BAB 5

“Dasar Arion sialan, dia ngajak aku meeting dengan klien sampe empat jam. Bokong panas, telinga berdenging, hati membara gara-gara dia!” teriak Jemima begitu ia memasuki rumah kontrakannya. Ia melemparkan sepatu dan tasnya dengan sembarang, lalu menghempaskan dirinya ke sofa.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, dan ia baru sampai di rumah. Arion dengan teganya meminta Jemima untuk menaiki taksi online, karena lelaki itu masih ada urusan ke tempat lain. Jemima mengutuki lelaki itu yang tidak berperasaan itu. Gadis itu menutup matanya, tiba-tiba kilatan masa lalu memenuhi benaknya.

Flash back….

“Mima, aku cuma minta satu permintaan ke kamu! Jauhi aku!”

Jemima terkejut saat mendengar perkataan dari Arion yang keluar secara tiba-tiba. Ia menatap Arion dengan tatapan tak percaya. Ia tak menyangka sahabat sejak kecilnya itu meminta Jemima untuk menjauhi lelaki yang sudah bersama dengannya selama hampir 11 tahun itu.

“Kamu serius dengan omongan kamu?” tanya Jemima lirih untuk meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah mendengar apa yang Arion katakan. Arion hanya mengangguk mantap yang membuat hati Jemima terasa perih. Pandangannya mengabur, tetapi ia berusaha menahan diri agar tidak menangis di hadapan Arion.

“Oke, aku engga akan gangguin kamu lagi!”

Jemima segera meninggalkan Arion yang menatapnya dengan nanar. Jemima berlari sembari menghapus air matanya yang tidak berhenti mengalir. Ia tidak menyangka bahwa persahabatannya dengan Arion harus berakhir hari ini. Ia mengutuki Arion yang memilih mengakhiri persahabatan mereka karena anak perempun lain yang menjadi pengagum berat Arion di sekolah mereka.

Sejak kejadian itu, Jemima sama sekali tidak pernah terlihat di sekitar Arion. Jemima juga selalu menghindar bila melihat atau tak sengaja berpapasan dengan mantan sabahatnya itu. Sang ibu yang notabene adalah sahabat dekat dari Ibu Arion juga mempertanyakan hubungan mereka berdua.

Jemima mengatakan yang sebenarnya kepada sang ibu. Hal itu membuat Cendana, ibu dari Jemima itu tertawa. Ia menepuk tangan Jemima pelan sembari menasehati dan menguatkan sang putri.

Tiga bulan berlalu, dan berita kepindahan Arion terdengar oleh Jemima. Ia menangis selama beberapa hari karena ia merasa Arion begitu tega meninggalkan dirinya tanpa berpamitan. Ia menganggap bahwa Arion memang sangat ini pergi darinya, dan tidak pernah menghargai 11 tahun persahabatan yang mereka jalin.

Flash back end….

Jemima menghela nafas panjang kala mengingat kenangan pahit itu. Ia masih merasakan rasa sakit akibat permintaan yang diajukan oleh Arion kala itu. Dan luka yang ia rasakan semakin dalam karena ulah Arion yang sepertinya sengaja membuatnya menderita selama bekerja.

‘Mimpi apa aku ketemu sama kamu lagi?’

***

Jemima bangun dari tidurnya karena mendengar suara ponsel yang berdering selama beberapa kali. Jemima mengumpat marah, karena ia baru bisa tidur pukul tiga dini hari dan hari masih pagi, seseorang sudah berani mengganggu tidurnya. Dering ponselnya tidak juga berhenti yang membuat Jemima terpaksa mengangkat panggilan yang masuk itu.

“Halo…,” ujar lirih dengan suara khas orang yang baru bangun.

“Kamu dimana? Mau bolos kerja hari ini?” seru seseorang yang membuat Jemima terkejut. Ia mengenali suara lelaki yang menghubunginya itu. Ia mencari jam weker yang ada di sebelah ranjangnya.

“Rion, kamu bisa engga, engga usah gangguin aku di luar jam kerja. Ini masih jam enam pagi!” teriak Jemima karena kesal. Ia merasa Arion selalu berhasil merusak harinya.

