Bab 18

Sudah jam satu malam, entah berapa buku yang sudah Farrel baca. Pria itu pun menguap merasakan sangat ngantuk sekali. Tapi dia harus melawan rasa ngantuknya. Dia harus cepat mempelajari segala sesuatu tentang perusahaan Gibson, agar dia bisa secepatnya bekerja di perusahaan itu, yang pasti akan menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin tertinggi di perusahaan.

Sebenarnya Farrel paling malas untuk membaca buku, seandainya ada alternatif lain yang bisa mentransfer semua isi yang ada di dalam buku tersebut ke otaknya, akan dia lakukan. Tapi sayangnya semua itu tidak akan ada, sehingga Farrel malam ini mendadak menjadi seorang kutu buku.

Drrrrtt!

Drrrrtt!

Drrrrtt!

Beberapa kali ponselnya Farrel bergetar, dia mendapatkan ada banyak pesan dari para wanita yang sangat tergila-gila kepadanya, mereka berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan perhatian darinya.

[Malam Farrel.]

[Farrel, aku ingin sekali bisa diberikan kesempatan untuk menjadi salah satu dari wanitamu.]

[Farrel, how are you?]

[Selamat malam Farrel, semoga mimpi indah. Aku harap malam ini bisa memimpikan kamu.]

[Farrel, I love you. Mengapa kamu sangat tampan sekali?]

Entah mengapa Farrel malas meladeni mereka, dia hanya menghela nafas panjang, kemudian menyimpan ponselnya kembali. Dia sama sekali tidak tergoda dengan godaan para wanita yang mengirim pesan kepadanya.

Kemudian Farrel mulai membaca buku lagi, tiba-tiba dia menjadi teringat dengan Renata.

Sedang apa Renata malam ini, apakah Renata sudah tidur? entah mengapa Farrel menjadi kesal jika mengingat mungkin saja Renata setiap malam selalu tidur satu kamar dan satu ranjang dengan Edho.

"Apa mereka selalu tidur satu ranjang?" Farrel pun menggelengkan kepalanya, "Semoga saja tidak. Jika mereka tidur satu ranjang, mungkin Renata sudah tidak perawan."

Jika memikirkan hal itu sungguh membuatnya gila, Edho adalah suaminya Renata, tapi Farrel yang berhasil memera-waninya. Seakan dunia ini sedang mempermainkan mereka.

"Tapi mengapa Bang Edho tidak pernah menyentuh Renata?" Hal tersebut membuat Farrel sangat penasaran.

Apakah dia harus menyuruh seseorang untuk menyelidikinya?

...****************...

Pagi telah tiba, walaupun hari ini adalah hari minggu, tapi Renata selalu bangun pagi-pagi sekali. Dia selalu menyiapkan sarapan untuk sang suami.

"Renata, aku sangat lapar."

Terdengar suara teriakan Edho di ruang makan. Walupun rumah mereka terbilang megah, tapi Edho sama sekali tidak memiliki keinginan untuk memperkerjakan seorang pembantu. Rumah tersebut adalah pemberian dari ayahnya Edho.

Renata yang sedang memasak, dia sangat terburu-buru sekali, sampai tangannya terkena kuah masakannya yang masih panas.

"Shhhh arrrgghh!" Renata sedikit meringis, dia meniupi tangannya yang terkena air kuah panas. Rasa sungguh sangat sakit.

Edho yang mendengar suara ringisan Renata, dia segera berlari ke dapur.

Pria itu pun mengomel. "Makanya jangan ceroboh, jadikan kuahnya tumpah."

Renata pun menghela nafas, kemudian dia menyanggah perkataan suaminya, "Ini karena aku terburu-buru, Mas Edho dari tadi memanggilku!"

"Aku makan di luar saja. Aku jadi gak mood memakannya," ucap Edho sambil memandangi banyak kuah yang tumpah di lantai.

