[REVISI]
.
.
.
Raffi adalah sepupu Mbak Shinta yang secara tidak sengaja bertemu dengan Qiana saat acara pernikahan Mbak Shinta. Saat itu Qiana diminta menjadi "Putri Domas" bersama dengan adik Raffi dan 2 orang temannya. Qiana awalnya menolak karena Ibu Ningsih tidak terlalu suka dirinya berhubungan dengan Mbak Shinta. Menurut beliau, Mbak Shinta memberi Qiana pengaruh buruk.
Entah buruk yang seperti apa yang dimaksud oleh Ibu Ningsih, tetapi Qiana tetap berhubungan baik dengan Mbak Shinta karena menurutnya baik-baik saja. Bahkan kedua orang tua Mbak Shinta menerimanya dengan baik. Setelah berdebat kecil dengan Ibu Ningsih, Qiana bersedia menjadi "Putri Domas" karena Mbak Shinta yang memohon untuk acara satu kali seumur hidupnya. Qiana bahkan rela melepas hijabnya kala itu.
Ketika Qiana akan pulang setelah acara pernikahan, Raffi menawarkan diri untuk mengantarkan Qiana pulang. Qiana yang awalnya enggan tidak bisa menolak karena kedua orang tua Mbak Shinta juga mendukung. Mereka mengkhawatirkan Qiana yang pulang terlalu larut, takut tidak mendapat bus untuk pulang. Mau tak mau Qiana menerima tawaran Raffi.
Singkat cerita, sejak hari itu Raffi menjadi rajin menjemput Qiana saat pulang sekolah. Tentunya saat dirinya sedang berada di rumah, karena Raffi adalah awak kapal yang pergi "Miyang" selama kurang lebih 20 hari di laut. Setiap ada waktu selama seminggu, Raffi akan menjemput Qiana dan mengantarkannya pulang. Qiana yang merasa tidak sungkan, hanya mengikuti arus dan tak jarang ia membuat alasan untuk menghindar.
Sampai suatu ketika, Raffi mengungkapkan perasaannya kepada Qiana. Qiana bermaksud untuk bercerita kepada sang Ibu, tetapi justru mendapat tentangan dari Ibu Ningsih. Menurut beliau, orang yang pekerjaannya "Miyang" tidak bisa lepas dari yang namanya minuman keras. Selain itu beliau juga tidak menyukai Raffi karena gayanya yang terkesan seperti preman.
Tetapi yang membuat Qiana menolak Raffi adalah keinginannya untuk lanjut kuliah karena Raffi menginginkan mereka menikah setelah Qiana lulus. Jelas tolakan Qiana tidak berefek kepada Raffi dan tetap kekeh akan mengejar Qiana. Ia bahkan akan mendukung Qiana jika ia memang ingin berkuliah. Setelah mengungkapkan perasaanya, Raffi pun berangkat "Miyang".
Sayangnya "Miyang" nya kali ini tidak berjalan mulus. Hari ke 20 yang seharusnya mereka kembali, kapal mereka mengalami kebocoran karena menabrak karang ketika menghadapi badai. Mereka terpaksa menunda kepulangan hingga tepat satu bulan setengah mereka baru bisa pulang. Seluruh keluarga awak kapal yang mengira mereka tidak pulang sangat senang dengan kepulangan mereka meskipun mereka tidak membawa pulang hasil "Miyang". Kepulangan mereka pun dirayakan dengan meriah hingga Raffi yang dalam keadaan mabuk mengatakan ingin menjemput Qiana.
Qiana yang tidak mengetahui jika Raffi menjemput, sudah pulang terlebih dahulu. Nahasnya, Raffi mengalami kecelakaan tepat di depan sekolah Qiana yang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit. Berhubung rumah sakit di Rembang tidak bisa menangani, Raffi di rujuk ke Rumah sakit yang ada di kota Pati.
Mbak Shinta mengatakan jika Raffi mengalami koma akibat benturan di kepalanya. Ketika izin ingin menjenguk, Ibu Ningsih menolaknya mentah-mentah. Qiana tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa titip salam dan mendoakan Raffi dalam sholatnya. Tetapi takdir berkata lain. Seminggu lamanya Raffi dirawat di rumah sakit, ia sempat sadar sebentar untuk menyebut nama Qiana dan tak lama kemudian meninggal.
Qiana yang mendapat kabar jika Raffi meninggal segera pergi ke rumah Mbak Shinta, ia sampai izin dari sekolah untuk melayat. Kepergian Raffi membuat Neneknya tidak bisa menerima kenyataan hingga menyalah Qiana sebagai penyebab kematian Raffi. Untungnya kedua orang tua Raffi dan keluarga yang lain tidak berpikir demikian karena Qiana mengatakan jika dirinya tidak tahu menahu tentang Raffi yang ingin menjemputnya. Ia tahu kejadian yang menimpa Raffi dari Mbak Shinta.
