Bab 14

“Udah gimana perasaan kamu?” tanya Arion saat ia berkunjung setelah acara pertemuan hari itu berakhir.

“Kamu nanya kondisi badan aku atau perasaan aku?” balas Jemima yang masih terlihat lemas.

“Apa pun itu!” Jawaban Arion membuat Jemima memanyunkan bibirnya karena kesal.

“Kamu bisa engga sih manis dikit sama orang yang lagi sakit, Rion?! Kalo kamu emang engga niat nengokin aku mending keluar aja deh!” usir Jemima yang membuat Arion memandang gadis itu dengan lekat.

“Jemima, kamu tau maksud pertanyaan aku dan kamu juga dengar aku nanya baik-baik sama kamu! Sebenarnya kamu maunya apa sih?”

Pertanyaan Arion membuat Jemima terdiam. Ia sama sekali tidak membalas perkataan Arion, ia malah membaring diri dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Arion menghela nafas panjang seolah mulai kehilangan kesabarannya dalam menghadapi tingkah Jemima yang menurutnya sangat kekanak-kanakan.

“Aku cuma punya satu kali penawaran buat kamu! Aku kasih waktu setengah jam buat kamu siap-siap, kita belanja oleh-oleh buat keluarga kita! Kalo setengah jam lagi kamu belum siap, penawaran ini batal!” tegas Arion yang membuat Jemima langsung membuka selimutnya dan menghamburkan dirinya ke arah Arion.

Jemima tanpa sadar memeluk Arion seraya mengucapkan terima kasih lalu berlari ke arah kamar mandi yang membuat Arion hanya bisa menggelengkan kepalanya. Arion masih bisa merasakan suhu tubuh Jemima yang masih demam saat gadis itu memeluknya tadi, hanya saja Arion juga mengetahui Jemima sangat ingin keluar dan menikmati keindahan Lombok hari itu.

***

Jemima terlihat begitu antusias saat Arion mengajak ke pengrajin perhiasan mutiara yang ada di daerah itu. Ia berkeliling dengan ceria dan sepertinya gadis itu melupakan bahwa sebenarnya ia sedang sakit.

“Ahhh…,” seru Jemima karena salah seorang pengunjung tak sengaja menyenggol bahunya. Jemima sedikit terhuyung, tetapi Arion dengan sigap memeluk pinggang gadis itu untuk menjaga keseimbangan tubuh Jemima.

“Makasih,” ujar Jemima lirih karena entah mengapa sentuhan Arion di pinggangnya membuat ia merasa malu.

“Kalo jalan hati-hati, Mima. Kamu itu masih sakit!” tegur Arion yang hanya dibalas Jemima dengan anggukan karena ia masih menunduk untuk menutupi wajahnya yang tersipu.

Wajah Jemima semakin memerah karena Arion dengan sengaja menautkan tangan mereka, dan menarik Jemima agar berjalan di sampingnya. Anehnya, Jemima sama sekali tidak menolak. Sebaliknya ia bertingkah seperti gadis yang patuh dan mengikuti keinginan Arion.

“Jangan mikir macam-macam, aku ngelakuin ini supaya kamu itu engga pecicilan kalo jalan!”

Jemima sama sekali tidak menjawab Arion, ia masih tetap menunduk seolah ada sesuatu yang sedang ia pikirkan. Arion pun sepertinya tidak mengharapkan jawaban dari Jemima, ia berjalan lebih lambat agar Jemima bisa mengimbangi langkahnya.

“Mas Arion!” seru seseorang yang berasal dari belakang mereka. Arion dan Jemima menoleh secara bersamaan. Jemima langsung menarik tangannya dari genggaman Arion yang membuat Arion menoleh ke arahnya.

“Mas Arion dan Mba Mima ternyata ke sini juga ya? Kalo tau ‘kan kita bisa bareng! Ahh, Mba Mima udah baikan ya?” ujar Claudia yang terlihat datang bersama beberapa rekan mereka yang lain.

“Tadinya engga pengen ke sini, Mba. Cuma biasalah ibu mesan mutiara jadi saya ngajak, Jemima ke sini buat bantuin saya milih!” jelas Arion yang mendapat anggukan dari Jemima.

