[REVISI]
.
.
.
Sesuai yang dikatakan Chandra, tepat pukul 07.00 2 tukang datang untuk membuat dapur di rumah "kidul". Mamak sendiri yang mencari tukang tersebut dan membeli meja serta kursi makan yang akan diletakkan di ruang makan. Mamak juga berpesan jika mereka berbelanja nanti, sekalian membeli perabotan yang sekiranya akan Qiana pakai. Untuk panci dan lain-lain Mamak memiliki banyak, nanti akan dipindahkan jika dapurnya sudah siap.
Pukul 08.00, Chandra membawa Qiana ke kota menggunakan mobil sedan milik Bapak. Sebenarnya jika ke kota lebih praktis menggunakan motor untuk menghindari kemacetan, Chandra membawa mobil karena ingin mengajak Qiana sekalian berbelanja dan tidak memungkinkan membawa belanjaan di motor.
Destinasi pertama yaitu Malioboro. Chandra memarkir mobilnya di parkiran Malioboro Mall yang kebetulan masih sepi saat itu. Setelah memarkirkan mobil, Chandra membawa Qiana masuk ke dalam Mall.
Keduanya berjalan beriringan sambil melihat-lihat apa yang mungkin akan mereka beli. Karena merasa lelah, Qiana meminta Chandra untuk berhenti sebentar. Kebetulan posisi mereka saat ini dekat dengan food court, Chandra memutuskan untuk memesan makanan dan minuman di sana.
"Mas sudah lapar?" tanya Qiana yang bingung mengapa suaminya memesan makanan berat.
"Kamu tadi hanya makan sedikit. Tidak cocok masakan Mamak, ya?"
"Maaf, Mas. Aku tidak begitu suka makanan yang manis seperti gudeg." Qiana merasa bersalah
“Aku tahu, kamu suka cita rasa asin dan pedas seperti yang kamu masak di Rembang. Makanya, aku bawa kamu makan, takutnya nanti aku dikira tidak memberi kamu makan.”
“Tidak seperti itu juga, Mas.” Qiana menggelengkan kepalanya.
Seperti yang dikatakan suaminya, rasa masakan Mamak dan Erna cenderung manis dan tidak cocok di lidahnya. Cita rasa makanan manis membuatnya merasa enek karena ia terbiasa dengan masakan dengan cita rasa asin dan pedas. Bahkan gudeg masakan khas Jogja saja ia tidak begitu menyukainya. Ia akan makan gudeg jika disandingkan dengan oseng mercon. Ia tidak menyangka jika sang suami memperhatikannya.
"Tak apa. Bersabarlah, nanti setelah dapur selesai kamu bisa memasak masakan yang biasa kamu masak." Chandra juga mengatakan jika Bapak pasti akan menyukai masakan Qiana nantinya, karena beliau pernah bekerja di kota Pati dulu dan beliau menyukai masakan seafood di sana.
Qiana mengangguk dengan ceria, suaminya benar-benar selalu mendukungnya. Tiba-tiba ponsel Qiana berdering memperlihatkan nama Almira di sana. Qiana izin untuk mengangkat panggilan tersebut yang langsung mendapatkan anggukan Chandra.
“Maaf, Mir. Aku tidak sempat mengerjakan tugas kamu. Sekarang aku sedang ada di Jogja.” Jawab Qiana setelah salamnya dijawab oleh Almira.
“Kapan kembali?”
“Belum tahu. Aku sekarang ikut suamiku, Mir.”
“What?” Almira yang berada di ujung sambungan berteriak tidak percaya Qiana menyebut kata suami, sampai-sampai membuat Qiana menjauhkan ponsel dari telinganya.
“Aku sudah menikah 3 hari yang lalu, jangan bertanya mengapa tidak memberi kabar! Aku menikah tidak membuat acara.” Ucap Qiana untuk mencegah Almira menanyakan lebih lanjut tentang pernikahannya.
“Oke.. Oke.. Tapi tolonglah tugasku, Na! Masih ada 5, aku tidak sempat mengerjakannya.”
“Kirim email, nanti aku bantu kerjakan jika ada waktu!” setelah mengatakannya, Qiana menyudahi panggilannya.
“Tugas apa, Dek?” tanya Chandra yang sedari tadi mendengarkan percakapan istri kecilnya.
“Tugas kuliah, Mas. Sebenarnya, selama aku bekerja, aku juga mengerjakan tugas kuliah beberapa temanku. Awalnya aku hanya membantu, tetapi Almira yang hamil dan kemudian melahirkan tidak sempat mengerjakan tugas-tugas kuliahnya memintaku mengerjakannya dan memberikan komisi. 50 ribu rupiah per tugasnya atau tergantung kesulitan tugasnya.” Jelas Qiana.
