JUMAT, pukul 10.20
Dalam perjalanan petugas Dak Ho dan petugas In Hae mendekati praduga Park Nam ji.
"Harus dimulai darimana ini?" tanya petugas In Hae sambil mengunyah permen karet.
"Bagaimana kalau kita ke kantor assosiasi atlit dulu. Kita gali dari akar." sahut petugas Dak Ho tetap fokus dengan kemudinya.
"Kita manfaatkan ketegangan dua kubu pendukung ketua assosiasi atlet, seperti kata ketua Han." petugas In Hae menambahkan.
"Tepat! Itu juga yang kupikirkan."
Para penyidik didikan ketua Han memang bukan kaleng-kaleng. Pekerjaan mereka, kekompakan mereka, tidak perlu diragukan lagi.
Pola pikir, kemampuan analisis, pendekatan penyelidikan memang berbeda tiap individu petugas. Namun cara kerja mereka, sangat kental mengikuti jejak sang Auman harimau.
"Ada apa itu, macet sekali di depan?" petugas In Hae memperhatikan situasi jalan raya.
"Aku akan menepi,kita lihat apa yang terjadi." sahut petugas Dak Ho.
Kemacetan cukup panjang, bunyi klakson mobil-mobil yang tidak sabar, menimbulkan keributan dan memperparah kemacetan.
Petugas Dak Ho dan petugas In Hae segera turun tangan, setelah berhasil menepikan mobilnya.
Terlihat sebuah pohon tumbang yang menutupi seluruh badan jalan. Beberapa petugas pemadam sedang mengatasinya. Namun, karena pohon yang terlalu besar, beberapa alat diturunkan untuk membantu proses pembersihan.
Tak lama petugas polisi patroli lalu lintas pun datang, dan membantu proses pembersihan. Begitu juga dengan kedua petugas penyidik, tak mau tinggal diam, dan segera membantu.
"Tidak ada potongan jalan untuk mengalihkan arus kemacetan. Sebaiknya selesaikan dulu setidaknya setengah badan jalan." kata petugas patroli pada ketua tim damkar di lapangan.
"Begitu yang akan kami lakukan. Mohon memberi penjelasan pada mobil2 di belakangnya. Mereka terlalu berisik membunyikan klakson." sahut ketua tim lapangan damkar.
"Akan kami lakukan! Kalian cukup berusaha membuka jalan saja." sahut petugas In Hae sambil menunjukkan identitas mereka.
"Terima kasih petugas!" sahut petugas patroli lalu lintas.
Petugas In Hae dan petugas Dak Ho memberikan informasi hal yang terjadi di depan dari satu mobil ke mobil lainnya.
"Tok ..tok..tok..." petugas Dak Ho mengetuk kaca sebuah mobil yang tampak cukup tenang menikmati kemacetan. Namun tak ada sahutan dari dalam mobil.
Dari kaca depan, penyidik Dak Ho sekilas melihat, pengemudi mobil mengenakan masker hitam, kacamata hitam dan memakai topi baseball berwarna hijau.
"Mohon bersabar! Ada pohon tumbang di depan. Petugas damkar sedang membereskannya!!" terimakasih petugas Dak Ho tak peduli dengan respon para pengemudi.
"Siap, terimakasih!" banyak juga yang menjawab teriakan dua petugas penyidik itu, ada yang mengacungkan jempol dan senyuman lebar, ada yang memberikan isyarat mengatupkan kedua tangan. Ada juga yang tampak sabar, tak menyahut ataupun membuka jendela.
PUKUL 10.38.
Separuh jalan sudah bisa kembali dibuka. Petugas polisi lalu lintas mulai mengatur agar mobil tertib bergantian melaju. Di belakang, petugas Dak Ho dan petugas In Hae membantu menertibkan barusan mobil.
"Dua mobil itu, tampak tak biasa." ucap petugas In Hae.
"SUV putih nopol XX212 dan sedan hitam nopol XX412?" sahut petugas Dak Ho.
"Ah, kamu juga memikirkan hal yang sama?"
"Terlalu terlihat aneh dibanding yang lain.diketuk mobilnya pun, tak menyahut."
"Hanya dua mobil itu yang tak menjulurkan kepalanya memang." petugas In Hae ternyata juga memperhatikan hal sepele itu.
"Kita terlalu jeli dengan hal-hal yang seharusnya tidak perlu kita pikirkan.Hahahah...." kelakar petugas Dak Ho sambil memasuki dalam mobil.
"Sepertinya insting kita aktif di tempat yang salah. Hahahah..."
Kedua petugas tertawa sejenak, menertawai kelakuan mereka lalu melanjutkan penyelidikan.
PUKUL 11.05
Petugas Dak Ho dan petugas In Hae tiba di kantor assosiasi atlet.
