"Assalamualaikum om," sapa Amar setelah menggulir tanda kamera pada handphonenya.
"Waalaikumussalam. Kamu dimana ini?" balas Arjuna dari seberang seraya menyipitkan matanya memandang Bima yang berada tak jauh dari posisi Amar.
"Lagi di Cafe om."
Wajah Arjuna langsung mengeras.
"Jam berapa ini hah?!"
Pria itu berteriak seraya memandang penanda waktu yang melingkar pada pergelangan tangannya.
Amar hanya tersenyum meringis.
"Pulang sekarang! Besok Bima sudah harus masuk kerja. Gak baik begadang terlalu larut."
"Ah iya om. Kami akan pulang sekarang kok," ucap Amar kemudian mengakhiri panggilan video itu.
Bima yang mendengar perintah sang papa mendengus kasar dan segera meraih kunci mobilnya. Setelah itu ia langsung melengos pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Amar.
Pria itu sangat kesal pada papanya yang sepertinya masih saja menganggapnya sebagai anak kecil. Dan sialnya, dengan itu Gilbert jadi gampang mengolok-oloknya sebagai anak mami.
Dengan kecepatan tinggi, ia membawa Rubicon nya ke sebuah perusahaan besar yang selama ini dipimpin oleh seorang Arjuna Raka Sastrowardoyo.
Membuat sebuah masalah malam itu akan ia lakukan untuk membalas sakit hatinya pada sang papa.
🌺
🌹
🌺
Pagi-pagi sekali, Bima sudah sangat kacau. Sebuah laporan buruk baru saja masuk ke dalam handphonenya dari seorang karyawan di perusahaan yang akan ia tempati bekerja hari ini. Berita buruk yang sangat membuatnya kesal dan juga malu.
"Aargh!" geramnya kesal seraya mondar-mandir tak jelas. Moodnya pagi ini benar-benar buruk. Ia pikir hari ini ia akan masuk bekerja dengan tenang untuk melakukan perintah sang papa tapi kenyataannya semua hal di luar kendalinya.
Ia baru menyadari kalau telah melakukan hal bodoh dan sangat memalukan semalam hanya karena sangat kesal pada tekanan yang diberikan oleh sang papa dan juga taruhan dari si Gilbert sialan itu.
"Aaargh sial!" umpatnya lagi dengan tangan terkepal.
"Ini semua gara-gara papa!"
Perasaannya kembali kesal. Tak berhenti ia menyalahkan papanya dalam hal kejadian buruk yang ia alami.
Rahang pria itu mengeras saat ingat bagaimana sang papa memaksanya menjadi CEO di perusahaan yang selama ini dipimpin oleh pria itu padahal ia sedang sibuk untuk mengikuti kejuaraan.
"Mama! Kembali kesini! Aku butuh kamu!" teriaknya bagai seorang anak kecil. Tapi tiba-tiba ia teringat cemoohan Gilbert jadi ia langsung tersadar kalau ia mulai gila.
Arjuna dan Mayang lebih memilih membangun perusahaan baru di kota lain sekaligus untuk menemani kedua adik kembarnya yang sedang menuntut ilmu.
Mondar-mandir ia di dalam kamarnya untuk menenangkan hatinya tapi ternyata hal itu tak bisa menyelesaikan masalahnya. Akhirnya ia meraih handphone mahalnya ketika menemukan ide yang cukup bagus.
"Pecat siapa saja yang lembur semalam!" teriaknya pada Amar sang sahabat sekaligus asisten pribadinya.
"Maksudnya gimana nih pak?" Amar tampak sangat bingung.
"Pokoknya pecat saja. Aku tak mau ada yang melapor kalau aku yang merusak properti perusahaan semalam! Dan tutup saja kasusnya. Anggap itu adalah bencana alam!'
Amar menggaruk kepalanya yang tak gatal di sebrang sana.
"Tapi pak?"
"Gak ada alasan. Aku gak mau tahu pokoknya!" tegasnya kemudian menutup panggilan telepon itu.
Ia yakin kalau apa yang ia lakukan semalam telah dilihat oleh seseorang yang bekerja di perusahaannya dan tentu saja ia yakin harga dirinya sebagai pria keren dan berpendidikan kini ternodai.
"Aargh sial!" Pria itu kembali mengumpat kesal.
"Kurang apa aku sampai harus melakukan hal bodoh seperti itu?!"
Kembali ia meraup wajahnya kasar kemudian segera pergi dari kamarnya. Ia ingin menenangkan dirinya di sebuah tempat yang nyaman sebelum mulai masuk bekerja secara resmi. Ia pun mengganti bajunya dengan kaos futsalnya dan segera meraih kunci Rubicon nya.
Hari ini ia akan bolos kerja dan lebih memilih untuk bermain di lapangan futsal bersama tim-nya. Ia ingin menghilangkan rasa stres ini dengan berolahraga saja.
🌹🌺🌹
Serena Ibrahim melangkahkan kakinya cepat bagaikan berlari. Tubuhnya yang mungil dengan tinggi hanya 155 cm begitu sangat ringan menapaki lantai putih dan bersih perusahaan besar tempatnya mencari nafkah selama beberapa bulan ini.
Wajahnya yang cantik tampak ngos-ngosan karena harus memburu waktu. Tak disiplin adalah pantangannya tapi apa boleh buat, pagi ini ia datang terlambat karena bangun kesiangan dan harus mengurus adik-adiknya ke sekolah terlebih dahulu.