"Jadi, itu alasannya kamu memiliki uang lebih dalam memenuhi kebutuhan rumah?" tanya Chandra yang memang sudah penasaran sedari lama.
"Tidak hanya itu, Mas." kata Qiana malu-malu, membuat Chandra semakin penasaran.
“Ada lagi?”
“Selain mengerjakan tugas kuliah beberapa orang, aku juga jual design di situs online.” Qiana meringis.
“Uang yang aku dapat dari mengerjakan tugas kuliah bisa mencapai 150 – 200 ribu rupiah dalam seminggu, tetapi itu hanya berlangsung selama masa perkuliahan dan sebelum ujian. Jadi, untuk mendapatkan uang tambahan, aku menjual design di situs online yang bisa menghasilkan sekitar 150 ribu rupiah per designnya.” Imbuh Qiana.
“Bagaimana cara kamu mengerjakan itu semua?”
“Setiap hari minggu, Mas. Dengan alasan libur, aku pergi ke warnet. Aku bisa sampai 8 jam di warnet jika tugasnya sulit atau banyak. Sewa per jamnya 5 ribu rupiah, rata-rata bisa sampai 40 ribu rupiah, makan dan minum 15 – 20 ribu rupiah, aku masih untung. Terkadang sewa warnetnya gratis.” Terang Qiana sambil tersenyum.
"Gratis?" tanya Chandra tidak percaya.
"Ya Mas, soalnya yang punya Mas Alfin."
"Siapa Alfin?" Alarm Chandra seketika berbunyi mendengar nama laki-laki disebut oleh istri kecilnya.
"Mas Alfin itu kenalan ku dari sejak SMP. Kenalnya dulu karena apa ya? Aku lupa, Mas." Chandra bisa melihat tidak ada perasaan apa-apa di ucapan Qiana, ia pun bisa tenang.
Tetapi ia tetap janggal dengan Alfin yang tidak mengenakan biaya kepada Qiana sepeser pun. Secara warnet saat ini mengalami kemunduran karena perkembangan teknologi dan harga laptop atau ponsel yang bersaing. Jika tidak mengenakan biaya rata-rata Qiana sebesar 40 ribu rupiah, apakah pendapatannya tidak terpengaruh. Apakah Alfin tahu jika Qiana sudah menikah?
"Apakah aku yang terlalu sensitif?" batin Chandra.
Qiana sudah siap untuk melanjutkan jalan-jalan mereka, tetapi Qiana mengatakan jika ia tidak ingin jalan-jalan di Mall. Chandra tahu istri kecilnya pasti memikirkan harga yang sedari tadi membuatnya enggan memilih barang, ia hanya tersenyum. Akhirnya ia mengajak Qiana ke Pasar Beringharjo yang tidak jauh dari Mall menggunakan becak, karena takut Qiana akan kelelahan.
Sampai di Pasar Beringharjo, Qiana yang tidak terbiasa dengan sistem tawar-menawar pun hanya mundur teratur dengan harga yang ditawarkan oleh penjual. Melihat hal tersebut, Chandra pun turun tangan. Ia yang membimbing Qiana, mulai dari kios gamis, hijab, daster, pakaian kasual, sampai pakaian dalam, Chandra yang melakukan proses tawar-menawar dan membayar semua belanjaan yang di pilih oleh istri kecilnya.
Tidak terasa tangannya kini penuh dengan barang belanjaan Qiana. Ketika ia menoleh, ia tidak menemukan sang istri yang tadinya berada di sebelahnya. Ia pun kembali ke kios terakhir yang mereka kunjungi, tetapi tidak menemukan Qiana di sana. Sampai saat ia melewati beberapa kios, barulah ia menemukan istri kecilnya yang sedang berada di kios pakaian laki-laki.
Chandra sengaja tidak mendekat, ia ingin melihat apakah istri kecilnya sudah belajar menawar harga darinya. Sayangnya Qiana tidak menawar pakaian yang ia beli untuk suaminya, ia hanya meminta diskon karena telah membeli beberapa potong kepada penjual yang akhirnya memberikan potongan harga 20% dari total pembayaran Qiana.
"Kenapa tidak di tawar?" tanya Chandra yang penasaran dengan jawaban Qiana.
"Astagfirullah, Mas. Kenapa muncul tiba-tiba?" Qiana terkejut dengan kehadiran Candra di belakangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Ari Peny
seru ceritanya ttg org biasaa bkn ttg ceo atau konglomerat
2024-08-20
5
Yani
Seru
2024-06-07
1
Nur Hafidah
lanjut
2024-05-22
2