Beberapa orang menggunjing Qiana. Mbak Shinta yang saat itu sedang hamil muda sampai pingsan saat menangisi kepergian Raffi. Qiana sendiri seperti merasa kehilangan, seperti ada penyesalan, dan perasaan yang campur aduk. Ia tidak tahu perasaannya saat itu apa, ia hanya bisa menafsirkan jika itu adalah perasaan kehilangan seorang teman.
Chandra yang sedari tadi mendengarkan kisah Qiana bisa menebak jika sebenarnya Qiana juga memiliki perasaan terhadap Raffi, tetapi ia tidak menyadarinya. Ia hanya bisa diam, dikatakan pun sekarang Qiana adalah istrinya. Tidak ada untungnya bagi Chandra, biarlah Qiana menyadarinya sendiri suatu hari nanti.
Tak terasa mereka telah sampai di sebuah Toko Cellular. Qiana turun dari motor dengan mata sembab. Ternyata saat ia menceritakan Raffi, ia menangis dalam diam membuat Chandra merasakan nyeri di hatinya. Ia pun mengusap mata Qiana dengan lembut dan menggandeng tangannya memasuki toko.
Di sana, Chandra memilihkan ponsel keluaran terbaru untuk Qiana. Ia meminta pemilik toko untuk memindahkan kartu dari ponsel lama Qiana yang sebelumnya telah ia bawa ke ponsel baru. Setelah proses selesai, Chandra menyerahkan ponsel tersebut untuk di registrasi email. Qiana hanya menurut, karena Chandra sudah meminta agar Qiana menurut saja apa yang dikatakan dan dibeli olehnya.
Selesai dari toko cellular, Chandra mengajak Qiana membeli oleh-oleh untuk Ibu Ningsih dan Afifah. Qiana meminta suaminya untuk berhenti di toserba saja, karena yang dibutuhkan semuanya ada di sana. Qiana membeli semua kebutuhan dapur juga peralatan yang diperlukan di rumah, termasuk kebutuhan sekolah Afifah dan tas untuk Ibu Ningsih.
Chandra hanya mengikuti Qiana dari belakang dengan mendorong troli. Melihat Qiana bersemangat belanja, ia seperti melihat versi lain dari istri kecilnya. Ia jadi tidak sabar untuk melihat semua sisi dari seorang Qiana yang sekarang menjadi istri sahnya. Oh iya, sah secara agama.
"Aku perlu minta tolong Bapak untuk mengurus surat nikah nanti." batin Chandra.
“Belanja untuk rumah sudah, Afifah sudah, Ibu sudah, oleh-oleh juga sudah.” Gumam Qiana yang melihat kembali isi trolinya.
“Cek lagi, siapa tahu ada yang kurang.”
“Sudah semua sepertinya, Mas. Nanti kalau kurang juga ketahuan.” Qiana mencoba bergurau dengan suaminya.
“Iya...” Chandra tersenyum sembari mengusap puncak kepala Qiana.
“Tunggu di depan saja, Dek. Sekalian belikan boba ya..” Qiana segera melaksanakan permintaan sang suami. Tetapi ia lupa menanyakan es boba rasa apa, sehingga ia hanya bisa memesan es boba original untuk dirinya dan rasa cokelat untuk Chandra.
"Aku lupa bilang tadi, aku mau rasa coklat..." Chandra yang datang dengan 2 kantong besar belanjaan menghampiri Qiana, tidak jadi melanjutkan perkataannya karena Qiana telah menyodorkan es boba rasa cokelat seperti yang ia inginkan.
"Kita sehati yaa.." goda Chandra yang segera menyedot es bobanya.
"Cuma nebak, Mas. Soalnya pas di seafood, Mas pesannya es coklat." jawab Qiana sambil meringis.
Niat hati ingin menggoda sang istri, tetapi godaannya justru dipantulkan oleh Qiana yang kurang sisi romantis. Chandra menggelengkan kepalanya, Qiana yang seperti ini memang persis seperti anak-anak. Keduanya pun menikmati es boba dan cilok yang Qiana beli tadi. Setelah habis, barulah keduanya memutuskan untuk pulang karena hari sudah senja.
Tetapi mereka berdua membatu ketika barang belanjaan mereka sudah tidak lagi muat di motor. Akhirnya Chandra mengupah kang ojek untuk membantunya membawa barang pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Yani
Oh...ternyata seperti itu
2024-06-06
1