Claudia dan rekan mereka yang lain pada akhirnya bergabung dengan Arion dan Jemima yang membuat Jemima merasa tidak nyaman. Claudia secara terang-terangan berusaha memonopoli percakapan mereka yang membuat Jemima merasa terasing. Ia belum pernah bertemu dengan Claudia sebelumnya karena Claudia belum lama bergabung dalam grup hotel mereka, tetapi sepertinya sikap ramah dan supel Claudia membuat ia cepat akrab dan disukai oleh rekan kerja mereka.

Wajah cantik Claudia juga salah satu faktor yang membuat orang betah berlama-lama bersama gadis itu. Jemima juga merasa bahwa Arion juga pasti merasakan hal yang sama terhadap Claudia, hal itu dibuktikan saat makan siang kemarin. Arion dan Claudia bisa berbincang dengan santai seolah mereka sudah sejak lama saling mengenal.

“Mima, perhatiin jalan kamu! Kamu kenapa dari tadi melamun terus?” ujar Arion pelan yang membuat Jemima tersadar dari lamunannya.

“Rion, aku capek. Aku istirahat di situ ya, kamu bisa lihat-lihat bareng yang lain!” bisik Jemima yang membuat Arion menghela nafas panjang. Pada akhirnya ia mengangguk dan menyuruh Jemima untuk beristirahat di salah satu warung yang ada di tempat itu.

“Ahhh…,” gumam Jemima saat melihat punggung Arion yang semakin menjauh.

Jemima kembali tidak bersemangat, niatnya untuk membelikan oleh-oleh untuk keluarga Arion dan keluarganya yang ada di Jakarta sirna sudah. Kehadiran Claudia dan rekan kerja mereka yang lain, seolah merusak kesenangan Jemima. Jemima memandang ke kejauhan seolah sedang menimbang sesuatu.

Jemima

Badan aku engga enak lagi, aku balik duluan.

Arion

Tunggu aku di situ!

***

Arion menghela nafas panjang karena ia tak menemukan Jemima di tempat dimana gadis itu tadi beristirahat. Arion berlari ke arah parkiran untuk mencari keberadaan Jemima. Ia mencoba menghubungi ponsel milik gadis itu, tetapi Jemima sama sekali tidak mengangkat panggilannya. Pikiran Arion sedikit kalut, karena khawatir tentang kondisi Jemima yang masih dalam keadaan sakit.

Ia mencoba menghubungi Jemima lagi.

“Rion, aku di dalam mobil! Kunci mobilnya ternyata di aku!” ujar Jemima lirih saat mengangkat panggilan Arion.

Arion merogoh kantong celananya dan menghela nafas lega karena ternyata Jemima berada di mobil yang mereka sewa dari hotel tadi. Ia segera menyusul Jemima dan mendapati gadis itu sedang berbaring di bangku penumpang sambil menutup matanya.

Arion meletakkan tangannya di dahi Jemima dan merasa suhu tubuh gadis itu meningkat lagi. Ia memutuskan untuk mengajak Jemima kembali ke hotel yang membuat Jemima merengek secara tiba-tiba. Jemima sebenarnya saat ingin melihat pantai, tetapi Arion melarangnya karena takut angin pantai akan membuat kondisi Jemima semakin parah.

Jemima yang merasa kesal karena permintaannya ditolak oleh sahabat kecilnya itu memilih mogok berbicara. Ia sama sekali tidak membuka suaranya hingga mereka tiba di kamar hotel yang ditempati oleh Jemima. Arion mencari sesuatu di kamar gadis itu, kemudian menarik tangan Jemima untuk kembali keluar dari kamar. Hal itu membuat Jemima bingung, tetapi ia memilih mengikuti Arion.

“Bu Jemima sepertinya kelelahan dan mengalami stress. Ini obat untuk tiga hari bu, nanti kalo memang sesampainya di Bali, ibu masih merasa tidak sehat, boleh berkonsultasi dengan dokter di sana.”

Jemima hanya mengangguk mendengarkan penjelasan dari sang dokter. Ternyata Arion membawa Jemima ke klinik yang ada di hotel itu karena merasa Jemima memang perlu diperiksa oleh tenaga medis. Arion dan Jemima mengucapkan terima kasih dan keluar dari klinik. Jemima ingin kembali ke kamar tetapi Arion menahannya dan lagi-lagi menarik tangan Jemima ke suatu tempat.

****

Terpopuler

Comments

sarinah najwa

sarinah najwa

baca sampai sini Jemima itu baperan dan cengeng... au ah... karakter gak sesuai ekspektasi 😔 tidak tangguh dan tegas dengan sikap Arion yg semena mena..

2024-05-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!