Huffft
Aaaaa
Serena menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Tatapannya ia bawa berkeliling ruangan yang sudah cukup ramai oleh karyawan yang sedang sibuk bekerja.
Ia sungguh merasa risih karena datang terlambat, tapi ia ingin berusaha untuk bersikap santai dan juga tenang.
Melempar tubuhnya ke atas kursi untuk sekedar mengistirahatkan kakinya yang terasa sangat lelah berlari sejak tadi, ia pun melepaskan high heelsnya untuk memberikan ruang bernafas pada jari-jari dan telapak kakinya.
"Syukurlah, aku hanya terlambat 15 menit," lirihnya setelah melihat penanda waktu yang melingkar pada pergelangan tangannya.
Gadis itu tersenyum meskipun sebenarnya sangat khawatir.
Entah kenapa perasaannya tiba-tiba jadi sangat tak nyaman. Dan ia berharap tak ada hal besar yang terjadi hari ini karena ketidakdisiplinannya.
Masih dengan dada naik turun karena lelah, ia pun menutup kedua matanya untuk sekedar menenangkan dirinya yang begitu tegang dan takut tadi.
"Ren, kamu dipanggil ke ruangan pak bos tuh," panggil seseorang yang ia tahu adalah Zica, sahabatnya.
Serena tersentak kaget. Ia bergegas membuka kedua kelopak matanya dan menatap Zica dengan tatapan tanya.
"Dipanggil Bos?" Untuk apa ya?"
Serena mulai khawatir. Selama berbulan-bulan bekerja di tempat itu, ia tak pernah sekalipun bertemu secara langsung dengan sang CEO karena pekerjaannya tak pernah bersinggungan langsung dengan pria itu.
Satu lagi, ia hanyalah seorang karyawan magang yang tak begitu penting.
"Apa karena aku terlambat ya Zi?" ucap gadis itu setelah lama terdiam.
Zica mengangkat kedua bahunya lantas berucap, "Gak tahu. Kamu kesana saja gih, kali aja kamu udah lolos jadi karyawan tetap. Sejak tadi kamu udah dicariin lho."
Deg
Karyawan tetap?
Dada Serena berdebar, ia semakin gugup dan khawatir. Tidak mungkin ia bisa jadi karyawan tetap karena ia belum ikut tes lisan meskipun ia sudah lolos tes tulis.
"Ah gak mungkin lah, Zi," ucapnya menolak. Boro-boro ia lolos, Ia justru takut kalau ia akan kena sanksi karena datang terlambat. Ia pun bangkit dari kursinya kemudian merapikan pakaiannya.
Dengan mengulas senyum ia pun memakai kembali heelsnya dan segera menuju ruangan sang CEO.
Sungguh ia sangat takut bertemu dengan sang CEO karena pimpinannya itu terkenal dingin dan jarang tersenyum. Arjuna Raka Sastrowardoyo, adalah pria yang sangat tegas dan penuh wibawa.
Pintu pun ia ketuk dengan pelan untuk meminta izin agar ia bisa masuk.
"Masuklah," ucap seseorang dari dalam sana. Serena pun masuk dengan wajah menunduk.
"Kamu Serena Ibrahim yang ikut lembur tadi malam?" tanya suara itu.
"Ah iya pak," jawab gadis itu seraya mengangkat wajahnya. Di depannya bukanlah Arjuna Raka Sastrowardoyo, sang CEO. Akan tetapi Pak Amar, asistennya.
"Selamat pagi pak, kata Zica, saya dipanggil oleh pak bos," senyum Serena.
"Ah ya, itu betul sekali. Dan saya berharap kamu tidak kaget, karena mulai hari ini kamu dipecat."
Dhuaarr!
Tubuh Serena langsung membeku. Tenggorokannya terasa tercekat. Untuk beberapa detik ia merasakan tubuhnya seperti sedang tertimpa sebuah pohon besar.
"Ta_tapi kenapa pak? Apakah kerja saya selama ini kurang bagus?" tanya Serena setelah berhasil menguasai perasaannya.
Amar tidak menjawab.
"Atau, apakah karena saya terlambat datang pagi ini pak?" tanya Serena lagi dengan kedua bola mata yang mulai berkaca-kaca.
"Secara keseluruhan semua pekerjaan kamu bagus tapi sesuai permintaan bos, kamu memang harus dipecat " Amar menjawab seraya memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Tapi..., Pak Arjuna tak mungkin melakukan ini pak Amar, ini pasti ada kesalahan. Saya..."
"CEO nya bukan lagi pak Arjuna jadi keputusan ada di tangan CEO yang baru."
"A_apa?" Netra indah milik Serena membulat tak percaya.
"Keluarlah dan kemasi barang-barang kamu. Uang pesangon akan sampai di rekening kamu beberapa menit dari sekarang!"
Serena tak bisa lagi berkata-kata. Ia sudah tak bisa lagi melawan. Gadis itu pun keluar dari ruangan CEO dengan bahu menurun.
🌹
*Tobe Continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
RACHMAH PARAUDDIN
tak punya petasaan tu ceo baru
2024-05-03
0
Rostina Sahar
lanjut
2024-04-29
0
Rahmah Salam
lupa minum obat kali yaa..pak CEOx....main pecat2 aja....
2024-04-24
0