"Tapi ada kok masakan aku yang lainnya, Mas." Renata berusaha untuk menahan rasa sakit di tangannya.

"Sudah ku bilang aku gak mood, Renata. Aku pergi dulu!" Edho pun berpamitan kepada Renata untuk pergi keluar cari makan. Padahal Renata sudah banyak memasak untuknya.

"Mas, tunggu!"

Edho yang sedang berjalan, dia berhenti melangkah. "Apa lagi?" tanyanya sambil membalikkan badan.

"Apa aku boleh ikut menumpang? Kebetulan aku mau ke Mansion Gibson, untuk membimbing Farrel lagi."

Edho pun mencebik, "Aku buru-buru. Kamu naik taksi saja."

Renata hanya menghela nafas. Edho memang selalu memperlakukannya seperti itu. Renata sangat berharap Edho bisa berubah, sehingga sampai detik ini dia berusaha untuk bersabar.

...****************...

Renata telah sampai ke Mansion Gibson, kebetulan Tuan Aldi sedang tidak ada di mansion, karena ada jadwal bermain golf, sehingga dia langsung saja masuk ke dalam ruang kerja.

Renata tertegun ketika melihat ada Farrel yang sedang tertidur di sofa.

"Mengapa dia harus tidur disini? Padahal di mansion semegah ini pasti banyak sekali kamar?" gumamnya.

Renata pun segera berjalan mendekati Farrel, dia ingin membangunkan pria itu. Tapi dia dibuat terperangah ketika melihat Farrel yang sedang memegang sebuah buku.

Apakah mungkin semalaman Farrel telah belajar, sehingga dia ketiduran di ruang kerja?

Renata pun tersenyum tipis, ternyata Farrel tidak sebandel yang Renata pikirkan. Akhirnya dia mau belajar dengan kemauannya sendiri.

Pandangan Renata tidak sengaja memandangi wajah Farrel. Kalau seandainya dia dipaksa untuk berkata jujur, Farrel memang adalah seorang pria yang sangat tampan, berparas sempurna, memiliki bola mata berwarna biru terang, hidung mancung, rahang tegas, dan bentuk tubuh yang profesional. Wanita mana yang tergila-gila kepadanya?

"Siapa pun yang akan menjadi kekasihnya, pasti dia akan makan ati setiap hari, karena banyak wanita yang akan mengincarnya," bisik hati Renata sambil memandangi Farrel.

"Jangan memandangiku terus jika kamu tidak ingin jatuh cinta kepadaku!"

Renata dikejutkan dengan suara Farrel, rupanya pria itu tidak benar-benar tidur. Setelah bangun pagi dan mandi, dia pergi lagi ke ruang kerja untuk belajar. Mungkin karena semalam dia tidak hampir tidak tidur, sehingga dia memutuskan untuk tiduran di sofa.

Renata menjadi salah tingkah, walaupun dia harus menyembunyikan rasa gugupnya. "Ba-baguslah kalau kamu tidak tidur. Mari kita langsung belajar!"

Farrel pun segera membenarkan posisi duduknya. Dia tersenyum-senyum ketika melihat Renata mengeluarkan laptop dari tas pemberiannya. Ternyata Renata memakai tas pemberiannya. Hanya hal sekecil itu saja membuat hatinya berbunga-bunga. Ternyata benar kata orang, jatuh cinta itu bisa membuat orang gila.

Pandangan Farrel tertuju pada tangan Renata yang nampak berwarna merah, Renata tidak sempat mengobati luka yang terkena air kuah panas itu, karena terburu-buru sekali.

"Tangan kamu terluka."

Renata sama sekali tidak menghiraukan luka ditangannya itu, dia sibuk dengan laptopnya, karena akan menjelaskan materi yang harus dipahami oleh Farrel. "Ini hanya luka kecil."

