[REVISI]
.
.
.
Chandra menghentikan motornya di sebuah mesin ATM yang tidak jauh dari warung makan seafood. Ketika Chandra hendak masuk ke dalam, Qiana menghentikannya dan menyerahkan kartu ATM yang sempat diberikan kepadanya. Tetapi Chandra menolaknya, ia justru meminta Qiana untuk menyimpannya dan digunakan untuk kebutuhan mereka nanti.
Setelah memiliki uang cash, Chandra membawa Qiana ke Pantai Dampo Awang. Selain dekat dengan posisinya saat ini, pantai ini juga terletak di dalam kota. Tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menempuh perjalanan karena saat ini waktunya terlalu sempit.
Sayangnya, pantai sedang pasang siang itu, membuat keduanya tidak bisa menikmati berjalan di pinggir pantai. Keduanya memutuskan untuk duduk di gazebo yang menghadap ke laut. Bau asin dan amis memasuki hidung keduanya, Qiana yang sudah terbiasa dengan bau tersebut tentu tidak masalah. Berbeda dengan Chandra yang perlu penyesuaian.
Mereka menikmati semilir angin laut dengan tenang, sampai gerakan Chandra yang menggenggam tangan membuat Qiana terkejut. Ia memang pernah berpacaran, tetapi pacarannya hanya sebatas berhubungan lewat hp dan tegur sapa jika bertemu. Untuk bersentuhan, Qiana hanya pernah bersentuhan dengan Ilham dan beberapa sepupunya. Itu pun bukan sentuhan yang bagaimana, sebatas sentuhan berjabat tangan atau high five.
"Dek.." panggil Chandra yang melihat Qiana melamun.
"Dalem.." bahasa halus Qiana keluar dengan spontan membuat Chandra tertawa. Baru kali ini dirinya mendengar Qiana menggunakan bahasa halus saat bersamanya. Beberapa hari ini, Qiana lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia.
"Seperti putri Jawa kamu, Dek." Qiana tersipu.
Chandra dengan cepat menyematkan sebuah cincin di jari manis Qiana. Ia membelinya ketika Qiana sedang memilih makeup, kebetulan toko tersebut bersebelahan dengan toko perhiasan. Perkiraannya tepat, ukuran jari manis Qiana sama dengan ukuran ruas kedua jari manisnya.
"Maaf ya Dek." Qiana tidak mengerti mengapa suaminya mengucapkan kata maaf.
"Maaf, karena aku menikahi mu tanpa persiapan."
"Tidak Mas, justru aku yang harus minta maaf. Mas menikahi ku karena dipaksa." Qiana menundukkan kepalanya merasa bersalah.
"Meskipun dipaksa, aku tidak terpaksa menikahi mu, Dek." Chandra menggenggam kedua tangan Qiana, seolah ingin meyakinkan istri kecilnya.
"Boleh kah aku bertanya, Mas?" tanya Qiana yang perlahan mengangkat kepalanya menghadap wajah Chandra yang menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana perasaan Mas Chandra ketika dipaksa menikah denganku?"
“Awalnya aku tidak suka dengan tindakan warga desa Qiana yang memaksa. Tetapi ketika aku melihat perlakuan warga dan beberapa pemuda yang memojokkanmu, timbul rasa ingin melindungi. Aku dengan sadar dan ikhlas menerima pernikahan kita kala itu, Dek.” Chandra menjelaskan perasaannya saat itu dengan jujur.
Qiana menitikkan air mata, membuat Chandra segera mengusap pipi istri kecilnya. Tetapi air mata tersebut tidak berhenti justru semakin deras. Tidak ada pilihan lain, Chandra menarik sang istri ke dalam pelukannya yang mana membuat Qiana semakin sesenggukan. Beberapa saat kemudian, Qiana sudah tenang dan melepaskan pelukan suaminya.
“Mas...”
“Ya, aku mendengarkan!”
“Sebenarnya, aku pernah mengalami pele cehan. Tetapi aku jamin, aku masih pe rawan karena aku berhasil lepas. Hanya saja, aku belum bisa keluar dari trauma kejadian itu.” Bukan sebuah kewajiban untuk mengungkapkan aibnya, tetapi Qiana merasa suaminya perlu mengetahuinya. Jangan sampai suaminya mengetahui hal ini di kemudian hari yang mana akan membuatnya merasa di bohongi.
“Itukah alasanmu, terkejut setiap aku berada di dekatmu?” Qiana menganggukkan kepalanya.
