[REVISI]
.
.
.
Qiana membawa Chandra berjalan kaki sejauh 300 meter menuju rumah Ilham, temannya. Chandra tidak mempermasalahkannya, ia justru menikmati moment kebersamaannya dengan Qiana.
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam... Qiana sudah datang, masuk sini." Qiana masuk dan mencium punggung tangan Ibu Sri, Ibu dari Ilham temannya sedari TK sampai sekarang.
Qiana mengenalkan Chandra kepada Ibu Sri dan ikut mencium punggung tangan beliau. Ibu Sri melihat Chandra dengan seksama seperti mencari cela darinya. Kemudian beliau mengatakan sudah mendengar perihal Qiana yang menikah. Ibu Sri menyayangkan sikap warga yang memojokkan Qiana, tetapi beliau meminta Chandra untuk menjaga Qiana. Beliau meminta mereka menunggu sebentar karena motornya sedang dibawa keluar suaminya untuk ganti oli.
"Kamu ada masalah dengan Dani? Kata bapak, Dani yang menghasut warga." tanya Ibu Sri hati-hati.
"Saya menolak Mas Dani, Bu. Ibu pasti tahu alasannya." jawab Qiana sambil melirik ke arah Chandra, ia takut suaminya tersinggung ataupun marah.
"Bagus kamu tolak, Na. Terlepas bagaimana pertemuan dan cara kalian menikah, semuanya tidak lepas dari campur tangan Allah. Niscaya Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada mu." kata Ibu Sri sambil menggenggam tangan Qiana.
"Saya ikhlas, Bu." jawab Qiana mantap, yang mana membuat hati Chandra bergetar. Ia tidak menyangka istri kecilnya menerimanya sejak awal. Apa yang membuat Qiana menerimanya, seseorang yang tidak ia kenal bahkan tidak tahu apa-apa tentang dirinya.
"Itu bapak sudah datang. Di nikmati jalan-jalannya ya, Na."
Qiana hanya menjawab dengan senyum malunya. Bapak Sri yang datang langsung menyerahkan kunci motor kepada Qiana, tak lupa 2 buah helm. Qiana pun pamit kepada kedua orang tua Ilham, diikuti Chandra.
Chandra melajukan motor matik tersebut dengan kecepatan rata-rata. Ia ingin menggunakan moment ini untuk menanyakan apa hubungan Qiana dengan pasangan tadi. “Siapa mereka, Dek?”
“Orang tua Ilham, Mas. Kami sudah berteman sejak TK dan bunya sendiri gurunya dan Bapak itu guru fikih di TPA. Dari TK sampai SMP kami satu sekolah, sampai SMK pun satu almamater. Bedanya, dia sekolah di cabang aku di sekolah induk. Makanya hubungan kami dekat, karena Ilham itu sosok yang melindungi dan semua keluarganya sudah mengenalku sejak Ayah masih hidup. Walaupun dari umur lebih muda dariku 5 bulan, badannya yang bongsor suka pasang badan kalau ada yang mengganggu. Sekarang dia di Kalimantan Timur jadi operator alat berat di salah satu kontraktor terkenal.” jelas Qiana.
“Kenapa harus pinjam Ilham? Mengapa tidak meminjam yang lebih dekat? Sepertinya kamu dan Ilham berbeda desa.” Tanya Chandra sadar setelah dirinya keluar ke jalan raya, ia melihat tugu perbatasan desa dengan nama yang berbeda dengan desa Qiana.
Istri kecilnya tak lantas menjawab pertanyaannya, sehingga Chandra berusaha mengalihkan perhatian Qiana dengan memintanya berpegangan.
Dengan ragu Qiana memegang jaket Chandra, tetapi suaminya justru menarik tangannya agar melingkar di perutnya yang membuatnya menabrak punggung Chandra. Qiana berusaha menarik tangannya dan memundurkan duduknya, tetapi Chandra tidak memberinya kesempatan. Ia pun pasrah dengan posisinya saat ini.
Lama diam, Qiana pun bercerita mengenai orang-orang di dekat rumahnya dan mengenai alasannya memilih meminjam motor Ilham.
“Sebenarnya, tetangga di sekitar rumah itu masih saudara, Mas. Atau lebih tepatnya sepupu. Mereka adalah anak dari Budhe, kakak perempuan Ayah. Tetapi hubungan kami memburuk setelah Ayah meninggal. Aku lebih nyaman dengan keluarga Ilham dibandingkan keluarga pihak Ayah atau Ibu. Kalau ketemu saling sapa semestinya, tidak lebih. Jika ada acara juga membantu sekedarnya. Bukan aku membenci mereka atau menjelekkan mereka, itulah mereka dari pemahamanku sejak kecil. Mungkin saja, saat ini mereka menertawakan aku yang menikah dengan orang yang tidak jelas.” Qiana mengeratkan pegangannya.