Walupun hanya luka kecil, Farrel tidak tega melihatnya, dia segera keluar dari ruang kerja untuk mencari salep luka. Tak lama kemudian dia segera kembali sambil membawa salep luka tersebut.

Farrel duduk disamping Renata, "Jangan menyepelekan luka kecil, tetap saja harus diobati."

"Gak perl..."

Renata tidak meneruskan perkataannya ketika Farrel memegang tangan Renata, meniupi luka ditangannya. Ternyata pria itu walaupun hidupnya urak-urakan tapi memiliki kepribadian yang lembut.

Setelah itu, Farrel pun mengoleskan salep ke tangan Renata yang terluka dengan hati-hati.

Hampir saja Renata terpana dengan perlakuan Farrel kepadanya, sebuah perlakuan yang tidak bisa dia dapatkan dari suaminya.

"Mulai sekarang aku akan belajar dengan baik. Targetku minggu depan aku harus bisa menggantikan posisi ayah menjadi CEO di perusahaan," ucap Farrel sambil mengoleskan salep di tangan Renata.

"Oh baguslah, memang seharusnya begitu," jawab Renata, walaupun dia tidak paham mengapa Farrel tiba-tiba berubah. Siapa tahu kesambet hantu rajin.

"Karena itulah aku ingin mendapatkan penyemangat darimu," ucap Farrel dengan tatapan yang nakal.

Renata refleks menginjak kaki Farrel, membuat Farrel meringis.

"Arrghh!"

"Mengapa kamu selalu berpikir mesum padaku? Lupakan tentang kejadian malam itu, saat itu aku lagi mabuk. Jadi..." Renata tidak meneruskan perkataannya ketika melihat Farrel malah tertawa kecil.

"Aku belum selesai bicara, aku hanya ingin memakan masakan kamu pagi ini. Kebetulan kepala pelayan lagi cuti, sementara masakan pelayan lainnya tidak membuat aku berselera. Itu penyemangat yang aku maksud, karena jujur saja aku belum makan apa-apa pagi ini."

Kalau bicara soal makan, sebenarnya yang paling ingin dimakan oleh Farrel adalah Renata. Dia sama sekali belum bisa melupakan kejadian malam itu, semua keindahan lekuk tubuh Renata masih terbayang-bayang di pelupuk matanya. Tapi Farrel berusaha untuk menahan diri, selagi dia masih bisa menahannya.

Seketika wajah Renata memerah, dia benar-benar malu. Rupanya dia salah paham dengan penyemangat yang dimaksud oleh Farrel. Ingin rasanya dia melarikan diri ke bikini bottom.

Kemudian Farrel menggoda Renata, "Jadi sebenarnya kamu sudah ingat? Seberapa banyak yang kamu ingat tentang malam itu?"

Renata semakin dibuat salah tingkah. Dia segera berdiri, "Ba-baiklah, aku akan memasak untukmu. Perut kamu harus mendapatkan asupan dulu, agar kamu fokus belajar."

Baru saja Renata hendak melangkahkan kakinya, dia dibuat terkejut dengan Farrel yang tiba-tiba saja menarik lengannya, membuat Renata terjatuh ke pangkuan Farrel.

"Seberapa banyak yang kamu ingat, Renata?" tanya Farrel dengan tatapan menggoda, dia memeluk pinggang wanita yang sedang terduduk di pangkuannya itu.

Renata menelan saliva, jantungnya berdebar-debar. Mungkin karena saat ini Renata terduduk di pangkuan Farrel, sehingga dia bisa melihat dengan jarak yang sangat dekat betapa tampannya saudara sepupu suaminya itu.

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

cie cie so sweet banget sih Farrel pagi" udah mangku istri yg di abai kan suaminya....🤭😂😂

2024-04-17

0

Qiqi

Qiqi

tanpa sadar renata mulai tertarik juga

2024-05-06

0

YuWie

YuWie

sepupu apa sih...kan cmn tiri..

2024-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!