[REVISI]
.
.
.
"Kamu tidak mandi?" tanya Chandra yang baru kembali dari kamar mandi.
"Nanti Mas, saya siapkan makan malam dulu." Qiana berlalu meninggalkan Chandra yang masih mengeringkan rambutnya dengan handuk karena gugup.
Setelah selesai menyajikan makanan di atas meja makan, barulah Qiana berangkat mandi dengan air yang telah ia siapkan. Qiana masuk ke dalam kamar dengan menggunakan sarung sebagai penutup tubuhnya dan handuk di kepalanya karena ia lupa membawa pakaian ganti. Dengan jantung yang berdegup kencang, Qiana berusaha tenang mengganti pakaiannya di depan suami yang baru saja dinikahinya. Walaupun menikah di bawah tangan, tetap saja status mereka suami istri yang sah secara agama.
Chandra yang menyaksikan Qiana akan mengganti pakaian, segera memalingkan pandangannya untuk menghormati Qiana. Sayangnya ia berbalik ke arah yang salah, ia justru melihat pantulan tubuh Qiana dari kaca yang ada di hadapannya yang mana membuat Chandra menelan saliva.
"Ayo makan malam, Mas." ajak Qiana yang sudah mengenakan setelan piyama dengan hijab kaos pendek.
"I-Iya dek." Chandra bingung dengan panggilan yang akan ia gunakan. Karena Qiana memanggilnya "Mas" jadilah ia memanggil Qiana dengan sebutan "Dek".
Suasana makan malam sangat tenang, baik Qiana maupun Chandra tidak bersuara saat makan. Mereka hanya makan berdua karena menurut Qiana, Ibu dan adiknya sudah makan terlebih dulu tadi. Masakan Qiana terasa pas di lidah Chandra, apalagi dengan pelayanan Qiana yang mengambilkannya makanan menambah nikmatnya saat makan. "Beginikah rasanya memiliki istri yang melayani suami?" batin Chandra.
Selesai makan, Qiana meminta Chandra untuk ke kamar lebih dulu dan mengatakan akan menyusulnya nanti. Chandra menurut saja, tetapi ia merasa aneh dengan Ibu dan adik Qiana yang tidak menyapanya sama sekali. Bahkan saat ia berjalan dari dapur menuju kamar, ia tidak menemukan keduanya. Ia sudah bisa menebak karakter Ibu Ningsih, tetapi ia tidak menyangka jika kehadirannya begitu kentara tidak diterima.
"Hey Ndra, kenapa baru aktif? Kamu di mana sekarang?" tanya seseorang di ujung telepon.
Chandra yang sengaja mematikan teleponnya karena hujan deras, baru menghidupkannya dan segera mendapatkan panggilan dari temannya. Sebenarnya ia bersama dengan ke empat temannya untuk melakukan perjalanan ke kota Pati menggunakan motor. Ketika melewati desa Qiana, ban motor yang dikendarai Chandra dan satu temannya bocor. Terpaksa mereka mendorong motor untuk mencari bengkel dan membiarkan teman yang lain melanjutkan perjalanan. Mereka sepakat bertemu di Kota Rembang. Keduanya terpisah lantaran Chandra yang ingin mencari toko untuk membeli air minum dan berakhir terjebak hujan.
"Kamu di mana?" tanya Chandra balik.
"Aku di warung makan tidak jauh dari bengkel tadi. Cepatlah kesini, Andri dan Raka sudah menunggu kita di Kota Rembang. Mereka juga sudah memesan hotel untuk kita malam ini karena di sana juga sedang hujan deras. Tidak memungkinkan kita untuk melanjutkan perjalanan." jelas temannya.
"Kamu menyusul mereka saja, katakan aku akan kembali ke Jogja sendiri. Ada urusan mendesak."
"Hey.. Bagaimana caramu kembali?"
"Aku bisa pesan travel, dodol!"
"Setan kamu Ndra! Tidak setia kawan sekali!"
"Aku akan menggantinya lain waktu. Bye!" Chandra menyudahi teleponnya.
Qiana yang sedari tadi ingin masuk kamar hanya diam di depan pintu, ia takut mengganggu laki-laki yang berstatus suaminya tersebut. Chandra yang menyadari ada bayangan di depan pintu pun menyibak tirai dan menemukan Qiana di sana.
"Kenapa tidak masuk?" tanya Chandra heran.
"Takut ganggu, Mas." jawab Qiana dengan menunduk yang kemudian masuk ke kamar dengan kasur lipat di tangannya. Chandra tersenyum melihat sikap Qiana yang menurutnya lucu.
"Maaf Mas, kasurnya tidak muat. Aku akan tidur di bawah, Mas di atas." kata Qiana yang menata kasur lipat dan bantal di lantai tanpa melihat ke arah Chandra.
