Bab 17 Bisikan Kepada Sukri

Sukri baru saja menyelesaikan pekerjaannya berkaitan dengan urusan desa di kantor kecamatan dimana ia selaku sekretaris desa mempunyai tanggungjawab sebagai panjang tangan dari warga desa yang lain. Selain kepentingan desa ia juga harus memberikan laporan tentang kematian kakeknya yang tentu saja kejadian aslinya ia palsukan laporannya sama seperti semua catatan kematian janggal yang terjadi sebelumnya di desa tempatnya ia tinggal saat ini.

Sungguh nikmat di cuaca terang yang tetap saja dingin ini menyantap bakso di pasar kecamatan yang sudah tidak diragukan lagi cita rasanya. Sukri rela mengantri untuk makanan khas berkuah yang tidak bisa setiap hari ia temukan itu. Dua porsi mangkok itu ia akan gunakan sebagai bekal kekuatan untuk kembali menghadapi kehidupan di desa yang setiap harinya kian mengancam.

“Darimana mas? Kok kayaknya baru sibuk?”, makan Sukri tertahan mendengar ada orang yang menyapanya.

Pertanyaan itu berasal dari orang yang sudah selesai makan di warung yang sama yang sedang menikmati segarnya es teh manis.

“Habis dari kecamatan Pak”, jawab Sukri.

“Masnya dari desa mana?”, lanjut orang asing itu bertanya.

Sukri menghabiskan suapan terakhirnya sebelum meladeni obrolan dari orang yang baru pertama kali dijumpainya itu.

“Saya dari desa ujung Pak. Bapak pasti tidak tahu. Bapak ada keperluan di kantor kecamatan juga?”, balas Sukri yang kini juga tengah menikmati minuman yang sama.

“Saya ke sini main saja mas”, jawab orang asing itu.

“Maksud masnya dari Banyukumpul”, lanjutnya.

Perkataan itu lantas membuat Sukri terdiam. Ternyata ada juga orang yang mengetahui asal desanya. Ia masih bingung untuk menanggapi ke arah mana pembicaraan dengan orang asing tersebut. Ia takut salah berkata-kata yang bisa menyebabkan kerahasiaan desa yang terjaga rapi terbuka.

“Jangan khawatir mas. Saya juga dulu pernah tinggal di sana”, kata orang itu.

Orang asing itu memperkenalkan dirinya sebagai Mahmud seseorang yang dulunya juga merupakan penduduk desa Banyukumpul. Bahkan orang itu memberitahukan semua kisah nyata tentang desa yang sejak lama sudah ditinggalkannya itu. Sukri sendiri terkejut menyadari dirinya tidaklah lebih tahu dari orang yang sedang bercerita di hadapannya itu. Mahmud muda dulunya jugalah salah satu diantara warga desa yang menginisiasi berdirinya Banyukumpul. Kini Sukri juga sudah tahu dengan jelas darimana asalnya teror yang setiap musim hujannya melanda desanya itu.

Perbincangan dengan orang bernama Mahmud itu sangatlah melegakan tapi Sukri tak bisa berlama-lama ia harus segera pulang sampai di desa sebelum didahului oleh hujan.

“Kenapa balik lagi mas?”, tanya Mahmud yang masih di warung bakso kepada Sukri yang kembali masuk ke warung.

Rupanya tongkat bambu kuning Sukri ketinggalan. Benda yang wajib dibawa oleh setiap penduduk desa ketika hendak pergi keluar rumah di musim terkhusus itu.

“Sebenarnya kamu tidak perlu membawanya. Mereka hanya menyerang warga desa asli Banyukumpul yang terlibat dalam peristiwa itu”, Mahmud mengungkapkan sebuah fakta baru kepada Sukri yang membuatnya tercengang.

Sepanjang perjalanan pulang dari kecamatan menuju desa Sukri terus memikirkan kata-kata yang mengungkap fakta yang keluar dari orang asing yang baru dikenalnya. Tidak hanya tentang desanya saja Mahmud juga tahu mengenai pasar kliwon dan desa yang berada di seberangnya.

Angkutan umum yang membawa Sukri sudah sampai di pasar kliwon. Namun ia tidak langsung pulang ke desa. Ia memutuskan untuk singgah terlebih dahulu ke rumah salah seorang perangkat desa seberang yang sudah dikenal baik olehnya. Tujuan utama Sukri bertamu adalah untuk mencocokkan apakah yang dikatakan Mahmud tentang desanya sesuai dengan kebenaran seluk-beluk desa yang ada. Jawabannya adalah sesuai.

Sukri berjalan pulang di waktu sore yang sudah gelap. Ia merasa lega telah menguraikan fakta demi fakta yang selama ini tersembunyi darinya. Ia berjalan tanpa rasa takut meski air hujan sudah mulai berjatuhan. Bahkan ia secara yakin sudah membuang tongkat yang terbuat dari bambu kuning yang dibawanya.

Sukri tiba di rumah sewaktu magrib. Tubuhnya sudah basah kuyub bermandikan air hujan. Apa yang dikatakan Mahmud semuanya benar. Dalam perjalanan pulangnya sewaktu sudah memasuki gapura desa Sukri melihat ada manusia-manusia lumpur yang sedang berkeliaran. Kenyataannya makhluk-makhluk embung itu tidak ada yang menyerangnya.

***

Di lain hari Mahmud kembali menemui Sukri. Kali ini mereka bertemu di pasar kliwon tatkala Sukri sedang berbelanja kebutuhan warga desa. Dalam pertemuan itu Mahmud menawarkan kepada Sukri sebuah kerjasama yang saling menguntungkan bagi mereka berdua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!