“Ibu Jemima Ariel Joachim, kamu udah liat jam kamu dengan benar engga? Coba kamu cek jam di hape kamu! Aku tunggu kamu dalam setengah jam, kalo kamu engga sampe kantor sesuai waktu yang aku tentuin, POTONG GAJI karena kamu dianggap mangkir!”

Arion langsung mematikan panggilannya tanpa menunggu balasan dari Jemima.

“Siallllll! Ini udah jam sembilan!”

Jemima langsung beranjak dari ranjangnya dan menuju kamar mandi. Ia terus menggerutu sembari bersiap untuk berangkat ke kantor. Ancaman dari Arion membuat darahnya mendidih karena ia terpaksa mengeluarkan jurusan andalannya bila sudah terlambat ke sekolah dulu.

***

“Pagihhh!” bisik Jemima sambil terengah karena ia baru saja berlari dari kantor sekuriti ke ruangan mereka. Dante membalas sapaan dari Jemima sambil tersenyum manis, yang membuat Jemima merasa sedikit tenang. Jemima memberi kode kepada Dante untuk menanyakan tentang Arion dengan menunjuk ke arah ruangan atasan mereka itu.

“Ada bu, gitu nyampe kantor tadi, Pak Arion langsung nyariin ibu,” bisik Dante yang membuat Jemima menepuk dahinya.

Ia segera meletakkan tas dan laptop ke ruangannya dan bersiap untuk menemui sang atasan. Jemima berusaha menguatkan dirinya dan bersiap untuk menerima kata-kata tajam  yang selalu keluar dari mulut Arion, setiap kali Jemima melakukan kesalahan.

Jemima mengetuk pintu ruangan Arion dan memasuki ruangan itu setelah Arion mempersilakan dirinya untuk masuk.

“Ehmm, maaf Pak karena saya terlambat. Saya baru tidur jam tiga tadi, dan baterai jam weker saya habis ternyata…,” jelas Jemima. Arion menatap Jemima dengan tatapan dingin.

“Saya engga mau tau apa alasan kamu, yang saya tau jam masuk kantor sudah jelas dan kamu harusnya sebagai salah satu atasan di sini bisa ngasih contoh yang baik ke bawahan kamu!” tegas Arion yang membuat Jemima mengangguk cepat.

Jemima tidak bisa membantah perkataan Arion, tetapi ia mengumpat dalam hati karena salah satu penyebab ia terlambat adalah lelaki yang ada di hadapannya itu.

Tiba-tiba terdengar sebuah ketukan di pintu ruangan Arion yang membuat keduanya menoleh ke arah pintu. Arion menyuruh Jemima untuk duduk karena sejak tadi Jemima hanya berdiri di depan meja lelaki itu.

“Hai…, apa aku ganggu?” ujar seorang wanita cantik sembari tersenyum manis ke arah Arion.

“Hai Becca, engga ganggu kok, aku cuma lagi diskusi sama Jemima. Kamu udah kenalkan?” tanya Arion ramah yang membuat Jemima memutar bola matanya karena kesal.

Jemima mencoba menyunggingkan senyum ke arah Rebecca yang merupakan Manager di divisi Sales. Rebecca hanya membalas Jemima dengan anggukan singkat.

‘Ehmm, seperti biasa. Ternyata seorang Arion belum berubah!’ batin Jemima kesal.

Jemima segera berinisiatif untuk permisi dan keluar dari ruangan itu, tapi Arion malah menahannya. Jemima terpaksa duduk kembali dan menjadi pendengar yang baik karena Jemima sama sekali tidak diajak berbicara oleh kedua orang yang ada bersama dirinya di ruangan itu.

Rasa sakit yang dirasakan oleh Jemima dulu, kembali lagi. Ia merasa seolah dirinya tengah mengulang masa lalu, kala Arion sibuk bersikap manis dengan anak perempuan lain dan mengabaikan keberadaan Jemima, padahal Jemima sedang berdiri atau berjalan di sampingnya.

‘Ahhh, kenapa rasa sakitnya masih terasa sama padahal udah lewat 10 tahun?’

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!