Tentu saja Chandra tidak akan membiarkan istrinya tidur dilantai yang dingin itu. Lantai yang terbuat dari semen dan dialasi dengan karpet lantai vinyl akan terasa lembap karena hujan baru saja reda. Chandra pun meminta Qiana saja yang di atas, tetapi Qiana tetap meminta Chandra yang di atas. Akhirnya Chandra memutuskan untuk menurunkan kasur dan menyejajarkannya dengan kasur lipat yang Qiana tata.
"Tapi Mas.." Qiana hendak protes tetapi langsung dihentikan oleh Chandra.
"Tidak ada tapi. Ayo tidur!" Chandra merebahkan tubuhnya di kasur lipat yang disiapkan Qiana. Tetapi Qiana mengatakan jika dirinya belum sholat isya', sehingga keduanya melaksanakan sholat isya' berjamaah.
Selesai salam, Qiana dengan ragu-ragu mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan suaminya. Chandra yang sadar jika dirinya sekarang adalah seorang suami, menyambut uluran tangan Qiana dengan mantap. Ini adalah kedua kalinya Qiana mencium punggung tangannya, tetapi yang kedua ini lebih menggetarkannya dibanding yang pertama ketika ia selesai mengucapkan ijab qobul.
Qiana sendiri merasa jantungnya berdebar kencang, sampai-sampai tangannya terasa berkeringat. Saat akan melepaskan tangannya, Chandra tidak melepaskan genggamannya. Mereka saling pandang beberapa saat hingga Chandra mendaratkan kecupan di kening Qiana yang sontak membuatnya membeku dengan mata terbuka lebar.
Chandra mengira jika ini adalah kecupan pertama istrinya, terlihat dari ketegangan Qiana saat ini. Ia pun tersenyum, ternyata istrinya merupakan perempuan yang terjaga marwahnya. Mereka belum sempat mengenal, sehingga mulai saat inilah ia akan mengenal istrinya. Sama dengan Qiana yang ingin mengenal suami yang ia nikahi hari ini. Ia hanya tahu jika jarak umur mereka cukup jauh yaitu 6 tahun dari KTP yang dilihatnya tadi.
Qiana sudah merebahkan tubuhnya terlebih dahulu, Chandra yang ingin mematikan lampu dihentikan oleh Qiana. Ia mengatakan jika dirinya takut gelap. Chandra tidak jadi mematikan lampu dan merebahkan tubuhnya di samping Qiana.
"Tenang saja, aku tidak akan menyentuhmu sebelum kamu bisa menerima pernikahan ini." ucap Chandra yang menutup matanya dengan lengannya.
"Aku..Aku sudah menerima pernikahan ini, Mas." jawab Qiana dengan wajah tegang.
"Benarkah?" tanya Chandra yang kini miring menghadap Qiana. Qiana hanya menganggukkan kepalanya.
"Jika kamu sudah menerima pernikahan ini, mengapa kamu masih takut kepadaku?" goda Chandra.
"Bukan takut, Mas. Aku hanya belum siap untuk menjadi istrimu sepenuhnya. Maafkan aku." Chandra tidak tega melihat Qiana yang seolah akan menangis detik itu juga.
"Aku tidak akan memaksa, kita saling mengenal saja dulu." Chandra menenangkan Qiana sembari mengusap kepala Qiana yang saat ini sudah tidak berhijab.
"Terima kasih, Mas." Qiana tersenyum ke arah Chandra. "Oh iya, besok aku masih masuk kerja dan pulang pukul 5 sore. Mas tidak apa-apa aku tinggal, kan?"
"Sekalian besok kamu resign saja, aku yang akan menafkahimu mulai sekarang." Mendengar perkataan suaminya, Qiana memiringkan tubuhnya hingga mereka berhadapan.
"Tapi aku masih karyawan kontrak, Mas. Masih sekitar 5 bulan sebelum jadi karyawan tetap. Jika aku berhenti sekarang, aku harus membayar biaya pelanggaran kontrak." jelas Qiana.
"Tidak usah khawatir, aku yang akan membayarnya. Besok pastikan kamu bisa resign, oke." Chandra menyentil hidung Qiana dan memintanya untuk lekas tidur.
Qiana yang merasa nyaman pun menganggukkan kepalanya dan segera memejamkan matanya. Tak butuh waktu lama, Chandra sudah mendengar nafas teratur istrinya.
“Maaf.” bisik Chandra seraya mengecup kening sang istri.
Chandra tidak mengira ia bisa menikah dengan perempuan yang masih belum genap 20 tahun, ia tersenyum konyol. Ada penyesalan dihatinya, tetapi ia mengabaikannya karena semua sudah terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Fina Ritonga
tak apa mas, malahan aku sama suami ku bedanya 16 tahun🤣
2024-10-18
1
Susanty
ora opo mas beda 6 tahun🤣 aku Karo bojo Yo beda 10 tahun alhmdulillah langgeng sampai Saiki🤭
2024-07-14
2
Yani
Ibunya Qiana matre
2024-06-06
2