agar mengangkat telepon perlahan, sementara petugas Han menyalakan perangkat penyadap agar dengan cepat mengetahui identitas penelepon.
"Pemilik rumah ditemukan tewas dengan luka tusukan di dada. Sedangkan istrinya melompat dari lantai dua, tewas seketika dengan luka di kepala karena terbentur pinggiran pot yang terletak di dekat kolam."
Laporan dari petugas polisi setempat, dan membuat seluruh team menggertakkan gigi.
"Apalagi ini!!" seru petugas Dak Ho menyambar topinya di meja, lalu bergegas mengikuti yang lain menuju TKP.
"Petugas Mi sun, nyalakan sistem satu!" seru ketua Han sambil bergegas meninggalkan kantor.
"Siap, Ketua!" jawab petugas Mu sun dengan sigap.
Petugas Jeon Mi Sun, adalah salah satu petugas perempuan yang berjaga di kantor hari itu. Dia bertugas stand di kantor sebagai petugas jaga sekaligus mengurusi beberapa administrasi pengunjung dan peralatan kantor.
Sistem 1 yang dimaksud ketua Han adalah sistem pelacak dan penyadap pada pesawat telepon kabel di seluruh kantor. Jadi ketika ada telepon iseng atau telepon yang bertujuan tidak baik, akan dengan mudah di ketahui berasal dari mana panggilan tersebut.
Hal itu akan membantu mempermudah penyelidikan, sehingga tidak menghabiskan banyak waktu. Namun terkadang karena pelaku kejahatan juga lebih lihai dan sangat mengerti teknologi, tak jarang para petugas penyidik kehilangan jejak sebelum berhasil menemukannya.
Seluruh petugas penyidik bergegas menuju kembali ke TKP di rumah mewah, milik Hong Dang Seok. Laki-laki berusia 42 tahun, beristri Nam See Myun usia 36 tahun. Memiliki seorang putri berusia 9 tahun. Bernama Hong Areum.
PUKUL 10.18
Petugas forensik sudah tiba terlebih dahulu. Selang 15 menit kemudian, tim ketua Han sampai di TKP.
"Apa yang terjadi?" petugas Ha Yoon mengernyitkan dahi dan membantu menyisir lokasi.
Kamar tempat TKP sangat berantakan. Pecahan kaca berserakan. Semua benda yang terbuat dari kaca pecah berantakan, jejak darah berceceran di hampir seluruh kamar.
Lemari kaca, cermin, beberapa benda antik dari kaca, meja kaca, dan seluruh kaca jendela hancur berantakan.
Petugas Han memijat dahinya, mengenakan sarung tangan lateks, dan mulai menyisir semua hal di dalam kamar itu.
"Dimana putri pemilik rumah?" celetuk petugas Ahn.
Semua orang saling pandang, seakan tak menyadari ketidakhadiran putri si pemilik rumah.....
...****************...
To be continue.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨Pemecah Regulasi୧⍤⃝🍌
Wah... ini kalo di dunia nyata duit hilang weh 🤣
2024-06-26
0
𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ
makin rumit ini malah ada yang mati lagi...makin banyak korban...
2024-06-03
0
🤎🍁𝔃𝓾𝓷𝓲𝓪❣️❀∂я
kan jadi saling curiga wah bisa buyar semua tuh petugas yg ada saling salahin jg
2024-05-31
0