Mona menghela nafas panjang, ia benar- benar tidak bisa memahami jalan pikiran seorang Alex dan ia juga merasa kasihan dengan kehidupan rumah tangga sahabatnya. Meski Ayana tidak menjelaskan secara gamblang, namun Mona tahu jika kehidupan pernikahan sahabatnya itu sedang tidak baik- baik saja.
"Aku rasa kamu harus membicarakan masalah ini lagi dengan suamimu. Minta penjelasan darinya dan cari solusi terbaik untuk permasalahan ini" Ucap Mona.
"Aku tidak tahu harus bagaimana Mon, aku sendiri bingung. Disatu sisi keluarga besarnya sudah sering menanyakan masalah ini padaku, mereka terus menanyakan apakah aku sudah hamil atau belum hingga aku bingung harus menjawab apa. Tapi di sisi yang lain Alex tetap santai, dia seolah tidak terpengaruh sedikit pun dengan masalah ini bahkan terkesan tidak peduli sama sekali".
"Katakan padaku Mon, apa yang harus aku lakukan? Aku harus bagaimana?".
Mona terdiam, ia tidak berani bicara terlalu banyak karena takut akan menyinggung perasaan sahabatnya.
"Entah mengapa akhir- akhir ini aku merasa jika aku hanyalah seorang pelayan, Mon" Ucap Ayana tiba- tiba hingga membuat Mona terkejut.
"Ay, apa yang kamu bicarakan? Kenapa kamu bicara seperti itu? Itu tidak benar, Ay. Kamu bukan pelayan, kamu adalah seorang istri".
"Ya, istri. Istri yang hanya berkewajiban melanyani suaminya di atas ranj ang" Ucap Ayana dengan hati penuh luka.
"Ay! Jangan pernah berkata seperti itu. Tidak ada kata pelayan dan tuan rumah dalam rumah tangga. Kamu adalah istri yang yang memiliki harga diri, jangan pernah menyamakan dirimu dengan pelayan".
"Tapi Mon,,,!"
Ceklekk. Pintu kamar tiba- tiba terbuka. Ucapan Ayana terjeda saat melihat Romi datang bersama Zayn. Ia langsung bangkit untuk menyambut kedatangan suami beserta putra sahabatnya itu.
"Hai Ay,,,! Kamu disini ternyata. Kapan kamu sampai?" Tanya Romi pada Ayana.
"Ya, sudah lumayan lama mas" Jawab Ayana sembari menyunggingkan senyum.
Romi ikut tersenyum sembari mengangguk mengerti kemudian ia beralih kepada istrinya yang terbaring di atas ranjang.
"Apa kabar sayang, bagaimana keadaanmu?" Tanya Romi setelah mencium kening istrinya.
"Aku merasa sudah lebih baik, tapi masih belum bisa bergerak bebas" Sahut Mona.
"Pelan- pelan saja sayang, jangan terlalu di paksakan. Aku tidak mau kamu kenapa- napa".
"Iya, aku tahu. Kamu menjemput Zayn?" Tanya Mona.
"Iya, sejak tadi pagi Zayn memanggil namamu. Sepertinya dia sangat merindukanmu" Ucap Romi.
"Ah, kasihan jagoan mama. Pasti kangen sama mama ya" Mona mengusap wajah putranya dengan lembut hingga membuat Zayn tersipu malu.
Mona dan Romi tertawa melihat wajah sang putra yang tampak memerah karena malu, sementara itu Ayana ikut tersenyum melihat keharmonisan keluarga Mona hingga tanpa sadar hatinya tiba- tiba saja terasa pedih. Sakit sekali rasanya ketika mengingat kehidupan rumah tangganya yang tidak seharmonis keluarga sahabatnya.
Ayana merasa iri saat melihat kemesraan antara Mona dan suaminya, kemesraan yang tidak pernah terjalin antara dirinya dengan sang suami. Semula Ayana menganggap jika Alex memang memiliki kepribadian yang dingin sehingga ia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu dan menerimanya dengan lapang pada saat pria itu melamarnya. Tapi sepertinya dugaannya itu salah, sikap Alex justru menjadi semakin dingin setelah mereka menikah dan mau tidak mau Ayana pun mencoba untuk menerimanya. Lambat laun ia merasa jika sikap suaminya semakin aneh, karena sedingin- dinginnya sifat lelaki pada orang lain pasti ia akan berusaha untuk bersikap hangat kepada istrinya.
Merasa kehadirannya tidak tepat, Ayana pun memutuskan untuk pamit karena ia tidak ingin menganggu kemesraan Mona dan suaminya terlebih kebersamaan itu membuatnya iri.
"Mon, aku pamit dulu ya" Ucap Ayana.
"Loh! Kok pamit sih, Ay. Kamu tidak mau menemaniku?" Rajuk Mona yang tampak kecewa saat Ayana berpamitan.
"Sebenarnya aku masih ingin tinggal lebih lama, tapi aku baru ingat jika aku punya janji dengan dokter Luna. Dia akan sangat marah jika aku tidak datang" Ucapnya.
"Oh, begitu ya. Ya sudah pergilah, aku tidak mungkin menahanmu lebih lama disini. Tapi janji ya, kamu akan datang untuk menjegukku lagi" Pinta Mona.
"Iya, besok aku akan kembali lagi" Jawab Ayana.
"Kalau begitu aku pamit ya" Ayana memeluk sahabatnya sekilas kemudian ikut berpamitan kepada Romi.
"Aku pamit dulu mas" Ucapnya.