Kemudian Qiana menceritakan sekilas kejadian tanpa detail, ia juga tidak menceritakan alasan mengapa bisa ada kejadian seperti itu. Ia tidak mau suaminya membenci keluarganya. Sayangnya tanpa Qiana tahu, Chandra sudah bisa menebak jika kejadian yang dialaminya ada hubungannya dengan Ibu Ningsih. Chandra memilih diam dan mendengarkan cerita Qiana sampai selesai.
"Apa pun masa lalumu, aku tidak mempermasalahkannya. Yang terpenting sekarang, kamu adalah istriku." Chandra memeluk Qiana kembali sambil mengusap lembut punggung Qiana.
“Terima kasih, Mas. Maaf, aku perempuan yang lalai menjaga tubuh untuk suaminya.” Qiana menunduk.
“Tak apa.” Kata Chandra seraya menarik Qiana dan mendaratkan kecupan di kening istri kecilnya.
"Mas..." panggil Qiana. Chandra melepaskan kecupannya dan melihat kedua netra Qiana dan mengisyaratkan jika ia mendengarkan
Qiana mengungkapkan jika ia ingin mengunjungi kenalannya, Mbak Shinta. Qiana menjelaskan jika Mbak Shinta adalah kenalannya sewaktu mengikuti kegiatan baksos. Mbak Shinta pula yang menjadi tempatnya berlari ketika ia tidak ingin lekas pulang ke rumah. Ia akan bermain di sana jika sekolahnya dipulangkan lebih awal sambil menunggu waktu pulang yang seharusnya. Chandra menuruti kemauan Qiana, sehingga meninggalkan pantai dan pergi ke toko buah sebelum melajukan motor sesuai arahan istrinya.
Sekitar 30 menit, mereka sampai di sebuah desa yang berada di pinggiran pantai. Qiana meminta Chandra berhenti di rumah dengan tiang listrik di depannya. Begitu Qiana turun dari motor, ia disambut oleh keponakan Mbak Shinta yang memang sudah akrab dengannya.
Qiana memeluk Raisa dan menanyakan apakah Mbak Shinta ada di rumah dan Raisa menjawab jika Mbak Shinta sedang berada di rumah suaminya. Raisa membawa Qiana masuk ke dalam rumah Mbak Shinta untuk menemui Ibu dan Bapak dari Mbak Shinta, diikuti Chandra di belakang yang membawa parsel buah.
Kedua orang tua paruh baya, menyambut Qiana dengan suka cita. Mereka seperti sudah menganggap Qiana bagian dari mereka. Qiana mengenalkan Chandra sebagai suaminya membuat kedua orang tua tersebut terkejut. Mereka tidak menyangka Qiana menikah secepat itu tanpa memberi tahu mereka. Qiana tidak menjelaskan apa-apa, ia hanya mengatakan jika pernikahannya datang di waktu yang tepat, sehingga tidak sempat mengundang mereka.
Mereka pun mengucapkan selamat untuk Qiana dan meminta Chandra untuk melindungi Qiana sepenuhnya. Tanpa mereka minta pun, Chandra akan melindungi Qiana sebagai istrinya. Mereka kemudian membahas jika sebentar lagi akan diadakan peringatan kematian Raffi. Mereka berharap Qiana dapat ikut serta dalam pengajian yang akan dilaksanakan di rumah Raffi nantinya.
Qiana dengan halus menolak, ia beralasan jika sebentar lagi akan mengikuti suaminya kembali ke kota Jogja. Tidak berbohong memang, tetapi kapan berangkatnya Qiana tidak pasti dan tidak mengatakannya. Interaksi tersebut tidak luput dari pengamatan Chandra. Ia yang sedari tadi hanya diam, bertanya-tanya tentang siapa Raffi dan apa hubungannya dengan Qiana. Sampai-sampai kedua orang tua tersebut meminta Qiana hadir dengan nada memohon.
Qiana melirik kearah Chandra, takut suaminya bosan dan tersinggung dengan obrolannya. Ia pun memutuskan untuk pamit pulang dengan alasan ada hal yang perlu mereka lakukan. Dengan berat hati, pasangan paruh baya tersebut mengantarkan Qiana sampai depan rumah, mereka bahkan berpesan jika ada waktu sering-seringlah berkunjung.
Di perjalanan, tanpa diminta Qiana menjelaskan hubungannya dengan almarhum Raffi yang dimaksud orang tua Mbak Shinta. Hal ini Qiana lakukan untuk menghindari kesalahpahaman. Chandra mendengarkan penjelasan Qiana dengan seksama. Ia yang awalnya ingin bertanya, justru mendapatkan jawaban langsung sebelum bertanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Chelsea Aulia
maaf kk author ini kebanyakan cerita pecakapan nya g ada ,,, maaf ya hanya saran 🙏🙏🙏🙏
2024-08-22
1
Yani
Suka dengan karakter Chandra
2024-06-06
2