Bab 09

Jemima tertegun saat mendengar jawaban dari atasannya itu, hingga ia menyimpulkan sesuatu yang entah mengapa membuat dirinya menjadi tak nyaman.

“Ehmm, saya duluan ya,” ujar Jemima tak lama setelah ia mendengar jawaban dari Arion itu. Ia merasa ada yang aneh dengan hatinya. Ia tak ingin melihat senyum manis yang ditujukan Arion kepada orang yang ada di sekitar mereka, sementara lelaki itu terus bersikap dingin terhadap Jemima.

Dante yang melihat Jemima beranjak dari kursi, memilih mengikuti atasannya itu karena mereka tadi datang bersama ke kantin. Dante tidak menyukai wajah murung yang sejak pertama kali masuk kantor sudah menghiasi wajah sang atasan. Baru hari itu, ia melihat Jemima banyak tertawa selama mereka mengobrol sembari menghabiskan makan siang mereka.

Jemima mengingatkan Dante kepada seseorang yang sekilas terlihat mirip dengan seseorang yang ia kenal dan hal itulah yang membuat Dante ingin mengenal Jemima lebih dekat lagi. Ia mengagumi atasannya itu sejak pertama kali mereka bertemu, senyuman ramah yang tersungging di wajah Jemima memberi kesan menyenangkan di hati Dante.

“Ehmm, ibu rumahnya ke arah sawangan, bukan ya?” tanya Dante sembari berjalan menjajari langkah Jemima.

“Eh iya, kok kamu tau?’ tanya Jemima.

“Loh, di data karyawan ibu kan ada alamat domisili!” jelas Dante yang membuat Jemima menepuk dahinya karena melupakan hal sekecil itu. Jemima tertawa renyah karena ia menertawakan kebodohannya sendiri yang membuat Dante merasa geli dan menganggap Jemima menggemaskan.

“Ehmm, kalo ibu engga keberatan, saya mau kok ngantar jemput ibu, karena rumah kita satu arah…, tapi yah cuma bisa naik motor sih bu,” ujar Dante dengan sedikit ragu karena ia takut Jemima berpikir yang lain tentang dirinya.

“Wah, makasih buat penawarannya, Dante. Tapi kamu tau sendiri jam pulang aku kan engga tentu, jadinya kasian kamu kalo harus nungguin aku! Tapi kalo ntar sesekali aku minta tolong, boleh kan?” tanya Jemima yang membuat Dante tersenyum senang sambil mengangguk dengan cepat.

Dante merasa senang karena Jemima tidak serta-merta menolak niat baik darinya. Ia semakin mengagumi atasannya yang berparas cantik itu.

***

“Jemima ke ruangan saya sekarang!” Arion menghubungi dirinya via intercom.

Jemima mencebik kesal tetapi tetap menemui atasannya itu. Ia sudah berdiri lima menit tetapi Arion sama sekali belum membuka mulutnya, bahkan lelaki itu tidak menawari Jemima untuk duduk.

“Maaf Pak Rion, apa saya bisa duduk? Saya kok ngerasa kayak anak sekolah yang lagi dihukum ya?!” keluh Jemima sambil memanyunkan bibirnya.

“Yang nyuruh kamu berdiri terus siapa? Apa saya harus ngasih instruksi kayak ngajarin anak kecil lagi?!” balas Arion ketus yang membuat Jemima mengepalkan tangannya menahan emosi yang mulai muncul ke permukaan.

Jemima memilih tetap berdiri yang membuat Arion menoleh dan menaikkan sebelah alisnya. Ia mencibir seolah sedang mengejek gadis yang tengah menatapnya dengan tajam itu.

“Jangan gampang ngambek, kamu bukan anak kecil lagi, Jemima Ariel Joachim.

Jemima tetap diam, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Arion memilih mengabaikan sikap membangkang dari bawahannya itu. Ia melihat sekilas ke arah Jemima, sebelum akhirnya mengutarakan maksud lelaki itu memanggil Jemima ke ruangannya.

“Kamu ikut aku ke Lombok minggu depan sebagai perwakilan HRD dari hotel kita. Ada pertemuan HRD seluruh grup hotel kita di Lombok.”