"Aku Abhaya Chandra umur 26 tahun ini, anak dari Bapak Mulyono dan Ibu Ranti. Pekerjaan mekanik alat berat, Aku bukan orang tidak jelas." jawab Chandra santai.
"Maaf Mas, bukan maksud ku menyinggung. Aku hanya mengatakan pemikiranku mengenai mereka." Qiana merasa bersalah membuka aib keluarganya yang membuat suaminya tidak senang.
"Iya, aku tahu. Kita sudah sampai." motor memasuki sebuah toko pakaian muslimah. Qiana bingung mengapa suaminya mengajaknya masuk ke toko muslimah, karena dari awal ia mengira jika suaminya ingin jalan-jalan ke pantai.
Chandra membawa istri kecilnya masuk ke dalam toko dengan menggandengnya. Qiana hanya menurut, ia tidak tahu apa yang ingin suaminya beli disini. Chandra mengelilingi toko untuk melihat pakaian yang ada di beberapa ra rak display dengan tetap menggandeng Qiana. Hal ini sontak menjadi perhatian orang-orang yang ada di sana. Qiana yang merasa diperhatikan, berusaha melepaskan genggaman tangan suaminya, tetapi Chandra tidak melepaskannya justru menggenggamnya semakin erat.
Chandra melepaskan genggamannya ketika ia mengambil beberapa gamis untuk di pas kan di tubuh Qiana. Di rasa cocok, Chandra meminta Qiana untuk memegangnya. Kemudian ia lanjut ke rak display berikutnya sampai Qiana memanggilnya dan mengatakan jika tangannya sudah penuh. Chandra berbalik dan melihat Qiana, ia pun mengambil alih bawaan Qiana dan melangkah ke kasir.
Qiana terkejut dengan total belanjaan yang di bayar oleh suaminya. Nilai fantastis yang setara dengan gajinya. Tidak sampai disitu, Chandra membawa Qiana ke toko kosmetik yang membuatnya bingung. Pasalnya ia tidak pernah menggunakan riasan dalam kesehariannya.
"Mas, untuk apa kita kesini?"
"Hari ini khusus belanja untuk kamu, Dek. Semua yang aku beli, anggap saja sebagai seserahan yang berhak kamu terima dan kamu dilarang menolak." jelas Qiana tidak bisa menolak jika suaminya sudah seperti itu.
Akhirnya Qiana hanya menurut, karena dirinya tidak pernah tahu yang namanya make up ia pun bertanya kepada penjaga toko apa saja yang ia perlukan untuk merawat kulitnya. Mengingat dirinya sudah bersuami, mungkin perlu untuknya menjaga kulit dan berhias untuk suaminya. Penjaga toko menyarankan Qiana beberapa perawatan basic dari beberapa merek, karena bingung ia sembarang memilih merek yang ternyata merupakan merek yang termahal menurut penjaga toko.
Qiana ingin mengganti pilihannya, tetapi Chandra sudah siap membayarnya sehingga produk yang dipilihnya segera di bungkus oleh penjaga toko. Selesai dari toko kosmetik, Chandra membawa Qiana ke rumah makan seafood untuk makan siang.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Chandra yang menyerahkan buku menu.
"Aku ayam bakar saja, Mas." jawab Qiana.
"Jangan takut dengan harganya, pesan saja kepiting atau udang atau cumi atau kerang."
"Ikan bakar saja kalo begitu, aku alergi sama semua yang Mas sebutkan." Chandra tidak bisa berkata-kata.
Jika di Jogja ia akan susah mendapatkan seafood mungkin percaya jika Qiana alergi seafood. Tetapi Qiana tinggal di kota dengan pantai utara yang kaya akan hasil lautnya, ia bilang alergi seafood. Menurutnya sangat tidak masuk akal. Ia pun hanya diam tidak mempermasalahkannya, ia juga tidak memaksa Qiana. Setelah memesan makanan, keduanya makan dengan tenang, sebelum kemudian melanjutkan jalan-jalan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Lulux hidayah
Rembang nya mana. aq jg dari rembang.
2024-12-17
1
Yani
Bagus Qiana kunci rumah tangga kejujuran dan saling terbuka
2024-06-06
2