"Kami petugas penyidik, bisa bertemu dengan ketua assosiasi?" kata petugas Dak Ho pada resepsionis sambil menunjukkan identitasnya.
"Tunggu sebentar, Pak." jawab resepsionis.
Resepsionis cantik itu meneruskan informasi kepada assisten sang ketua.
"Ketua sedang ada rapat, mohon menunggu 10 menit terlebih dahulu, pak." ucap bagian resepsionis itu pada kedua petugas penyidik.
"Baiklah. terimakasih." jawab petugas Dak Ho.
Mata elang kedua petugas penyidik itu tak henti menelisik setiap inci detail di lobi utama itu. Di sana, berjajar foto-foto para atlet yang mereka jaga. Poto berukuran besar, tertempel rapi di dinding lobi. Tak ada yang aneh. Semua tampak normal dan baik-baik saja.
"Aku ngantuk." kata petugas In Hae sambil menguap kecil.
"Benar. Aku terus memikirkan tentang hutan waktu itu, tidurku pun tak bisa nyenyak." sahut petugas Dak Ho.
"Meski sebentar, menunggu itu sangat menyebalkan." petugas In Hae berusaha melawan kantuk.
"Benar. Seharusnya tadi kita beli kopi dulu." petugas Dak Ho menyandarkan punggung dan kepalanya di sofa dan menengadahkan kepalanya keatas.
Saat itulah, pandangan matanya tepat bertemu dengan pandangan seseorang yang berdiri di lantai tiga, melongok ke lobi. Namun seseorang itu langsung menarik diri dan bersembunyi.
Petugas Dak Ho segera bangkit karena terkejut. Ia mendongak ke atas berharap masih bisa melihat sekelebatan orang tadi.
"Ada apa?" petugas In Hae ikut bangkit dan melihat ke atas, meski belum paham apa yang terjadi.
"Sssssshhh... Entahlah. Aku seperti melihat sesuatu." sahut petugas Dak Ho sedikit tak yakin.
"Tidak ada apa-apa. Hanya karyawan dan atlet yang berlalu lalang." kata petugas In Hae.
"Ah, benar. Mungkin aku salah lihat." petugas Dak Ho kembali duduk di sofa menyandarkan punggung dan kepala, diikuti petugas In Hae.
Lalu dari dalam lift yang tak jauh dari tempat duduk kedua petugas itu, keluarlah segerombolan orang rapi mengenakan setelan jas.
petugas Dak Ho dan petugas In Hae memperhatikan wajah-wajah angkuh yang berpakaian rapih itu.
"Maaf, pak. Boleh silahkan naik ke lantai lima. Ketua Kyu menunggu di kantornya." resepsionis memanggil dua petugas penyidik.
Petugas In Hae dan petugas Dak Ho segera naik sesuai arahan resepsionis. Di dalam lift, mereka hanya berdua. Tak ada lagi kalimat dari kedua mulut penyidik itu.
Sesampai di lantai tiga, mereka disambut oleh asisten ketua Kyu.
"Selamat datang, silahkan masuk." ramah tamah asisten ketua Kyu.
"Selamat datang petugas Dak Ho!" seru ketua Kyo lantang menyambut dua penyidik.
"Oh, jadi kamu ketua assosiasi atlet." petugas Dak Ho tampak mengenal baik ketua Kyu.
"Benar kawan! Ternyata kamu masih ingat."
"Bagaiman aku bisa melupakan orang yang pernah membakar kendaraan orang lain?!" kalimat petugas Dak Ho berubah dingin dan sedikit kasar.
"Ayolah kawan,,,, itu hanya masa lalu kenakalan remaja. Sekarang aku tidak lagi seperti itu." ketua Kyu berjalan mendekati dua penyidik sambil merentangkan kedua tangan.
Sementara petugas In Hae tampak kebingungan, matanya tak henti bolak-balik memperhatikan rekannya dan juga ekspresi ketua Kyu.
"Siapa ketua Kyu ini?" gumam petugas In Hae dalam hati. "membakar mobil? kenakalan remaja?" petugas In Hae masih berusaha fokus dan memahami kondisi.
...****************...
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
ramanda
di lantai tiga atau di lantai lima ?
2024-10-11
0
🤎🍁𝔃𝓾𝓷𝓲𝓪❣️❀∂я
🙄 insting mereka sangat bagus 😴 aku kok curiga mq 2 mobil itu lg awasin mereka
2024-05-31
1
🪐🦁§͜¢◌ᷟ⑅⃝ͩ●ⁿᶦᵗᵃᴸᵉᵉ●⑅⃝ᷟ◌ͩ🍁❣️
bagus setiap tim harus memiliki kemampuan yang berbeda agar mereka saling mendukung untuk memecahkan semua
2024-05-31
1