Jemima langsung menolak instruksi Arion dan meminta agar dirinya tetap berada di hotel, sedangkan Arion bisa ditemani oleh Dante. Jemima tidak berniat menghabiskan harinya bersama dengan Arion, walau hanya sehari saja, apalagi kali ini mereka harus menginap selama dua malam di Lombok. Ia mengetahui dengan pasti bahwa dirinya akan menderita bila bersama dengan Arion. Ia tidak bisa membayangkan dirinya harus menghadapi sikap dingin Arion, selama dua hari.

“Tidak ada penolakan Jemima, ini perintah langsung dari big boss. Kalo kamu mau protes silakan aja jumpai GM kita,” jelas Arion yang membuat Jemima tertekan dan terpaksa menerima perintah dari Arion.

***

Akhir pekan pun tiba, Jemima sudah berdandan cantik dan siap untuk memenuhi janjinya berakhir pekan dengan Oscar.

“Ehmm, Tante Mira, Jemima mau jalan bareng teman dulu, gapapa kan?’ tanya Jemima yang merasa sungkan.

“Ya gapapa dong, sayang. Tante kirain Arion yang ngajak kamu pergi, karena kata Rion hari ini dia mau nonton bareng teman kantornya!” balas Miranti yang membuat Jemima menggeleng.

Tak lama, Oscar datang menjemput Jemima yang membuat Miranti terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Jemima akan pergi bersama seorang lelaki dan ternyata lelaki itu adalah dokter yang merawat Jemima di rumah sakit.

“Loh, ternyata kamu pergi sama Dokter Oscar ya, Mima. Tante kirain sama siapa?” ujar Miranti sambil tersenyum.

“Ahh iya, Tante. Dokter Oscar bersedia jadi guidenya aku hari ini!” jelas Jemima yang membuat Miranti mengangguk paham.

Setelah Jemima berangkat, Miranti langsung beranjak menuju kamar sang putra. Ia menegur Arion karena bersikap dingin terhadap Jemima yang notabene adalah sahabat kecilnya. Miranti sebenarnya mengetahui bagaimana perlakuan Arion terhadap Jemima, dan ia tidak menyukai sikap Arion itu.

Miranti sudah menegur Arion, beberapa kali tetapi Arion seolah tidak menggubris teguran dari sang ibu.

“Ntar Mima digondol orang lain, baru tau kamu, Rion!” seru Miranti yang merasa kesal karena Arion seolah tidak memperdulikan Jemima.

Miranti meninggalkan Arion yang terlihat sibuk bersiap-siap untuk pergi menonton dengan Rebecca. Miranti sebenarnya masih bertanya-tanya mengapa Arion bersikap dingin kepada Jemima, padahal sejak kecil Jemima adalah gadis kesayangan Arion karena mereka tumbuh besar bersama.

Arion selalu menjaga Jemima seperti menjaga saudara perempuanya sendiri, tetapi beberapa bulan sebelum mereka pindah ke Bali, hubungan antara Jemima dan Arion merenggang, bahkan Arion sama sekali tidak berpamitan kepada Jemima.

***

“Ehmm, makan udah…, Ibu Jemima mau saya ajak nonton engga?” tanya Oscar yang sejak tadi terus bersikap formal kepada Jemima.

“Panggil Jemima aja, Kak. Kita kan engga lagi di kantor!” balas Jemima santai yang membuat Oscar tersenyum senang.

Jemima menyetujui ajakan dari Oscar karena ia merasa nyaman jalan bersama lelaki itu. Sikap sopan dan dewasa dari Oscar membuat Jemima bisa berbincang santai bersama dokter tampan itu. Mata sipit yang setiap kali menghilang saat Oscar tersenyum, merupakan pemandangan yang menarik di mata Jemima.

Oscar tidak setinggi Arion tetapi ia memiliki bahu bidang seperti lelaki yang rajin berolahraga, dan Jemima menyukainya. Bagi Jemima, Oscar memiliki banyak nilai plus, yang membuat ia meyakini bahwa lelaki yang berprofesi sebagai dokter umum itu banyak memiliki penggemar wanita.

“Kalau film komedi kamu suka engga, ehmm, Jemi atau Mima?” ujar Oscar ragu karena masih merasa canggung untuk memberi nama panggilan santai untuk Jemima.

“Sukaaa! Terserah mau manggil apa kak, Jemi boleh, kalo Mima emang panggilan dari keluarga atau teman-teman aku,” jelas Jemima yang membuat Oscar mengangguk paham.

“Dokter Oscar!”

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!