"Ya, baiklah. Hati- hati" Jawab Romi.
Ayana tersenyum kemudian ia pun melangkah keluar meninggalkan pasangan yang tengah berbahagia menyambut kehadiran anggota keluarga baru.
.
Jam sembilan malam, Ayana sampai di rumah dan ia tampak terkejut saat melihat mobil sang suami telah terparkir rapi di halaman.
"Alex sudah pulang" Monolognya.
Ayana buru- buru masuk ke dalam rumah dan bergegas menuju ke kamarnya, namun sesampainya di dalam kamar, ia tidak menemukan suaminya.
"Kemana dia?" Ayana menelisik setiap sudut kamar untuk mencari suaminya tapi ia tidak bisa menemukannya.
"Apa mungkin dia berada di ruang kerjanya?" Tebaknya kemudian.
"Ah, ya sudahlah. Sebaiknya aku membersihkan diri terlebih dahulu setelah itu, aku akan menemuinya".
Ayana bertekad akan berbicara serius dengan suaminya, ia tidak boleh membiarkan masalah ini terus berlarut- larut tanpa ada kejelasan yang pasti.
Ayana bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, selang beberapa saat kemudian ia pun keluar dari kamar mandi dan ia begitu terkejut saat mendapati suaminya tengah duduk santai diatas sofa sambil memainkan ponselnya.
"Ah, kamu membuatku terkejut" Ucapnya sembari mengusap dada beberapa kali.
Alex memandangi istrinya sekilas kemudian kembali fokus ke layar ponselnya dan Ayana hanya bisa menghela nafas menghadapi sikap sang suami yang terlalu dingin padanya. Ayana menatap suaminya yang terlihat asyik dengan ponselnya tanpa menghiraukan dirinya hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengganti jubah mandinya dengan baju tidur.
"Kamu sudah makan malam?" Tanyanya setelah selesai berganti pakaian.
"Hmm,,,!" Sahut Alex singkat.
Ayana menganguk pelan kemudian ia pun melangkah pergi keluar dan beberapa saat kemudian ia kembali sembari membawa teko yang berisi air mineral lalu meletakkannya di atas nakas di samping ranjang. Setelah itu ia kembali memandangi suaminya lalu memutuskan mendekat dan duduk di sampingnya.
"Aku habis bertemu dengan Mona" Ucapnya memulai kata.
"Hmm, kamu sudah mengatakannya tadi siang" Sahut Alex singkat.
"Mona melahirkan bayi perempuan dan dia terlihat sangat menggemaskan, aku bahkan hampir tidak berkedip menatap wajahnya yang lucu itu. Ah, sekarang dia sudah memiliki sepasang putra dan putri, aku sungguh iri padanya" Ucapnya dengan senyum yang terpancar dari bibirnya.
Alex terdiam, entah mengapa ia merasa risih mendengar ucapan istrinya.
"Al, bisakah kita bicara serius?" Tanya Ayana pada suaminya.
Alex mengalihkan pandangan matanya kepada istrinya.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanyanya kemudian.
"Aku tidak ingin berbasa basi lagi. Aku ingin punya anak" Ucapnya jujur.
Raut wajah Alex langsung berubah ketika mendengar ucapan istrinya, hatinya tiba- tiba mendidih mendengar permintaan sang istri yang membuatnya kesal.
"Sudah berulang kali aku katakan, aku tidak ingin membahas masalah ini lagi. Apa kamu lupa?" Ucapnya dengan nada tertahan menahan amarah.
"Tapi kenapa Al, apa salahnya jika kita memiliki anak. Kita telah lama menikah. Bukankah sudah cukup waktu kita untuk berbulan madu".
"Tidak. Aku belum cukup puas menikmati kebersamaan kita. Aku masih ingin menikmati waktu berdua bersamamu tanpa ada gangguan dari siapapun, termasuk dari bayi" Tegas Alex.
"Tapi anak bukanlah gangguan, Al. Kita masih bisa menikmati kebersamaan kita meski kita memiliki bayi".
"Aku tidak mau perhatianmu terbagi dengan siapapun" Ucap Alex.
"Itu tidak akan terjadi. Aku akan berusaha untuk mengatur waktu sebaik- baiknya, aku berjanji tidak akan mengabaikanmu dan akan selalu memprioritaskan dirimu di bandingkan bayi kita".
"Aku tidak yakin kamu mampu melakukan itu" Sahut Alex.
"Aku yakin aku bisa. Kamu meragukanku karena kamu belum melihat dan merasakannya sendiri tapi percayalah aku pasti bisa. Aku,,,,!!!"
"Aku bilang tidak, ya tidak" Sergah Alex dengan nada tinggi hingga membuat Ayana terkejut.
Alex mengusap wajahnya dengan kasar saat menyadari nada bicaranya yang tinggi.
"Bisakah kamu diam dan jangan banyak menuntut. Hidup kita baik- baik saja hingga saat ini, lantas kenapa kamu ingin mencari masalah".
"Tidak. Hidupku tidak baik- baik saja" Lirihnya perih.
"Aku tidak mengerti kenapa memiliki anak menjadi masalah untukmu, padahal menurutku anak adalah perekat hubungan kedua orang tuanya".
"Aku benar- benar tidak tahu bagaimana jalan pikiranmu, kenapa kamu bisa mengatakan hal tersebut".
Ayana sangat kecewa mendengar ucapan suaminya hingga membuat hatinya terluka. Ia bangkit dan berniat untuk pergi namun Alex menahan tangannya.
"Tunggu!".
♡♥︎♥︎♥︎♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments